Pages

Kampus SMP Islam Watulimo

Jl. Raya Pantai Prigi, Gg. Masjid Jami' Slawe - Watulimo -. Trenggalek

Gedung Laboratorium

Laboratorium IPA, Perpustakaan Sekolah dan Ruang Kelas

Dewan Asatidz

Sebagian Dewan Asatidz/Dzah SMP Islam Watulimo

Laboratorium Komputer

Ruang dan Sarana Prasarana LAB KOMPUTER SMP Islam Watulimo

Tim Lomba Jelajah Santri

Lomba Jelajah Situs Sejarah Santri Trenggalek Tahun 2019.

Tim Drum Band

Tim Parade Drum Band "GITA BAHANA SMIWA" SMP Islam Watulimo.

Pengurus OSIS SMP Islam Watulimo

Pelantikan Pengurus OSIS SMP Islam Watulimo Masa Bhakti 2019/2020.

Tim Paduan Suara

Paduan Suara pada Kegiatan APEL AKBAR Ansor-Banser se Kabupaten Trenggalek di Pantai Prigi.

Pramuka Kita

Pelantikan Pramuka Penggalang Rakit dan Terap SMP Islam Watulimo.

LJS3T 2019

Juara Umum 3 Putri LJS3T SAKOMA Kabupaten Trenggalek tahun 2019.

LJS3T 2019

Juara Harapan Putra LJS3T SAKOMA Kabupaten Trenggalek tahun 2019.

Gedung Sekolah

Kampus SMP Islam Watulimo tampak dari arah Timur.

Study Tour

Study Tour Kelas IX ke Candi Borobudur Jawa Tengah.

OSIS dan DEGA

OSIS dan DEGA SMP Islam Watulimo ikut menjadi Panitia PERGAMA SAKOMA Koortan Watulimo.

STOP NARKOBA

SMP Islam Watulimo; Narkoba NO Prestasi YES.

KEMAH BHAKTI

KEMAH BHAKTI dan Perkemahan Pisah Tahun 2019-2020 di Buper Damas Karanggandu.

Masjid di Sekolahku

Masjid Jami' Nurul Iman Slawe yang berada satu lokasi dengan Sekolah.

Senin, 13 Juli 2020

MASA PENGENALAN LINGKUNGAN SEKOLAH TAHUN 2020

SMIWA Online, Senin 13 Juli 2020 SMP Islam Watulimo melaksanakan Pembukaan Awal Tahun Pelajaran baru yaitu 2020/2021. Pada awal masuk tersebut semua Siswa Baru diberi Penjelasan dan Pengarahan oleh Bapak Suratman, S.Kom selaku Waka Kesiswaan. Tahun Pelajaran 2020/2021 lain daripada yang lain, dikarenakan kondisi Bangsa sedang diuji dengan adanya wabah Virus / Pandemi, yaitu adanya Virus Corona atau Covid-19 yang mengakibatkan segala aktifitas yang melibatkan massa berkerumun (dalam jumlah banyak) dibatasi dengan tujuan untuk meminimalisir / memutus mata rantai penyebaran Virus yang banyak memakan korban jiwa tersebut.
.
Pada Tahun pelajaran baru ini diterapkan tatanan New Normal oleh Pemerintah sehingga semua siswa, guru dan wali murid dituntut untuk melaksanakan Protokol Kesehatan. Tak lupa dalam Pembukaan Awal Tahun pelajaran baru tersebut dalam sambutannya Bapak kepala sekolah, yaitu Bapak Habib Jum'aturrohman, S.Pd berpesan kepada para Siswa baru untuk menerapkan Protokol Kesehatan, yang diantaranya meliputi : Jaga jarak, sering mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, pakai masker, dilarang berkerumun, dan lain-lainnya.
.

Pihak sekolah juga menginformasikan kepada para siswa baru bahwa pelaksanaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) untuk tahun 2020 ini dilaksanakan secara Daring (dalam jejaring) atau Virtual. Semua Proses pelaksanaan dilaksanakan dari rumah masing-masing Siswa dengan menggunakan Media Sosial yang meliputi: Channel Youtube (Myanto Official), Classroom, Google Form dan Group WhatsApp. 
.
Pelaksanaan MPLS Daring 2020 tersebut tetap mengambil materi lengkap / penuh yaitu :
  1. Wawasan Wiyata Mandala
  2. Kesadaran Berbangsa dan Bernegara
  3. Cara Belajar Efektif
  4. Pengenalan Kurikulum 2013
  5. Pembinaan Karakter
  6. Pembinaan Mental Keagamaan
  7. Tata Krama Siswa, dan
  8. Pendidikan Kepramukaan.
.
Dari materi-materi tersebut di atas, dijadwalkan Pelaksanaannya oleh Bapak Muharni, S.Pd selaku Waka Kurikulum SMP Islam Watulimo, yaitu mulai Tanggal 14 s.d. 16 Juli 2020 dan semua Siswa baru mengikuti MPLS Daring yang didampingi oleh para orang tua siswa dari rumah masing-masing. (MY).

Sabtu, 06 Juni 2020

INFORMASI PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU


SMP Islam Watulimo Tahun Pelajaran 2020/2021 menerima Pendaftaran Peserta Didik Baru. Bagi Bapak/ibu yang putra-putrinya sudah lulus SD/MI tahun ini atau tahun sebelumnya, bisa mendaftarkan di SMP Islam Watulimo. Adapun ketentuan dan persyaratan sebagaimana pada Pamflet/brosur. Hal-hal yang blum jelas bisa ditanyakan secara Online melalui Nomor WA yang tertera pada pamflet/brosur tersebut. Terima kasih (My)

Sabtu, 30 Mei 2020

FILOSOFI KETUPAT DAN LEPET


Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه

Konon adalah Sunan Kalijaga yang pertama kali memperkenalkan pada masyarakat Jawa. 

Sunan Kalijaga membudayakan 2 kali BAKDA, yaitu 
bakda Lebaran dan bakda Kupat yang dimulai seminggu sesudah Lebaran.

*Arti Kata Ketupat.*

Dalam filosofi Jawa, ketupat memiliki makna khusus. 
Ketupat atau KUPAT merupakan kependekan dari :
NGAKU LEPAT dan LAKU PAPAT.
Ngaku lepat artinya MENGAKUI KESALAHAN.
Laku papat artinya EMPAT TINDAKAN.

NGAKU LEPAT.

Tradisi sungkeman menjadi implementasi ngaku lepat (mengakui kesalahan) bagi orang jawa.
Sungkeman mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, 
bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan ampunan dari orang lain.

LAKU PAPAT.

1. LEBARAN.
2. LUBERAN.
3. LEBURAN.
4. LABURAN.

LEBARAN
Sudah usai, menandakan berakhirnya waktu puasa. 

LUBERAN
Meluber atau melimpah, ajakan bersedekah untuk kaum miskin.
Pengeluaran zakat fitrah.

LEBURAN
Sudah habis dan lebur. 
Maksudnya dosa dan kesalahan akan melebur habis 
karena setiap umat islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.

LABURAN
Berasal dari kata labur, 
dengan kapur yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding.
Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batinnya.

FILOSOFI KUPAT - LEPET

KUPAT
Kenapa mesti dibungkus JANUR ? 
Janur, diambil dari bahasa Arab " Ja'a nur " (telah datang cahaya ). 
Bentuk fisik kupat yang segi empat ibarat HATI manusia.
Saat orang sudah mengakui kesalahannya maka hatinya seperti KUPAT YANG DIBELAH, 
pasti isinya putih bersih, hati yang tanpa iri dan dengki.
Kenapa? 
Karena hatinya sudah dibungkus CAHAYA (ja'a nur). 

