Pages

Kampus SMP Islam Watulimo

Jl. Raya Pantai Prigi, Gg. Masjid Jami' Slawe - Watulimo -. Trenggalek

Gedung Laboratorium

Laboratorium IPA, Perpustakaan Sekolah dan Ruang Kelas

Dewan Asatidz

Sebagian Dewan Asatidz/Dzah SMP Islam Watulimo

Laboratorium Komputer

Ruang dan Sarana Prasarana LAB KOMPUTER SMP Islam Watulimo

Tim Lomba Jelajah Santri

Lomba Jelajah Situs Sejarah Santri Trenggalek Tahun 2019.

Tim Drum Band

Tim Parade Drum Band "GITA BAHANA SMIWA" SMP Islam Watulimo.

Pengurus OSIS SMP Islam Watulimo

Pelantikan Pengurus OSIS SMP Islam Watulimo Masa Bhakti 2019/2020.

Tim Paduan Suara

Paduan Suara pada Kegiatan APEL AKBAR Ansor-Banser se Kabupaten Trenggalek di Pantai Prigi.

Pramuka Kita

Pelantikan Pramuka Penggalang Rakit dan Terap SMP Islam Watulimo.

LJS3T 2019

Juara Umum 3 Putri LJS3T SAKOMA Kabupaten Trenggalek tahun 2019.

LJS3T 2019

Juara Harapan Putra LJS3T SAKOMA Kabupaten Trenggalek tahun 2019.

Gedung Sekolah

Kampus SMP Islam Watulimo tampak dari arah Timur.

Study Tour

Study Tour Kelas IX ke Candi Borobudur Jawa Tengah.

OSIS dan DEGA

OSIS dan DEGA SMP Islam Watulimo ikut menjadi Panitia PERGAMA SAKOMA Koortan Watulimo.

STOP NARKOBA

SMP Islam Watulimo; Narkoba NO Prestasi YES.

KEMAH BHAKTI

KEMAH BHAKTI dan Perkemahan Pisah Tahun 2019-2020 di Buper Damas Karanggandu.

Masjid di Sekolahku

Masjid Jami' Nurul Iman Slawe yang berada satu lokasi dengan Sekolah.

Sabtu, 30 November 2019

TATA UPACARA PRAMUKA PENGGALANG

Tata Cara Upacara Pembukaan & Penutupan Latihan Pramuka Penggalang




UPACARA PEMBUKAAN LATIHAN

Perlengkapan upacara:
  1. Bendera Merah Putih
  2. Tiang Bendera (tongkat restok disambung tiga dengan tali rami)
  3. Teks Pancasila
  4. Teks Dasadarma
Pelaksana upacara:
  1. Pemimpin upacara (Pratama)    : 1 orang
  2. Pembina upacara                        : 1 orang
  3. Pengibar Bendera                       : 3 orang
  4. Pembaca Dasadarma                  : 1 orang
Persiapan:
  1. Pemeriksaan kerapian, absensi, oleh masing-masing pimpinan Regu.
  2. Pembagian tugas pelaksana dan persiapan perlengkapan upacara oleh regu yang bertugas.
  3. Pratama membentuk barisan angkare dan memeriksa kerapian barisan upacara.
Pelaksanaan Upacara Pembukaan Latihan:
  1. Laporan masing-masing Pimpinan regu kepada Pratama (sebelum laporan, Pinru paling kanan memimpin penghormatan kepada Pratama).
  2. Pratama menjemput Pembina Upacara sekaligus laporan bahwa upacara siap dilaksanakan.
  3. Pembina Upacara mengambil tempat di samping kanan belakang tiang bendera dan Pembantu Pembina berada dibelakang Pembina Upacara dalam bentuk barisan bersaf.
  4. Pembina Upacara melangkah satu langkah, penghormatan dipimpin oleh Pratama dan diikuti seluruh perserta upacara.
  5. Pratama menyerahkan Pasukan kepada Pembina Upacara, dan kembali ke tempatnya/ regunya.
  6. Pengibaran Bendera Merah Putih oleh petugas bendera, penghormatan dipimpin oleh Pembina Upacara.
  7. Pembacaan teks Pancasila oleh Pembina Upacara.
  8. Pembacaan Dasadarma oleh yang bertugas.
  9. Kata pengantar dari Pembina Upacara tentang tema atau acara latihan.
  10. Doa dipimpin oleh Pembina Upacara.
  11. Pasukan diserahkan kepada Pratama, penghormatan kepada Pembina Upacara dipimpin oleh Pratama.
  12. Pembina Upacara meninggalkan lapangan upacara dan mengucapkan terima kasih kepada Pembantu Pembina.
  13. Pratama membubarkan barisan upacara untuk mengikuti latihan.



