Ruang LAB Komputer SMP Islam Watulimo |
Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) akan kembali menjadi mata palajaran (Mapel)
utama untuk jenjang SMP dan SMA. Selama ini, TIK hanya bagian dari materi mata
pelajaran muatan lokal atau keterampilan. Mapel TIK akan berganti nama jadi
Informatika dan diterapkan pada tahun ajaran 2019.
Kepala
Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Awalludin
Tjalla mengatakan, mengembalikan TIK menjadi mata pelajaran merupakan
bagian dari langkah strategis Kemendikbud dalam menghadapi tantangan revolusi
industri 4.0. Mapel Informatika menjadi ilmu yang wajib dikuasi para pelajar di
pendidikan dasar dan menengah.
Ia
menjelaskan, konsep mapel Informatika berbeda dengan pendidikan TIK meskipun
ada beberapa hal yang diadaptasi. Mapel Informatika tidak hanya mempelajari
beragam perangkat lunak komputer, tetapi juga memecahkan masalah dan membuat
aplikasi dengan berpikir kritis.
“Siswa dituntut berpikir komputasional dengan
mempelajari beragam disiplin ilmu. Baik informatika atau noninformatika. Produk
TIK untuk menunjang pembelajaran dan tugas sehari-hari itu masih perlu
dijalankan sebagai bagian dari program literasi digital yang sudah dijalankan,”
kata Tjalla di Jakarta, Senin, 3 September 2018.
Ia menuturkan, mapel Informatika mencakup lima materi yang bakal menunjang
kompetensi siswa di era revolusi industri 4.0. Yakni, teknik komputer,
jaringan komputer/internet, analisis data, dampak sosial informatika, dan
programming. “Mapel Informatika sesuai dengan kebutuhan masa depan anak
bangsa,” katanya.
Desakan untuk mengembalikan TIK menjadi mapel terjadi
sejak awal tahun ini. Ikatan Guru TIK Persatuan Guru Republik Indonesia
menyesalkan langkah Kemendikbud yang menghapus TIK dari Mapel utama. Selain
merugikan siswa, dampak dari penghapusan tersebut juga mengubah fungsi dari
para guru TIK dari guru menjadi tenaga kependidikan.
“Sesuai dengan Undang-Undang Guru dan Dosen, pasal 1
yang menyebutkan guru harus merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, hingga
penilaian. Apalagi saat ini zaman sudah berubah, semua dilakukan serba online,
termasuk metode belajar. Sekitar 98 persen guru TIK ingin kembali menjadi mata
pelajaran. Jumlah guru TIK mencapai 30.818 orang,” kata Sekretaris Jenderal
IGTIK PGRI Wijaya Kusumah Wijaya Kusumah.
Pengamat Pendidikan dari Eduspec Indonesia Indra
Charismiadji menilai, kembalinya TIK menjadi mapel tak akan berjalan mulus dan
tak bisa serentak di semua sekolah. Pemerintah harus membangun sarana dan
prasarana pendukung terlebih dahulu. Menurut dia, hanya sekolah yang berada di
kota besar yang kemungkinan langsung siap menggelar mapel Informatika.
“Sambil menyiapkan sarana dan prasarana, juga tenaga
pendidik yang mengampu mata pelajaran tersebut. Secara konsep, masuknya
Informatika ke dalam kurikulum sudah siap. Namun ada keraguan dari pihak
Kemendikbud terkait kesiapan sekolah itu sendiri. Terutama dari sisi sarana dan
prasarana komputer, dan kesiapan gurunya,” kata Indra.
Ia
mengatakan, selama ini, untuk pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer
(UNBK) saja, sebagian sekolah masih harus menumpang ke sekolah lain. Menurut
dia, kompetensi guru Informatika juga harus ditingkatkan terlebih dahulu
melalui beragam pelatihan.
“Gurunya juga harus belajar dan mengembangkan diri.
Karena sekarang sudah zamannya internet, guru yang tidak menguasai teknologi
akan ditinggalkan. Jadi kemungkinan tidak wajib di semua sekolah dulu, sambil
terus menyiapkan guru-gurunya agar mampu mengampu mata pelajaran ini,”
ucapnya.***