LEPET
Lepet = silep kang rapet.
Mangga dipun silep ingkang rapet, mari kita KUBUR/TUTUP YANG RAPAT.
Jadi setelah ngaku lepet, meminta maaf, menutup kesalahan yang sudah dimaafkan, 
jangan diulang lagi, agar persaudaraan semakin erat seperti lengketnya KETAN DALAM LEPET.

Allahu'alam
Semoga bermanfaat,

Sumber :
Dilansir dari Historia id, ketupat memiliki sejarah panjang di Indonesia, 
diyakini diperkenalkan pertama kali di Kerajaan Islam Demak, 
Oleh Raden Mas Sahid atau yang dikenal dengan nama Sunan Kalijaga.

Kamis, 07 Mei 2020

PRESIDEN PERTAMA NU : KH HASAN GIPO


oleh : Shuniyya Ruhama 

Sebagian besar dari kita saat ditanya, siapa Presiden atau Ketua Tanfidziyah NU Pertama, maka biasanya akan menyebut nama Hadlrotussyaikh KH. Hasyim Asy’arie. Padahal, sebenarnya Ketua Tanfidziyah NU Pertama adalah Guru Mulia KH Hasan Gipo Surabaya.

Adapun Hadlrotussyaikh Mbah Hasyim Asy’arie berkedudukan sebagai Rois Akbar, pemimpin tertinggi NU. KH. Hasan Gipo adalah Ketua Pelaksana sesuai dengan arahan maupun fatwa Hadlrotussyaikh.

KH. Hasan Gipo adalah seorang saudagar kaya raya yang masih merupakan dzuriyah dari Kanjeng Sunan Ampel. Beliaulah yang mendanai Komite Hijaz hingga bisa menembus jazirah Arab.

Beliau pulalah sponsor terbesar dalam hal harta pribadi kepada NU, sehingga atas wasilah harta beliau, kabar berdirinya NU segera tersebar luas hingga ke seantero Tanah Jawa dari ujung paling timur hingga baratnya, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan tak ketinggalan Singapura.

Mendapat kabar berdirinya Jam’iyyah Nahdlatul ‘Ulama, mayoritas Ulama Ahlussunnah Wal Jamaah Al Muktabaroh di seantero Nusantara segera merapatkan barisan, “bermakmum” di belakang Hadlrotussyaikh.

Ila hadlroti ruhi Guru Mulia KH Hasan Gipo wa zawjatihi wa dzurriyatihi wa furu’ihi wa silsilatihi wa muridihi wa muhibbihi syai-un lillahi lana walahum Al Fatihah ...

Di sadur dari dinding FB nya Ning Suniyya Ruhama.

Mengenal KH Abdul Wahab Chasbullah Pendiri dan penggerak NU


KH Abdul Wahab Hasbullah
Lahir di Jombang, 31Maret 1888 
Dan meningal 29 Des 1971 di  83 tahun 
Beliau adalah seorang Ulama pendiri dan penggerak Nahdatul Ulama. 

KH Abdul Wahab Hasbullah adalah seorang ulama yang berpandangan modern, dakwahnya dimulai dengan mendirikan media massa atau surat kabar, yaitu harian umum “Soeara Nahdlatul Oelama” atau Soeara NO dan Berita Nahdlatul Ulama. 
Beliau diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 7 November 2014

Beliau putra dari  KH. Hasbulloh Said dengan ibunyai Latifah.

Putera puteri  beliau : 

1. K.H.M. Wahib Wahab
2. KH. M. Nadjib Wahab
3. KH. Muhammad Adib wahab
4. Nyai Hj. Djumiatin Musta'in Romly
5. Nyai Hj. Mu'tamaroh Muhammad
6. Nyai Hj. Machfudhoh Aly Ubaid
7. Nyai Hj. Chizbiyyah Rochim
8. Nyai Hj. Mundjidah Wahab
9. KH. M. Hasib Wahab
10. KH. M. Roqib Wahab

Beliau adalah pengarang syair
 " Subbanul Wathon " yang banyak di nyanyikan  dikalangan Nahdliyyin, lagu ya lal Wathon atau Syubbanul Wathon  ini  di karangnya pada tahun 1916 dan menjadi lagu wajibnya Nahdlotul Wathon yang kemudian digubah lagi untuk menyemangati pergerakan pemuda  Ansor dan Nasionalisme pada tahun 1934.
KH Maimun Zubair mengatakan bahwa syair tersebut adalah syair yang beliau dengar, peroleh, dan di nyanyikan saat masa mudanya di Rembang.
Dan dahulu syair Syubbanul Wathon  ini dilantangkan setiap hendak memulai kegiatan belajar oleh para santri.

Lirik lagu
- Syubbanul Wathon-
Karya: KH. Abdul Wahab Chasbullah (1916)

ياَ لَلْوَطَنْ ياَ لَلْوَطَن ياَ لَلْوَطن
حُبُّ الْوَطَنْ مِنَ اْلإِيمَانْ 
وَلاَتَكُنْ مِنَ الْحِرْماَنْ 
اِنْهَضوُا أَهْلَ الْوَطَنْ 
اِندُونيْسِياَ بِلاَدى 
أَنْتَ عُنْواَنُ الْفَخَاماَ 
كُلُّ مَنْ يَأْتِيْكَ يَوْماَ  
طَامِحاً يَلْقَ حِماَمًا 

Pusaka Hati Wahai Tanah Airku
Cintamu dalam Imanku Jangan Halangkan Nasibmu 
Bangkitlah Hai Bangsaku 
Pusaka Hati Wahai Tanah Airku
Cintamu dalam Imanku Jangan Halangkan Nasibmu
Bangkitlah Hai Bangsaku
Indonesia Negeriku Engkau Panji Martabatku 
Siapa Datang Mengancammu 
Kan Binasa di bawah dulimu

Ayah KH Abdul Wahab Hasbullah adalah KH Hasbulloh Said, Pengasuh PP  Tambakberas  Jombang Jawa Timur, sedangkan Ibundanya bernama Nyai Latifah.

KH. Abdul Wahab Hasbulloh merupakan bapak Pendiri dan penggerak NU Selain itu juga pernah menjadi Panglima Laskar Mujahidin (Hizbullah) ketika melawan penjajah Jepang.
 
Beliau juga tercatat sebagai anggota DPA bersama Ki Hajar Dewantoro.
 Tahun 1918 mendirikan kursus bernama “Tashwirul Afkar”.

Tahun 1916 mendirikan Organisasi Pemuda Islam bernama Nahdlatul Wathan, kemudian pada 1926 menjadi Ketua Tim Komite Hijaz.

KH. Abdul Wahab Hasbulloh juga seorang pencetus dasar-dasar kepemimpinan dalam organisasi NU dengan adanya dua badan, Syuriyah dan Tanfidziyah sebagai usaha pemersatu kalangan Tua dengan Muda.

Beliau adalah pelopor kebebasan berpikir
Beliau adalah  Inspirator GP Ansor



Rabu, 29 April 2020

MASUK SURGA KARENA RAMADAN


Diceritakan pada zaman dahulu hiduplah seorang Majusi, penganut agama yang menyembah api. Ia memiliki seorang putri kecil yang masih belia.