UPACARA  PENUTUPAN LATIHAN


Perlengkapan upacara:
  1. Bendera Merah Putih
  2. Tiang Bendera (tongkat restok disambung tiga dengan tali rami)
Pelaksana upacara:
  1. Pemimpin upacara (Pratama)   : 1 orang
  2. Pembina upacara                       : 1 orang
  3. Penurun Bendera                       : 3 orang
Persiapan:
  1. Pemeriksaan kerapian oleh masing-masing pimpinan Regu.
  2. Pembagian tugas pelaksana dan persiapan perlengkapan upacara oleh regu yang bertugas.
  3. Pratama membentuk barisan angkare dan memeriksa kerapian barisan upacara.
Pelaksanaan Upacara Pembukaan Latihan:
  1. Laporan masing-masing Pimpinan regu kepada Pratama (sebelum laporan, Pinru paling kanan memimpin penghormatan kepada Pratama).
  2. Pratama menjemput Pembina Upacara sekaligus laporan bahwa upacara siap dilaksanakan.
  3. Pembina Upacara mengambil tempat di samping kanan belakang tiang bendera dan Pembantu Pembina berada dibelakang Pembina Upacara dalam bentuk barisan bersaf.
  4. Pembina Upacara melangkah satu langkah, penghormatan dipimpin oleh Pratama dan diikuti seluruh perserta upacara.
  5. Pratama menyerahkan Pasukan kepada Pembina Upacara, dan kembali ke tempatnya/ regunya.
  6. Penurunan Bendera Merah Putih oleh petugas bendera, penghormatan dipimpin oleh Pembina Upacara. (Saat penurun bendera kembali ke tempatnya tidak boleh balik kanan).
  7. Kata arahan dari Pembina Upacara tentang pelaksanaan latihan atau acara latihan berikutnya.
  8. Doa dipimpin oleh Pembina Upacara.
  9. Pasukan diserahkan kepada Pratama, penghormatan kepada Pembina Upacara dipimpin oleh Pratama.
  10. Pembina Upacara meninggalkan lapangan upacara dan mengucapkan terima kasih kepada Pembantu Pembina.
  11. Pratama membubarkan barisan upacara.

Sabtu, 09 November 2019

4 Peristiwa Istimewa Iringi Kelahiran Nabi Muhammad

Setiap datang bulan Rabi’ul Awal, masjid-masjid di Tanah Air ramai dengan peringatan Maulid Nabi SAW. Bahkan, tak hanya di masjid-masjid, tetapi juga di mushala, kediaman pribadi, sekolah, instansi pemerintahan, sampai istana, peringatan ini pun digelar. Alunan shalawat dan syair-syair cinta Rasul, serta lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an lebih sering terdengar dari sudut-sudut kampung dan pemukiman warga Muslim. 

Nilai-nilai luhur dan pesan-pesan keagamaan kembali ditandaskan para juru dakwah dan pewaris para nabi. Hal itu kian menegaskan betapa tingginya kecintaan mereka terhadap Rasulullah SAW dan betapa kuatnya keinginan mereka berkumpul bersamanya kelak pada hari Kiamat. Sebab, pada hari itu, setiap hamba akan dikumpulkan bersama orang-orang yang dicintainya, sebagaimana salah satu sabdanya, “Engkau bersama orang-orang yang engkau cintai,” (HR Al-Bukhari, Muslim, dan yang lain). Peringatan tersebut dilakukan kaum Muslimin sebagai wujud kecintaan dan penghormatan mereka terhadap Rasulullah SAW sebagai panutan alam yang sangat berjasa bagi mereka. Sebab, ia adalah sosok pembawa cahaya terang di tengah kegelapan. Ia bak oase di tengah padang pasir yang tandus. Ia pula yang mengantarkan mereka kepada pintu hidayah dan gerbang keimanan. 

Namun, muncul sebuah pertanyaan ringan, mengapa kaum Muslimin mengenang Rasulullah SAW pada hari kelahirannya, bukan pada hari wafatnya, sebagaimana tradisi haul atas wafatnya para ulama? Jawabannya sangat sederhana. Pertama, tidaklah mungkin membandingkan Rasulullah SAW dengan para ulama. Kedua, ulama atau pahlawan dikenang pada hari wafatnya setelah terlihat jasa dan perjuangannya. Sementara Rasulullah SAW sebelum kelahirannya pun, sudah membawa banyak keberkahan bagi seluruh alam. 

