Pages

Selasa, 07 April 2020

ADA APA DENGAN NISYFU SYA’BAN?


ONE DAY ONE HADITH
Oleh:
Dr. H. Fathul Bari

Diriwayatkan dari Siti Aisyah ra bercerita bahwa pada suatu malam ia kehilangan Rasulullah SAW. Ia lalu mencari dan akhirnya menemukan beliau di pekuburan Baqi’ 
(al-Gharqad) sedang menengadahkan wajahnya ke langit. Beliau berkata: 

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَنْزِلُ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَغْفِرُ لِأَكْثَرَ مِنْ عَدَدِ شَعْرِ غَنَمِ كَلْبٍ

“Sesungguhnya Allah Azza Wajalla turun ke langit dunia pada malam nishfu Sya’ban dan mengampuni (dosa) yang banyaknya melebihi jumlah bulu domba Bani Kalb.” 

[HR Turmudzi, Ahmad dan Ibnu Majah] 

Catatan Alvers

Malam Nishfu Sya’ban berbeda dengan malam yang lain, Ia memiliki keutamaan- keutamaan yang istimewa di antaranya adalah melimpahnya pengampunan Allah yang maha pengasih dan penyayang sebagaimana keterangan hadits di atas. Maka tidaklah mengherankan jika Al-Syafi’i berkata: 
"bahwa permohonan akan dikabulkan dalam lima malam, salah satunya adalah malam Nishfu Sya’ban.” 

[Al-Umm]. 

Banyaknya Pengampunan Allah pada malam itu diumpamakan dengan jumlah yang lebih banyak dari jumlah bulu domba-domba yang dimiliki oleh kabilah yang terkenal memiliki banyak domba yaitu bani kalb.
Mengomentari status hadits di atas, pakar hadits dari kalangan wahabi, Albani mengatakan :

و جملة القول أن الحديث بمجموع هذه الطرق صحيح بلا ريب و الصحة تثبت بأقل منها عددا ما دامت سالمة من الضعف الشديد كما هو الشأن في هذا الحديث

Kesimpulannya adalah bahwa hadits ini dengan berbagai jalur periwayatannya adalah berstatus SHAHIH TANPA KERAGUAN. Mengingat Keshahihan satu hadits bisa ditetapkan  oleh jumlah jalur periwayatan yang lebih sedikit dari jalur hadits di atas dengan catatan selamat dari status sangat dla’if sebagai mana status yang dimiliki oleh hadits ini. 

[As-Silsilah As-Shahihah Juz III Halaman 218]

Dalam hadits lainnya yang diriwayatkan dari Siti A’isyah RA berkata, : 

"Suatu malam Rasulullah mengerjakan shalat, kemudian beliau bersujud dalam waktu yang lama sehingga aku menyangka bahwa Rasulullah telah wafat, karena curiga maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Setelah Rasulullah mengangkat kepala dari sujud dan usai salat, maka beliau berkata: 

يَا عَائِشَةُ أَوْ يَا حُمَيْرَاءُ أَظَنَنْت أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ خَاسَ بِك ؟

“Hai A’isyah / Humaira’ apakah engkau menyangku aku meninggalkan (giliran) mu?”. Lalu aku menjawab: “Tidak ya Rasulullah, aku hanya berfikiran engkau wafat karena engkau bersujud begitu lama”. Lalu beliau bertanya: “Tahukah engkau, malam apa sekarang ini”. “Rasulullah yang lebih tahu”, jawabku. 

هَذِهِ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَطَّلِعُ عَلَى عِبَادِهِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِلْمُسْتَغْفِرِينَ وَيَرْحَمُ الْمُسْتَرْحِمِينَ وَيُؤَخِّرُ أَهْلَ الْحِقْدِ كَمَا هُمْ

“Malam ini adalah malam nisfu Sya’ban, Allah mengawasi hambanya pada malam ini, maka Ia memaafkan mereka yang meminta ampunan, memberi kasih sayang mereka yang meminta kasih sayang dan menyingkirkan orang-orang yang dengki sebagaimana kondisi mereka” 

[HR Baihaqi dalam Syua’bul Iman] .

Keutamaaan lainnya adalah diangkatnya amalan kita. Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid R.A, ia bertanya : 

“Wahai Rasulullah, kenapa aku tidak pernah melihat Anda berpuasa sunnah dalam satu bulan tertentu yang lebih banyak dari bulan Sya’ban?, Beliau SAW menjawab:

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفِلُ النَّاسُ عَنْهُ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الأَعْمَال إِلى رَبِّ العَالمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عملي وَأَنَا صَائِمٌ

“Ia adalah bulan di saat manusia banyak yang lalai (dari beramal shalih), antara Rajab dan Ramadhan. Ia adalah bulan di saat amal-amal dibawa naik kepada Allah Rabb semesta alam, maka aku senang apabila amal-amalku diangkat kepada Allah saat aku mengerjakan puasa sunnah.”

[HR. An-Nasai]

Sebenarnya pelaporan Amal kita ini ada yang harian ada yang mingguan, ada pula yang tahunan. Laporan harian dilakukan Malaikat pada siang hari dan malam hari. Yang migguan dilakukan Malaikat setiap Senin dan Kamis. Adapun yang tahunan dilakukan pad a setiap Lailatul Qadar dan Malam Nisfu Sya’ban. Dengan demikian, Pelaporan amal terbagi menjadi 2 bagian. Pelaporan secara global yaitu terjadi dua kali seminggu yaitu setiap hari senin dan kamis, dan terjadi dua kali pula setiap tahunnya yaitu setiap Lailatul Qadar dan Malam Nisfu Sya’ban dan demikian pula Pelaporan secara detail terjadi dua kali setiap harinya yaitu setiap siang dan malam hari 

[I’anatut Thalibin]

Sebagai penutup 1D1H ini, terdapat keterangan dari Ibnu Rajab al-Hanbali bahwa “Malam Nishfu Sya’ban, kaum Tabi’in dari penduduk Syam mengagungkannya dan bersungguh-sungguh menunaikan ibadah pada malam tersebut. 

Khalid bin Ma’dan, Luqman bin Amir dan lain-lain dari kalangan tabi’in Syam mendirikan shalat di dalam Masjid pada malam Nishfu Sya’ban. Perbuatan mereka disetujui oleh al-Imam Ishaq Ibnu Rahawaih. Ibnu Rahawaih berkata mengenai shalat sunnah pada malam Nishfu Sya’ban di Masjid-masjid secara berjamaah: “Hal tersebut tidak termasuk bid’ah.” 

[al-Hafizh Ibnu Rajab al-Hanbali, Lathaif al-Ma’arif halaman 263] 

Wallahu A’lam. 

"Orang yang bahagia itu akan selalu menyediakan waktu untuk membaca karena membaca itu sumber hikmah; menyediakan waktu tertawa karena tertawa itu musiknya jiwa; menyediakan waktu untuk berpikir karena berpikir itu pokok kemajuan; menyediakan waktu untuk beramal karena beramal itu pangkal kejayaan; menyediakan waktu untuk bersenda-gurau karena bersenda itu akan membuat muda selalu; dan menyediakan waktu beribadah karena beribadah itu adalah ibu dari segala ketenangan jiwa."

(Kata Mutiara, Anonim)