Suatu hari, dengan santainya anak Majusi itu makan di tengah pasar. ia tak mengetahui bahwa hari itu adalah bulan Ramadhan. Yang mana pada saat itu seluruh umat Islam menjalankan ibadah puasa.

Mengetahui hal itu, sang ayah memarahi dan memukulnya. “Seharusnya engkau pandai menghormati umat Islam yang sedang melaksanakan puasa ramadhan, tapi mengapa kamu tidak tahu diri dengan cara makan di tengah pasar?”

Setelah mendapatkan peringatan keras dari ayahnya, anak Majusi itu tak pernah lagi makan di siang Ramadhan secara terbuka di muka umum. Waktu terus berjalan, sampai akhirnya beberapa tahun kemudian orang Majusi tersebut meninggal dunia.

Pada suatu malam, ada seorang ulama yang alim tengah bermimpi bertemu dengan orang Majusi tersebut. Dalam mimpinya, ia melihat bahwa orang Majusi itu sedang berada di suatu istana yang megah di surga. Merasa ada yang janggal, ulama itu memberanikan diri untuk bertanya kepada Majusi tersebut.

“Kenapa engkau masuk surga. Bukankah engkau seorang Majusi?” tanya ulama tersebut.

Dengan santainya orang Majusi itu menjawab, “Iya memang pada awalnya aku pemeluk agama Majusi. Namun ketika aku hampir mendekati ajalku, aku mendengar sebuah seruan di atasku yang berkata: Wahai para malaikatku, janganlah biarkan dia tersesat dengan agama Majusinya, jadikanlah ia seorang muslim. Sebab ia telah menghormati bulan suci Ramdhan”.

________________
Disarikan dari kitab Zubdatul Majalis yang dikutip dalam kitab Dzurrotun Nashihin, hal. 13, cet. Al-Hidayah.

Rabu, 15 April 2020

PENTINGNYA RASA CINTA.


Ada seorang santri dari Indonesia menuntut ilmu di Rubath Tarim pada zaman Habib Abdullah bin Umar Asy Syathiri. Setelah di sana 4 tahun, santri itu minta pulang. Dia pamit minta izin pulang kepada Habib Abdullah.

“Habib, saya mau pulang saja.”

“Lho, kenapa?” tanya beliau.

“Bebal otak saya ini. Untuk menghafalkan setengah mati. Tidak pantas saya menuntut ilmu. Saya minta izin mau pulang.”

“Jangan dulu. Sabar.”

“Sudah Bib. Saya sudah empat tahun bersabar. Sudah tidak kuat. Lebih baik saya menikah saja.”

“Sebentar, saya mau mengetes dulu bagaimana kemampuanmu menuntut ilmu.”

“Sudah bib. Saya menghafalkan setengah mati. Tidak hafal-hafal.”

Habib Abdullah kemudian masuk ke kamar, mengambil surat-surat untuk santri itu. Pada masa itu surat-surat dari Indonesia ketika sampai di Tarim tidak langsung diberikan. Surat tersebut tidak akan diberikan kecuali setelah santri itu menuntut ilmu selama 15 tahun. Habib Abdullah menyerahkan seluruh surat itu kepadanya, kecuali satu surat. Setelah diterima, dibacalah surat-surat itu sampai selesai.
Satu surat yang tersisa kemudian diserahkan.

“Ini surat siapa?” tanya Habib.

“Owh, itu surat ibu saya.”

“Bacalah!”

Santri itu menerima surat dengan perasaan senang, kemudian dibacanya sampai selesai. Saat membaca, kadang dia tersenyum sendiri, sesekali diam merenung, dan sesekali dia sedih.

“Sudah kamu baca?” tanya beliau lagi.

“Sudah.”

“Berapa kali?”

“Satu kali.”

“Tutup surat itu! Apa kata ibumu?”

“Ibu saya berkata saya disuruh nyantri yang bener. Bapak sudah membeli mobil baru. Adik saya sudah diterima bekerja di sini, dan lain-lain.” Isi surat yang panjang itu dia berhasil menceritakannya dengan lancar dan lengkap. Tidak ada yang terlewatkan.

“Baca satu kali kok hafal? Katanya bebal gak hafal-hafal. Sekarang sekali baca kok langsung hafal dan bisa menyampaikan.” kata Habib dengan pandangan serius.

Santri itu bingung tidak bisa menjawab. Dia menganggap selama ini dirinya adalah seorang yang bodoh dan tidak punya harapan. Sudah berusaha sekuat tenaga mempelajari ilmu agama, dia merasa gagal. Tetapi membaca surat ibunya satu kali saja, dia langsung paham dan hafal. Habib Abdullah akhirnya menjelaskan kenapa semua ini bisa terjadi. Beliau mengatakan, لأنك قرأت رسالة أمك بالفرح فلو قرأت رسالة نبيك بالفرح لحفظت بالسرعة

“Sebab ketika engkau membaca surat dari ibumu itu dengan perasaan gembira. Ini ibumu. Coba jika engkau membaca syariat Nabi Muhammad dengan bahagia dan bangga, ini adalah nabiku, niscaya engkau sekali baca pasti langsung hafal. ”

* * *

Banyak saudara-saudara kita (atau malah kita sendiri) yang tanpa sadar mengalami yang dirasakan santri dalam kisah di atas. Jawabannya adalah rasa cinta. Kita tidak menyertakan perasaan itu saat membaca dan mempelajari sesuatu. Sehingga kita merasa diri kita bodoh dan tidak punya harapan sukses.
Banyak orang merasa bodoh dalam pelajaran, tetapi puluhan lagu-lagu cinta hafal di luar kepala. Padahal tidak mengatur waktu khusus untuk menghapalkannya. Bagi para guru/pengajar, jangan mudah mengkambinghitamkan kemampuan otak siswa dalam lemahnya menerima pelajaran. Mungkin Anda tidak berhasil menanamkan VIRUS CINTA di hati mereka.

Kantor Muktamar, 11 Maret 2013 jam 12.27 waktu istiwa’.

*Kisah di atas ditranskrip dari salah satu ceramah Habib Jamal bin Thoha Baagil.

Rabu, 08 April 2020

MAKHLUK PALING HINA


Di sebuah pondok pesantren, terdapat seorang santri yang tengah menuntut ilmu pada seorang Kyai. Sudah bertahun-tahun lamanya si santri belajar. Hingga tibalah saat dimana dia akan diperbolehkan pulang untuk mengabdi kepada masyarakat.

Sebelum Santri pulang, Kyai memberikan sebuah ujian padanya. Pak Kyai berkata pada santrinya.

"Sebelum kamu pulang, dalam tiga hari ini, aku ingin meminta kamu mencarikan seorang ataupun makhluk yang lebih hina dan buruk dari kamu." ujar sang Kyai.

"Tiga hari itu terlalu lama Kyai, hari ini saya bisa menemukan banyak orang atau makhluk yang lebih buruk daripada saya.” jawab Santri penuh percaya diri.

Sang Kyai tersenyum seraya mempersilakan muridnya membawa seseorang ataupun makhluk itu kehadapannya. Santri keluar dari ruangan Kyai dengan semangat, karena menganggap begitu mudah ujian itu.

Hari itu juga si Santri berjalan menyusuri jalanan. Ditengah jalan, dia menemukan seorang pemabuk berat. Menurut pemilik warung yang dijumpainya, orang tersebut selalu mabuk-mabukan setiap hari. Pikiran si Santri sedikit tenang. Dalam hatinya dia berkata.,

“Pasti dia orang yang lebih buruk dariku. Setiap hari dia habiskan hanya untuk mabuk-mabukan, sementara aku selalu rajin beribadah.”