Sejak Nabi Adam diciptakan, nama Nabi Muhammad telah tertulis di pintu surga. Kemunculannya telah dikabarkan Taurat dan Injil. Karenanya, 12 Rabi’ul Awal menjadi titimangsa yang paling dinanti oleh seluruh penduduk langit dan bumi.   Sebagai bentuk kegembiraan atas hadirnya sosok panutan alam, tak heran pula jika beberapa kejadian langka dan mengagumkan turut mendahului dan mengiringi kelahirannya. Itulah sebabnya beliau dikenang pada hari kelahirannya. Adapun sejumlah kejadian menakjubkan yang menyertai kelahiran Nabi SAW, antara lain adalah sebagai berikut. 

Pertama, hancurnya pasukan Abrahah yang hendak menyerang Ka‘bah oleh kawanan burung Ababil. Peristiwa ini berlangsung pada tahun 571 M, tepat pada tahun kelahiran Nabi SAW. Penyerangan Abrahah sendiri dipicu oleh kecemburuannya melihat bangunan Ka’bah yang selalu ramai dikunjungi masyarakat Arab dari berbagai penjuru. Kendati sudah mendirikan gereja super megah sebagai tandingannya, namun masyarakat Arab tetap memilih berkunjung ke bangunan tua yang didirikan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail tersebut. Itulah alasannya Abrahah bertolak dari Yaman bersama pasukan bergajah untuk menghancurkan rumah Allah tersebut. 

Namun, Allah berkehendak menyelamatkan rumah-Nya. Gajah-gajah Abrahah berhenti di tempat yang dikehendaki-Nya. Saat itulah Rabbul Ka‘bah menurunkan kawanan burung Ababil dari berbagai penjuru dengan membawa batu-batu dari tanah yang membakar. Batu-batu tersebut kemudian ditimpakan dari atas ke kepala bala tentara Abrahah. Kedahsyatan peristiwa ini pun  diabadikan Al-Quran dalam surah al-Fil (5) ayat 1-5. Bahkan, hewan gajah sendiri menjadi nama surat yang mengisahkan peristiwa tersebut. (Lihat Sîrah Ibni Ishaq, Darul Fikr, Beirut, Cetatakan Pertama, halaman 59-62). 

Kedua, sebagaimana yang diungkap Makhzum bin Hani Al-Makhzumi, pada malam kelahiran Nabi SAW, istana Kisra berguncang hingga 14 ruangannya runtuh, api di negeri Persia yang selalu disembah kaum Majusi padam seketika. Padahal, sudah seribu tahun lamanya, api tersebut selalu menyala. Seiring dengan kejadian itu, air danau Sawah surut, lembah Samawah kebanjiran, sejumlah mata air mengering, sehingga membuat Kisra dan rakyatnya bingung dan kelimpungan. Dikabarkan pula, seorang kepercayan Kisra bernama al-Mubidzan bermimpi melihat unta-unta bermuatan berat menuntun kuda-kuda bagus. Unta-unta tersebut berjalan mengarungi sungai Tigris dan sungai Eufrat lalu menyebar ke sejumlah negerinya. Menurut penafsiran, sebuah peristiwa besar di penjuru Arab akan terjadi. Peristiwa dimaksud tak lain adalah kelahiran Nabi SAW. (Lihat Abu Zahrah, Khatamun Nabiyyin, [Kairo, Darul Fikr: 1425 H], jilid I, halaman 105). 

