Pages

Senin, 17 Februari 2020

BURUNG PERKUTUT, "SANTRI" PERTAMA NABI ADAM AS

Sebuah kisah, sempat kami dapatkan waktu sowan dgn Kyai.. Bahwa, ketika Nabi Adam As turun ke bumi, hewan dan tumbuhan sudah ada di bumi. 
Lalu kemudian, ada seekor burung yang datang menghampiri Nabi Adam. Burung itu adalah Burung Perkutut. Nabi Adam sangat terkesan, karena banyak hewan-hewan besar yang berlalu-lalang, namun ternyata yang datang untuk 'sowan' hanyalah seekor burung kecil. 

Lalu kemudian, Nabi Adam menengadahkan tangan, dan berdoa: "Ya Allah.., burung ini adalah hewan pertama yg datang menemuiku. Muliakanlah semua keturunannya" 

Itulah kenapa, Burung Perkutut banyak dimiliki oleh para Kyai, dan kalangan bangsawan. 

Burung perkutut adalah nama burung yang sudah tidak asing lagi, julukannya adalah Abu tholhah da abu dzikro, ia memilki kicauan yang indah. Nama untuk wanitanya adalah Qomriyah, 

untuk pejantannya adalah saq hur.
Ibnu sayyiduh berkata : perkutut adalah burung kecil termasuk jenisnya burng dara. Jama’nya adalah Qomari atau Qumrun..demikian seperti yang tertera dalam kitab Qomus..

Pengarang kitab al-ta’rif mengatakan : lafadz Qomri tidak boleh ditanwin.

Imam al-sam’ani mengatakan dalam kitab “al-ansab” al-qomrah adalah nama Negara yang putih bagaikan kapur (mungkin) tepatnya di mesir, karena keberadaan Hajjaj bin sulaiman bin aflah.

Di riwayatkan dari imam anas bin malik, al-laits bin sa’ad dan selainnya bahwa hajjaj meninggal dunia pada tahun 198 H dan Muhammad bin salamah serta selainnya dari beliau, Muhammad berkata ; perkutut adalah nama burng yang di nisbahkan pada Negara ini, begitu yang telah disampaikan oleh pengarang kitab Mujmal.

Termasuk keajaiban burung perkutut adalah : telurnya bisa  di tetaskan (enggremi :jw) dengan burung puter (jw) begitu pula sebaliknya. Dan juga hama tanaman akan lari bila mendengar suara burung perkutut. Abu mudhoffar bin al-Sama’ani meriwayatkan dari orang tuanya, ayahnya berkata : said bin mubarak pernah mendendangkan sebuah syair :

Aku tahu bahwa keutamaan akan menghampiri para pemberi makan sahur keluarganya..
Sedangkan kebodohan seseorang akan mengalahkannya dari kemajuan.Begitu pula aku tahu, kadang seseorang terselamatkan oleh buruk tutur katanya dan dengan merawat burung perkutut yang yang indah kicauannya.

Faidah…

Suatu ketika imam Syafi’i duduk di dekat imam Malik, kemudian datanglah seorang pria seraya berkata ” aku telah menjual burung perkututku hari ini, namun tak lama kemudian sang pembeli mengembalikannya seraya berkata ” perkututmu tidak berkicau” setelah itu aku bersumpah jika perkututku tidak berkicau, aku akan mentalak (istriku), kemudian imam malik berkata ” sesungguhnya kamu telah mentalak istrimu”.

 Ketika itu usia imam Syafi’i baru empat belas tahun, dan beliau berkata pada lelaki itu ” mana yang lebih banyak, berkicaunya atau diamnya?” lelaki itu menjawab “berkicaunya” imam Syafi’i berkata “kalau begitu, istri kamu tidak tertalak”.

 Mendengar hal itu imam Malik berkata “hai anak  muda!!   Darimana kamu mendapatkan jawaban itu?” beliau menjawab “dari engkau. Engkau dari Zuhri dari Ibni Salamah bin Abdirrahman dari Ummi Salamah :

 sesungguhnya Fathimah binti Qois berkata “wahai Rasulallah, sesungguhnya Abu Jahm dan Mu’awiyah melamarku, Nabi berkata “kalau Mu’awiyah, dia seorang yang amat miskin. Sedangkan Abu Jahm adalah seorang yang tak pernah meletakkan tongkatnya dari bahunya. Rasullah mengetahui bahwa Abu Jahm adalah seorang yang bisa makan tidur dan istirahat, beliau berkata “tidak meletakkan tonggkatnya” maksud beliau adalah majaz karena kebiasaan orang arab memakai yang paling menonjol dari kedua pekerjaannya..

Kalau demikian (berkicaunya lebih sering dari pada diamnya) maka burung itu dianggap selalu berkicau. Setelah penjelasan itu imam Malik terkagum atas jawaban imam Syafi’i kemudian imam Malik berkata “sekarang engkau telah boleh memberikan fatwa dalam usiamu yang sekarang”

Wallahu a’lam.

"Orang yang bahagia itu akan selalu menyediakan waktu untuk membaca karena membaca itu sumber hikmah; menyediakan waktu tertawa karena tertawa itu musiknya jiwa; menyediakan waktu untuk berpikir karena berpikir itu pokok kemajuan; menyediakan waktu untuk beramal karena beramal itu pangkal kejayaan; menyediakan waktu untuk bersenda-gurau karena bersenda itu akan membuat muda selalu; dan menyediakan waktu beribadah karena beribadah itu adalah ibu dari segala ketenangan jiwa."

(Kata Mutiara, Anonim)