Namun dalam perjalanan pulang si Santri kembali berpikir.

"Sepertinya si pemabuk itu belum tentu lebih buruk dariku. Sekarang dia mabuk-mabukan, tapi siapa yang tahu di akhir hayatnya Allah justru mendatangkan hidayah hingga dia bisa husnul khotimah? Sedangkan aku yang sekarang rajin ibadah, kalau diakhir hayatku Allah justru menghendaki suúl khotimah, bagaimana? Berarti pemabuk itu belum tentu lebih jelek dariku,” ujarnya bimbang.

Santri itu pun kemudian kembali melanjutkan perjalanannya mencari orang atau makhluk yang lebih buruk darinya.

Di tengah perjalanan, dia menemukan seekor anjing yang menjijikkan. Karena selain bulunya kusut dan bau, anjing tersebut juga menderita kudisan.

“Akhirnya ketemu juga makhluk yang lebih jelek dari aku. Anjing ini tidak hanya haram, tapi juga kudisan dan menjijikkan” teriak Santri dengan girang.

Dengan menggunakan karung beras, si Santri kemudian membungkus anjing tersebut untuk dibawa ke Pesantren. Namun ditengah jalan, tiba-tiba dia kembali berpikir,

“Anjing ini memang buruk rupa dan kudisan. Namun benarkah dia lebih buruk dari aku? Oh tidak, kalau anjing ini meninggal, maka dia tidak akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang dilakukannya di dunia. Sedangkan aku harus mempertanggungjawabkan semua perbuatan selama di dunia dan bisa jadi aku akan masuk ke neraka."

Akhirnya si santri menyadari bahwa dirinya belum tentu lebih baik dari anjing tersebut.

Hari semakin sore. Si Santri masih mencoba kembali mencari orang atau makluk yang lebih jelek darinya. Namun hingga malam tiba, dia tak jua menemukannya.. Lama sekali dia berpikir, hingga akhirnya dia memutuskan untuk pulang ke pesantren dan menemui sang Kyai.

"Bagaimana anakku, apakah kamu sudah menemukannya?" tanya sang Kyai.

"Sudah, Kyai," jawabnya seraya tertunduk.

"Ternyata diantara orang atau makluk yang menurut saya sangat buruk, saya tetap paling buruk dari mereka," ujarnya perlahan.

Mendengar jawaban sang murid, Kyai tersenyum lega,

"Alhamdulillah.. kamu dinyatakan lulus dari pondok pesantren ini, anakku," ujar Kyai terharu.

Kemudian Kyai berkata,

"Selama kita hidup di dunia, jangan pernah bersikap sombong dan merasa lebih baik atau mulia dari orang ataupun makhluk lain. Kita tidak pernah tahu, bagaimana akhir hidup yang akan kita jalani. Bisa jadi sekarang kita baik dan mulia, tapi diakhir hayat justru menjadi makhluk yang seburuk-buruknya. Bisa jadi pula sekarang kita beriman, tapi di akhir hayat, setan berhasil memalingkan wajah kita hingga melupakanNya,"

Rasulullah SAW bersabda,

"Tidak akan masuk ke dalam surga orang yang dihatinya ada kesombongan meskipun sebesar biji sawi. (HR. Muslim nomor 91).

Semoga sedikit ilmu yang di titipkan Allah SWT di hati kita tidak menjadikan kita sombong dalam segala urusan. 

Semoga di sisa umur yang Allah berikan, kita dapat mempergunakannya sebaik-baiknya untuk memperbanyak amal saleh dan bukan hanya disibukkan dengan urusan duniawi belaka. Dan semoga kita menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat. 
Aamiin ya Rabbal 'alamin.

Selasa, 07 April 2020

ADA APA DENGAN NISYFU SYA’BAN?


ONE DAY ONE HADITH
Oleh:
Dr. H. Fathul Bari

Diriwayatkan dari Siti Aisyah ra bercerita bahwa pada suatu malam ia kehilangan Rasulullah SAW. Ia lalu mencari dan akhirnya menemukan beliau di pekuburan Baqi’ 
(al-Gharqad) sedang menengadahkan wajahnya ke langit. Beliau berkata: 

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَنْزِلُ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَغْفِرُ لِأَكْثَرَ مِنْ عَدَدِ شَعْرِ غَنَمِ كَلْبٍ

“Sesungguhnya Allah Azza Wajalla turun ke langit dunia pada malam nishfu Sya’ban dan mengampuni (dosa) yang banyaknya melebihi jumlah bulu domba Bani Kalb.” 

[HR Turmudzi, Ahmad dan Ibnu Majah] 

Catatan Alvers

Malam Nishfu Sya’ban berbeda dengan malam yang lain, Ia memiliki keutamaan- keutamaan yang istimewa di antaranya adalah melimpahnya pengampunan Allah yang maha pengasih dan penyayang sebagaimana keterangan hadits di atas. Maka tidaklah mengherankan jika Al-Syafi’i berkata: 
"bahwa permohonan akan dikabulkan dalam lima malam, salah satunya adalah malam Nishfu Sya’ban.” 

[Al-Umm]. 

Banyaknya Pengampunan Allah pada malam itu diumpamakan dengan jumlah yang lebih banyak dari jumlah bulu domba-domba yang dimiliki oleh kabilah yang terkenal memiliki banyak domba yaitu bani kalb.
Mengomentari status hadits di atas, pakar hadits dari kalangan wahabi, Albani mengatakan :

و جملة القول أن الحديث بمجموع هذه الطرق صحيح بلا ريب و الصحة تثبت بأقل منها عددا ما دامت سالمة من الضعف الشديد كما هو الشأن في هذا الحديث

Kesimpulannya adalah bahwa hadits ini dengan berbagai jalur periwayatannya adalah berstatus SHAHIH TANPA KERAGUAN. Mengingat Keshahihan satu hadits bisa ditetapkan  oleh jumlah jalur periwayatan yang lebih sedikit dari jalur hadits di atas dengan catatan selamat dari status sangat dla’if sebagai mana status yang dimiliki oleh hadits ini. 

[As-Silsilah As-Shahihah Juz III Halaman 218]

Dalam hadits lainnya yang diriwayatkan dari Siti A’isyah RA berkata, : 

"Suatu malam Rasulullah mengerjakan shalat, kemudian beliau bersujud dalam waktu yang lama sehingga aku menyangka bahwa Rasulullah telah wafat, karena curiga maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Setelah Rasulullah mengangkat kepala dari sujud dan usai salat, maka beliau berkata: 

يَا عَائِشَةُ أَوْ يَا حُمَيْرَاءُ أَظَنَنْت أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ خَاسَ بِك ؟

“Hai A’isyah / Humaira’ apakah engkau menyangku aku meninggalkan (giliran) mu?”. Lalu aku menjawab: “Tidak ya Rasulullah, aku hanya berfikiran engkau wafat karena engkau bersujud begitu lama”. Lalu beliau bertanya: “Tahukah engkau, malam apa sekarang ini”. “Rasulullah yang lebih tahu”, jawabku. 