Ketiga, setelah kelahiran Nabi SAW kaum jin tak lagi bisa mengintip berita langit. Hal itu diakui oleh kaum jin sendiri, sebagaimana dilansir Al-Quran, “Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang siapa saja yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya),” (Surat Al-Jin ayat 8-9). Padahal sebelumnya, mereka dengan mudahnya mendapatkan kabar dan perintah langit untuk kembali disebarkan kepada juru ramal dan tukang sihir. Namun setelah Nabi SAW lahir, Allah meminta langit dihalangi dari setan dan dipenuhi penjagaan malaikat, panah-panah api sehingga mereka tak lagi bisa mendengarnya. Diriwayatkan, tatkala tak bisa mengakses informasi langit, kaum jin berkumpul dan melaporkan kejadian itu kepada Iblis. Dengan cepat, Iblis mengintruksikan agar kaumnya menyebar ke seluruh bumi, dari barat sampai timur, seraya memastikan apa yang sesungguhnya terjadi. Ternyata, dari hasil pengamatan mereka, ditemukan bahwa di kota Mekah ada seorang bayi yang tengah dikerumini malaikat. Bayi itu mengeluarkan sinar dan memancar ke langit. Para malaikat pun sibuk menyampaikan salam kepada panutan alam yang baru saja dilahirkan. Begitu kejadian tersebut dilaporkan, Iblis sangat menyesalkannya. Sebab, panutan alam telah datang. Artinya, rahmat bagi umat manusia akan terlimpahkan. Sehingga pantas, menurutnya, jin dan setan dihalang-halangi naik ke langit dan mencuri informasinya. (Lihat Samia Menisi, Jin-jin Muslim Sahabat Nabi, [Jakarta, Qalam-Serambi: 2016 M], halaman 31). 

Keempat, beberapa keajaiban yang menimpa Halimah As-Sa‘diyah, ibu persusuan Nabi SAW. Kala itu serombongan wanita dari bani Sa‘id datang guna mencari bayi yang akan disusuinya demi mendapatkan upah dan bayarannya.  Termasuk Halimah yang diantar oleh suami beserta bayi mungilnya. Namun, dua hari berada di Mekah, Halimah belum juga mendapatkan bayi. Yang tersisa hanyalah bayi bernama Muhammad bin ‘Abdullah. Rupanya bayi yang satu ini tak menjadi pilihan para wanita bani Sa‘id lainnya mengingat kondisinya yang yatim, harapan mereka mendapat upah dari bekerja menyusuinya tak akan terpenuhi. Tetapi, karena tak mau pulang dengan tangan kosong, akhirnya Halimah sepakat dengan sang suami untuk mengambil bayi yatim bernama Muhammad itu. Tak diduga, begitu sang bayi diterima, dan dibuka kain bungkusnya, Halimah melihatnya penuh takjub. Wajah sang bayi yang bercahaya membuat dirinya begitu kagum karena baru itu ia mendapatkan bayi yang luar biasa. Tak sampai di situ, begitu si bayi disusui, air susu dari Halimah mengalir deras. Bahkan, unta yang ditumpangi mereka yang semula kurus seketika menjadi gemuk dan kuat menempuh perjalanan. Sejak itu keberkahan pun berlimpah, tidak hanya kepada keluarga Halimah, tetapi juga kepada kabilahnya. (Lihat Sîrah Ibnu Hisyâm, [Maktabah Syirkah Al-Babi Al-Halabi], cetakan kedua, jilid I, halaman 162). 

Itulah beberapa peristiwa menakjubkan yang menyertai kelahiran Nabi SAW. Masih banyak lagi peristiwa lainnya, seperti bersujudnya berhala-berhala, terdengar suara dari dalam Ka‘bah, ramainya burung-burung seakan memberi salam, kejadian Aminah yang sama sekali tak merasa letih setelah melahirkan Nabi SAW, datangnya para wanita mulia mendampingi persalinannya, kondisi bayi seperti yang sudah dikhitan, dan sebagainya. Itulah sekilas tentang kelahiran Nabi, beberapa peristiwa mengagumkan yang menyertainya, dan tradisi memperingatinya. Mudah-mudahan hal ini membuat kita semakin cinta dan kagum kepadanya, serta kelak hari Kiamat kita dikumpulkan bersamanya. Tentu kecintaan kepadanya tak berhenti sampai di situ, tetapi harus diwujudkan dalam bentuk kecintaan kepada Allah dan ketaatan terhadap agama yang diajarkannya. Katakanlah, “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu,” (Surat Ali ‘Imran ayat 31). Wallahu ‘alam. (M Tatam Wijaya)


Sumber :  NU Online

"Orang yang bahagia itu akan selalu menyediakan waktu untuk membaca karena membaca itu sumber hikmah; menyediakan waktu tertawa karena tertawa itu musiknya jiwa; menyediakan waktu untuk berpikir karena berpikir itu pokok kemajuan; menyediakan waktu untuk beramal karena beramal itu pangkal kejayaan; menyediakan waktu untuk bersenda-gurau karena bersenda itu akan membuat muda selalu; dan menyediakan waktu beribadah karena beribadah itu adalah ibu dari segala ketenangan jiwa."

(Kata Mutiara, Anonim)