هَذِهِ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَطَّلِعُ عَلَى عِبَادِهِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِلْمُسْتَغْفِرِينَ وَيَرْحَمُ الْمُسْتَرْحِمِينَ وَيُؤَخِّرُ أَهْلَ الْحِقْدِ كَمَا هُمْ

“Malam ini adalah malam nisfu Sya’ban, Allah mengawasi hambanya pada malam ini, maka Ia memaafkan mereka yang meminta ampunan, memberi kasih sayang mereka yang meminta kasih sayang dan menyingkirkan orang-orang yang dengki sebagaimana kondisi mereka” 

[HR Baihaqi dalam Syua’bul Iman] .

Keutamaaan lainnya adalah diangkatnya amalan kita. Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid R.A, ia bertanya : 

“Wahai Rasulullah, kenapa aku tidak pernah melihat Anda berpuasa sunnah dalam satu bulan tertentu yang lebih banyak dari bulan Sya’ban?, Beliau SAW menjawab:

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفِلُ النَّاسُ عَنْهُ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الأَعْمَال إِلى رَبِّ العَالمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عملي وَأَنَا صَائِمٌ

“Ia adalah bulan di saat manusia banyak yang lalai (dari beramal shalih), antara Rajab dan Ramadhan. Ia adalah bulan di saat amal-amal dibawa naik kepada Allah Rabb semesta alam, maka aku senang apabila amal-amalku diangkat kepada Allah saat aku mengerjakan puasa sunnah.”

[HR. An-Nasai]

Sebenarnya pelaporan Amal kita ini ada yang harian ada yang mingguan, ada pula yang tahunan. Laporan harian dilakukan Malaikat pada siang hari dan malam hari. Yang migguan dilakukan Malaikat setiap Senin dan Kamis. Adapun yang tahunan dilakukan pad a setiap Lailatul Qadar dan Malam Nisfu Sya’ban. Dengan demikian, Pelaporan amal terbagi menjadi 2 bagian. Pelaporan secara global yaitu terjadi dua kali seminggu yaitu setiap hari senin dan kamis, dan terjadi dua kali pula setiap tahunnya yaitu setiap Lailatul Qadar dan Malam Nisfu Sya’ban dan demikian pula Pelaporan secara detail terjadi dua kali setiap harinya yaitu setiap siang dan malam hari 

[I’anatut Thalibin]

Sebagai penutup 1D1H ini, terdapat keterangan dari Ibnu Rajab al-Hanbali bahwa “Malam Nishfu Sya’ban, kaum Tabi’in dari penduduk Syam mengagungkannya dan bersungguh-sungguh menunaikan ibadah pada malam tersebut. 

Khalid bin Ma’dan, Luqman bin Amir dan lain-lain dari kalangan tabi’in Syam mendirikan shalat di dalam Masjid pada malam Nishfu Sya’ban. Perbuatan mereka disetujui oleh al-Imam Ishaq Ibnu Rahawaih. Ibnu Rahawaih berkata mengenai shalat sunnah pada malam Nishfu Sya’ban di Masjid-masjid secara berjamaah: “Hal tersebut tidak termasuk bid’ah.” 

[al-Hafizh Ibnu Rajab al-Hanbali, Lathaif al-Ma’arif halaman 263] 

Wallahu A’lam. 

Rabu, 01 April 2020

BELAJAR dari SUMUR


Jika sebuah sumur ditimba airnya, maka setiap hari airnya jernih dan tidak akan pernah kering, selalu ada air di dalam nya...

Namun anehnya, kalau dalam satu hari saja airnya tidak ditimba, ketinggian air yang ada di dalam sumur itu tidak meningkat, sama seperti semula.

Sumur yang tak pernah lagi diambil airnya, bahkan akan cenderung airnya kotor dan beracun, tak layak diminum.
Inilah hukum alam..

Di mana di dalam alam terdapat misteri yang bertujuan untuk selalu memberi & keseimbangan.. 

Sesungguhnya kehidupan kita juga sama & serupa dengan sumur ini...

Pada umumnya orang berpikir bahwa jika kita memberi apa yang kita miliki pasti akan berkurang dari apa yang di miliki semula...

Tapi kalau kita mau belajar dari sumur ini, semakin banyak dan sering kita memberi akan semakin banyak air yang mengalir kepadanya.

Dalam hal memberi tidak harus dalam bentuk uang atau materi.
Kita bisa saja memberi dalam bentuk apa saja yang kita miliki.

Saat kita mengajarkan dan memberi ilmu, maka dengan sendirinya kemampuan kita akan semakin meningkat.

Yang perlu diperhatikan adalah jangan memberi karena terpaksa, jangan memberi karena ingin dipuji, jangan memberi untuk menunjukkan bahwa kita kaya & jangan memberi karena kebiasaan.

Sebaiknya kita memberi karena menginginkan orang lain agar bisa bahagia, bisa hidup lebih baik dan layak.

Dengan mengembangkan sikap mental memberi yang murni, kita yakin setiap orang bisa melakukannya.

Pilihan terserah pada diri kita.
Sedangkan manfaat langsung yang bisa kita rasakan saat memberi adalah perasaan kepuasan batin.
Dan inilah sebenarnya kebahagiaan sejati.

THE MORE YOU GIVE... 
THE MORE YOU RECEIVE...

Selasa, 31 Maret 2020

Merasa aman dari Corona karena merasa dekat dengan Alloh?? Anda KELIRU!


Ketahuilah Wahai Saudaraku

Rasulullah adalah manusia yang paling dekat dengan Allah, bersembunyi di Gua Tsur dari kejaran Kafir Quraisy. Bukan karena dia takut atau pengecut, tapi RISALAH AGAMA ini harus sampai ke generasi berikutnya..

Nabi Musa Alaihi Salam adalah salah satu Ulul Azmi, salah satu manusia yang paling dicintai oleh Allah Subhanawataala berlari menyeberangi laut mati menghindari kejaran Firaun. Bukan karena dia takut atau pengecut tapi Agama ini tidak menginginkan umatnya mati konyol.

Nabi Ibrahim Alaihi Salam adalah manusia kedua yang paling dicintai oleh Allah Subhana waataala pernah berlari dari kejaran Namrudz. Bukan karena dia takut atau pengecut tapi agama ini kadang harus mengalah untuk menang.

Khalifah Umar Radhiyallahu Anhu adalah manusia yang dijamin masuk syurga pernah menghindari kampung yang terkena wabah (tha'un). Bukan karena dia takut atau pengecut tapi beliau berpendapat bahwa berlarilah dari takdir buruk ke takdir yang baik.

Dan kalian yang bukan Rasul, bukan Nabi, bukan pula manusia yang dijamin Syurga seolah menantang wabah (tha'un) dengan berkata jika kita dekat dengan Allah (maksudnya tetap Jum'atan, jamaah & majlisan) maka wabah itu tidak akan mendekati kita. 

Ketahuilah Saudaraku, bukankah lebih baik menghindari Mudharat daripada mengambil Manfaat?

Karena:

اﻟﻤﺤﺎﻓﻈﺔ ﻋﻠﻰ اﻟﺼﺤﺔ ﻭاﺟﺒﺔ

Menjaga kesehatan hukumnya adalah wajib (Al-Fiqh Ala Al-Madzahib Arbaah 1/115)

Percayalah Apa yang di putuskan oleh ULAMA dan UMARO adalah yang terbaik untuk saat ini. Insya Allah sudah sesuai tuntunan.

Yakinlah bahwa para Ulama dalam mengambil keputusan dihati kecilnya pasti menangis, karena majlis ilmu, majlis dzikir, Majlis sholawat & jamaah istirahat untuk sementara, sama seperti kita. 😢😭😭😭🙏

Semoga Alloh melindungi dan menyelamatakan kita semua.

Aamiin.

‎صحة الابدان مقدمه علي صحة الاديان
‎أي أن العبادة لا تتطلب من الإنسان أن يعذب نفسه، فالله عز وجل لا يطلب من عباده عبادته بما فيه تعذيب النفس، وإهلاك الإنسان، وجلب العنت والمشقة له، بل يريد الله أن تكون العبادة رصيدا لتهذيب سلوك الإنسان، وواحة من الراحة والسعادة له، فكثير من الناس يتصور أن الأجر في الإسلام يرتبط بالتعب والمشقة، وهو ما ينفيه الرسول صلى الله عليه وسلم في تشريعه للإنسان

مصلحة الإنسان دائما مقدمة على مصلحة الدين، فمصلحة الإنسان تقدم في الإسلام على مصلحة الدين نفسه، فلو تعارضت مصلحة الإنسان مع مصلحة الدين، قدمت مصلحة الإنسان، ويتأخر الدين، أو يتنحى الدين، أو يؤجل الدين، والمقصود بالدين هنا: العبادات، ثم بعد ذلك ضرب مثلا بالمسافر وإباحة السفر له، وقال: لأن السفر فيه مصلحة، فقدمت الشريعة مصلحة الإنسان المتمثلة في السفر على مصلحة الدين المتمثلة في الصيام 

وأنه لا يحكم على الماء بالاستعمال ما دام مترددا على العضو، ولا يضره التغيير بالمكث والطين والطحلب وكل ما يعسر صونه عنه، وإباحة الأفعال الكثيرة والاستدبار في صلاة شدة الخوف، وإباحة النافلة على الدابة في السفر وفي الحضر على وجه، وإباحة القعود فيهما مع القدرة، وكذا الاضطجاع والإبراد بالظهر في شدة الحر. ومن ثم لا إبراد بالجمعة لاستحباب التبكير إليها.
والجمع في المطر وترك الجماعة والجمعة بالأعذار المعروفة

وروى أحمد من حديث أبي هريرة مرفوعا «إن دين الله يسر - ثلاثا» وروى أيضا من حديث الأعرابي بسند صحيح «إن خير دينكم أيسره، إن خير دينكم أيسره» وروى ابن مردويه من حديث محجن بن الأدرع مرفوعا " «إن الله إنما أراد بهذه الأمة اليسر ولم يرد بهم العسر» ".
وروى الشيخان عن عائشة رضي الله عنها " «ما خير رسول الله صلى الله عليه وسلم بين أمرين، إلا اختار أيسرهما، ما لم يكن إثما» .

قال النووي: ورخصه ثمانية منها: ما يختص بالطويل قطعا وهو القصر والفطر والمسح أكثر من يوم وليلة.
ومنها: ما لا يختص به قطعا، وهو ترك الجمعة وأكل الميتة.

ورخصه كثيرة، التيمم عند مشقة استعمال الماء، وعدم الكراهة في الاستعانة بمن يصب عليه أو يغسل أعضاءه، والقعود في صلاة الفرض. وخطبة الجمعة والاضطجاع في الصلاة، والإيماء والجمع بين الصلاتين على وجه اختاره النووي والسبكي والإسنوي والبلقيني، ونقل عن النص، وصح فيه الحديث وهو المختار، والتخلف عن الجماعة والجمعة مع حصول الفضيلة كما تقدم،

والله اعلم بالصواب

Senin, 16 Maret 2020

BIOGRAFI SINGKAT SANG HUJJATU NU, KH. MARZUKI MUSTAMAR MALANG

Penampilan beliau sederhana dan apa adanya. Beliau tidak pernah neko-neko. Karena begitu sederhananya, kadang orang tidak mengira bahwa beliau adalah seorang kyai. Di balik kesederhanaan beliau tersimpan lautan ilmu yang begitu luas. Kiprah beliau di masyarakat sudah tidak diragukan lagi. Gaya bicara beliau yang tegas dan lugas menjadi salah satu ciri khas beliau. 

Rajin Ngaji Sejak Kecil 

Kyai Marzuki lahir di kota Blitar, 43 tahun yang lalu. Sungguh beruntung Kyai Marzuki karena dilahirkan dalam keluarga yang taat beribadah sekaligus mengerti agama. Ya, abahnya adalah seorang kyai. Alhasil, sejak kecil Kyai Marzuki dibesarkan dan dididik oleh kedua orang tua beliau dengan disiplin ilmu yang tinggi. Di bawah pengawasan orang tua beliau inilah putra dari Kyai Mustamar dan Nyai Siti Jainab ini mulai belajar al-Qur’an dan dasar-dasar ilmu agama.

Selain dididik disiplin ilmu yang tinggi, ternyata beliau waktu kecil sudah dididik tentang kemandirian agar memiliki etos kerja yang tinggi dengan cara memelihara kambing dan ayam petelur milik Bu Lik Umi Kultsum. Dengan memelihara kambing dan ayam petelur inilah, beliau mendapat pelajaran bagaimana membimbing umat islam, dan bagaimana menjadi pemimpin. 

Latarbelakang Pendidikannya 

Saat duduk di kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah sampai sebelum belajar di Malang, anak kedua dari delapan bersaudara ini mulai belajar ilmu nahwu, shorof, tasawuf dan ilmu fikih kepada Kyai Ridwan dan Kyai-Kyai lain di Blitar. Sejak SMP, beliau diminta mengajar Al-Qur’an dan kitab-kitab kecil lainnya kepada anak-anak dan tetangga beliau. Pada usia yang masih belia tersebut, beliau sudah mengkhatamkan dan faham kitab Mutammimah pada saat beliau kelas 3 SMP.

Selepas dari SMP Hasanuddin, beliau melanjutkan ke Madrasah Aliyah Negeri Tlogo Blitar. Kyai Marzuki muda merupakan pemuda yang beruntung sebab di usia beliau yang masih belia itu, beliau sudah mendalami ilmu agama ke beberapa orang kyai di Blitar. Di antaranya, beliau mendalami ilmu balaghoh dan ilmu mantek kepada Kyai Hamzah. Mendalami ilmu fikih kepada Kyai Abdul Mudjib dan ngaji Ilmu Hadits kapada Kyai Hasbullah Ridwan.

Ketika beliau duduk di bangku Aliyah, beliau sudah khatam kitab Hadits Muslim dan kitab-kitab kecil lainnnya. Sebelum beliau belajar di Malang, selama di Blitar yang mengajar beliau adalah Orangtua beliau, Kyai Hasbullah Ridwan yang masih eyang beliau, Kyai Hamzah dan Kyai Mujib adalah guru beliau di MAN Tlogo.

Setamat dari MAN Tlogo pada tahun 1985, kyai kelahiran 22 September 1966 ini melanjutkan jenjang pendidikan formalnya di IAIN (sekarang UIN Maulana Malik Ibrahim) Malang, yang waktu itu masih merupakan cabang IAIN Sunan Ampel Surabaya. Untuk menambah ilmu agama yang sudah beliau dapat, Kyai yang juga Anggota Komisi Fatwa MUI Kota Malang ini nyantri kepada Kyai Masduki Mahfudz di Pondok Pesantren Nurul Huda Mergosono. Mengetahui kecerdasan dan keilmuan Kyai Marzuki yang di atas rata-rata santrinya yang lain, akhirnya Kyai Masduki memberi amanah kepada Kyai Marzuki untuk membantu mengajar di pesantrennya, meskipun saat itu Kyai Marzuki masih berusia 19 tahun. “Saat itu saya diminta untuk mengajar kitab Fathul Qorib bab buyuu’ (jual-beli),” Kenang kyai yang juga Dosen Fakultas Humaniora dan Budaya UIN Maulana Malik Ibrahim Malang ini. 

Berguru pada KH. Masduqi Mahfudz 

Selain itu, Kyai Marzuki juga beruntung, karena beliau seringkali diminta untuk mendampingi dakwah Kyai Masduki saat mengisi pengajian maupun dalam rapat-rapat organisasi kemasyarakatan. Dari sinilah Kyai marzuki mulai mengetahui betapa beratnya tugas seoarang ulama dalam mengayomi ummat. Dari gurunya yang juga Rois Syuriah NU Wilayah Jawa Timur itu, Kyai Marzuki belajar akan keistikomahan menjadi seorang guru. Kyai Masduki Mahfud itu meskipun pulang malam hari dari mengisi pengajian, beliau selalu membangunkan para santrinya untuk mengaji,” ungkap Kyai Marzuki.

Salah satu kelebihan beliau, saat masih duduk di bangku kuliah, Kyai Marzuki sudah biasa memberikan kursus nahwu kepada mahasiswa yuniornya. Namun, ternyata, banyak juga mahasiswa yang tidak hanya belajar nahwu, namun juga mengaji kitab kepadanya. Dengan begini, keilmuan beliau semakin terasah. Kemudian pada tahun 1987 Kyai berputra tujuh ini mendapatkan kesempatan belajar di LIPIA Jakarta. Setelah menempuh dua tahun masa studinya di sana, Kyai Marzuki kembali ke Malang untuk membantu mengajar di pesantren Nurul Huda, Mergosono dan melanjutkan kuliah S-1. 

Membangun Rumah Tangga dan Pesantren 

Pada tahun 1994, Kyai Marzuki memulai hidup baru. Beliau mempersunting salah seorang santriwati Pondok Nurul Huda yang bernama Saidah. Sang istri merupakan putri Kyai Ahmad Nur yang berasal dari Lamongan. Kyai Marzuki sangat bersyukur sekali sebab gadis yang menjadi pendamping hidup beliau adalah seorang hafidzoh (hafal Al-qur’an).

Selang satu bulan setelah menikah, Kyai Marzuki bersama istri mencoba mengadu nasib dan hidup mandiri. Saat itu Kyai Marzuki memilih daerah Gasek, Kecamatan Sukun sebagai tempat jujugan beliau. Pada mulanya, beliau mencari rumah kontrakan yang dekat dengan masjid. Dan akhirnya, beliau ngontrak di rumah salah seorang warga yang bernama pak Har. Setelah segala sesuatunya dianggap cukup, Kyai Marzuki akhirnya menempati tempat yang baru. Pada saat beliau boyongan, tak lupa santri-santri Pondok Nurul Huda ikut mengantarkan Kyai Marzuki boyongan ke tempat barunya dan membantu usung-usung barang-barang dan kitab-kitab guru mereka.

Tanpa diduga sebelumnya, pada hari pertama beliau menempati rumah itu, ternyata sudah banyak santri yang datang mengaji kepada beliau. Di rumah yang sederhana itulah Kyai Marzuki mengajar para santri beliau. Mereka yang waktu itu belajar merupakan cikal bakal santri dan pesantren beliau yang kini menjadi benteng utama umat di wilayah Gasek. Karena santrinya semakin bertambah banyak maka rumah beliau tidak memadai sebagai tempat belajar mereka. Namun, alhamdulillah, Allah SWT memberikan jalan. Waktu itu di daerah Gasek sudah ada Yayasan Sabilurrosyad yang sudah memiliki lahan luas. Namun, setelah beberapa tahun didirikan Yayasan ini belum bisa berkiprah secara optimal. Akhirnya Kyai Marzuki bekerjasama dengan Yayasan Sabilurrosyad mendirikkan sebuah pesantren dengan Nama Sabilurrosyad. 

Aktivitasnya 

Selain sibuk membimbing para santri, kyai yang pernah menjabat sebagai Ketua Jurusan Bahasa Arab Universitas Islam Malang ini juga disibukkan dengan urusan ummat. Tiada hari tanpa memberikan pengajian atau mauidzhoh kepada umat. Mulai mengisi pengajian dari masjid ke majid, blusukan keliling kampung dan lain sebagainya. Saat ini, Kyai Marzuki juga aktif di berbagai organisasi kegamaan di antara sebagai Ketua Tanfidiyah PCNU Kota Malang dan anggota Komisi Fatwa MUI Kota Malang. Kedalaman ilmunya sangat dirasakan oleh umat. Sebagai contoh beliau menyusun sebuah kitab, tentang dasar-dasar atau dalil-dali amaliyah yang dilakukan oleh warga nahdhiyyin. Melalui kitab ini, Kyai Marzuki ingin membuka mata umat bahwa amalan mereka ada dasar hukumnya, sekaligus menjawab tuduhan-tuduhan orang-orang yang tidak setuju dengan sebagian amaliayh warga Nahdhiyyin. Saking hebat dan lugasnya beliau menerangkan itu semua, sampai-sampai Kyai Baidhowi, Ketua MUI Kota Malang memberi julukan “Hujjatu NU”. “Kalau Imam al-Ghozali dikenal sebagai Hujjatul Islam, maka Kyai Marzuki ini Hujjatu NU” Demikian pernyataan Kyai Baidhowi dalam beberapa kesempatan.

Meski kegiatan beliau sangat padat, namun, Kyai yang juga penasehat FKUB ini tetap berusaha untuk menjadi orangtua yang baik. Beliau begitu dekat dan akrab dengan anak-anak beliau yang masih kecil-kecil itu. Tak jarang pula, beliau ikut mengantarkan atau menjemput putra putri beliau sekolah. Dari hasil pernikahan dengan Bu Nyai Saidah, Kyai marzuki dikaruniai tujuh orang putra. Dua laki-laki dan lima perempuan. Semua putra putrinya disekolahkan di SD Sabilillah Blimbing. Kecerdasan Kyai Marzuki sepertinya menurun kepada putra-putrinya, terbukti dengan nilai mereka yang seringkali mendapat nilai sempurna termasuk pelajaran eksakta. Bahkan beberapa waktu yang lalu putri beliau menjadi juara Olimpiade Matematika di Yogyakarta dan kini sekolahdi SMP Internasional PASIAD milik negera Turki. 

Kelebihannya, Five in One 

Paling tidak, ada 5 kelebihan yang dimiliki oleh beliau yang sulit ditemukan pada orang lain, yaitu (1) kekuatan hafalannya, (2) kejelasan dan keruntutan dalam penyampaian materi kepada jamaah, (3) kedalaman pemahaman agamanya, (4) kekuatan logika dan analogi berfikirnya/mantiq, (5) mampu beradaptasi dalam ceramahnya dengan kalangan apapun, dari kaum kampungan sampai sarjana, bahkan doktor dan profesor. Karya Beliau

Pada tahun 2010 ada satu karya dari tulisan beliau yang monumental yang kini sudah puluhan kali cetak ulang dan disampaikan di hampir ke seluruh penjuru nusantara, yaitu Al-Muqtathafat li ahl al-Bidayat. Buku ini berisi sanggahan kepada beberapa kelompok terutama salafi wahabi yang suka membid’ahkan amaliah kaum Nahdliyyin, dikutip dari dalil-dalil Al-Quran, As-Sunnah dan kaidah Ushul Fiqh. Buku ini masih diperuntukkan untuk kalangan terbatas karena masih berbahasa Arab, yakni para [ecinta ilmu, kalangan santri dan pengurus NU. Harapan beliau buku tersebut bisa disampaikan kepada orang lain, manakala sudah dibacakan dan diijazahkan oleh pengarangnya langsung. 
________________________

Ket. foto: KH. Marzuki Mustamar bersama keluarga

Bupati Trenggalek Himbau Masyarakat untuk Tidak Panik Berlebihan Sikapi Covid 19

Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin menghimbau kepada masyarakatnya untuk tidak panik berlebihan menanggapi penyebaran Virus Corona. Hal ini disampaikan pemimpin muda ini usai menggelar rapat terpadu dengan berbagai stake holder terkait di Gedung Smart Center, Senin (16/3/2020). Hadir juga dalam rapat tersebut Kapolres Trenggalek, AKBP Jean Calvijn Simanjuntak.

Selain tidak panik, pria yang akrab disapa Gus Ipin ini juga menghimbau untuk tidak mengadakan traveling kecuali dengan keperluan yang sangat penting, menjaga daya tahan tubuh, tidak sering memegang muka dan sering mencuci tangan dengan sabun serta tidak mengadakan kegiatan yang mendatangkan masa atau keramaian.

Yang tidak kalah penting lainnya masyarakat juga diminta untuk tidak melakukan panic buyling memborong bahan makanan secara berlebihan  dan tidak bepergian dan berada dirumah selama 14 hari kedepan.

Selain melakukan beberapa himbauan, Bupati Trenggalek juga melakukan beberapa langkah-langkah antisipasi penanggulangan penyebaran virus ini diantaranya dengan memutuskan untuk belajar dirumah semua tingkatan belajar selama 14 hari kedepan (16-29) Maret. Karena masa inkubasi virus ini 14 hari.

"Ingat ini bukan libur namun belajar dirumah dan jangan bepergian, karena kalau melakukan perjalanan akan menjadi percuma karena kita ingin memutus rantai penyebaran," tutur Bupati Trenggalek ini. 

Siswa bisa belajar melalui kanal yang telah disediakan oleh Kementrian Pendidikan, imbuh bupati Trenggalek ini.

Suami Novita Hardini ini juga menghimbau untuk tidak menyelenggarakan rekreasi wisata perjalanan keluar Trenggalek.

Masjid atau tempat ibadah lain yang  menggunakan karpet diminta untuk diganti sementara menggunakan alas yang mudah dibersihkan dengan disinfektan. Para santri pondok pesantren juga diminta untuk tidak pulang kerumah sementara dalam batasan waktu 14 hari tersebut.

Selain sektor pendidikan, di sektor perhubungan juga dilakukan beberapa upaya pencegahan diantaranya pemeriksaan kendaraan penumpang. Dua check point ditentukan, disebelah Timur Terminal Durenan dan sebelah Barat Anjungan Cerdas. 

Pengecekan suhu menggunakan Thermal Gun untuk semua penumpang dan di sediakan hand sanitizer dan wastafel diterminal untuk masyarakat mencuci tangan.

Sedangkan setiap orang yang bepergian keluar negeri (khususnya umroh) masing-masing biro perjalanan wajib menyampaikan data orang tersebut ke dinas terkait atau menyampaikan melalui call center.

Di sektor ketenagakerjaan, pemantauan tenaga kerja asal Trenggalek eks luar negeri (yang pulang dari luar negeri) dan pentingnya melibatkan masyarakat. Pelatihan ketenagakerjaan dan pelayanan publik 12-24 hari kedepan, ditunda. Pemerintah Desa (Kasun atau RT) diminta melakukan pemantauan aktif untuk tenega kerja Trenggalek yang pulang dari luar negeri dengan melaporkan ke call center.

Di sektor ekonomi, Bupati Trenggalek  untuk sementara mensuspen semua agenda event di Bulan Maret ini dan jika memungkinkan akan di re scedule di bulan April. Semua tempat wisata dan tempat hiburan yang dikelola oleh pemerintah ditutup hingga 14 hari kedepan.

Sedangkan tempat wisata atau hotel yang dikelola oleh swasta diminta untuk  mengikuti protokol kesehatan yang telah ditentukan.  Bila tidak memenuhi standar terssbut pemerintah dengan terpaksa akan melakukan penutupan. 

Pemerintah juga menghimbau kepada masyarakat untuk menghindari  menggelar acara yang mendatangkan masa dan kerumunan kecuali bila itu dalam keadaan mendesak.

Pemerintah tidak mungkin akan menutup pasar, karena bersinggungan langsung dengan pemenuhan kebutuhan hidup, sehingga untuk meminimalisir pemerintah akan   menyemprotan disinfektan 1x24 jam.

Petugas pelayanan  yang memberikan pelayanan kepada masyarakat diharapkan menggunakan alat pelindung diri berupa masker dan mengurangi kontak fisik dengan pemohon.

Di sektor kesehatan, dalam 14 hari kedepanmulai 16 hinggga 29  Maret nanti RSUD Dr. Soedomo Trenggalek memberlakukan untuk tidak ada pengunjung pasien dan penunggu pasien dibatasi masksimal 2 orang.Juga dilakukan penyemprotan disinfektan ke peralatan dan ruangan secara berkala 2 jam sekali.

Sedangkan dibidang pemerintahan, semua kegiatan seperti apel pagi, upacara, senam untuk sementara waktu juga ditiadakan. Kegiatan paparan maipun rapat diusahakan menggunakan media telekonference dan disiapkan opsi on line.

Bupati Trenggalek juga memoratorium seluruh kegiatan perjalanan dinas selama 14 hari kedrpan, kecuali untuk kegiatan yang mendesak atau tidak bisa diwakilkan. Bagi pejabat yang melakukan perjalanan dinas juga diwajibkan untuk melapor seusai kepulangan dan wajib dilakukan pengecekan kesehatan sekaligus menyampaikan interaksi dengan siapa saja dalam kunjungan dinas tersebut tanpa kecuali Bupati sendiri.

Bila pemerintah pusat menunjuk BNPB untuk Kordinator penanggulangan Virus Corona ini, Bupati Trenggalek juga menunjuk BPBD sebagai koordinator penanggulangan Corona di Trenggalek yang selanjutnya membentuk gugus tugas.

Bupati juga meminta masyarakat untuk tidak panik bila ada kejadian dilungkungannya, "jangan panik bila ada kejadian silahkan menghubungi  Call Center virus corona di nomor 0355-7981000. Selain itu juga bisa menghubungi nomor PSC 119, 0355-79119, 081136061119 dan nomor lapor 082233343800 via Whatshapp," tutupnya. (Dokpim)

Rabu, 11 Maret 2020

KH. AHMAD DAHLAN AHYAD

SANAD KEILMUAN YANG INDAH: 

KH. Ahmad Dahlan berguru Kepada Syaikhona Kholil Bin KH. Abd. Lathif Bangkalan, kemudian setelah itu berguru Kepada KH. Bahar Bin KH. Noer Hasan Bin KH. Noer Khatim Sidogiri. Sedangkan Syaikhona Kholil Bangkalan berguru Kepada KH. Noer Hasan Bin KH. Noer Khatim Sidogiri, dan KH. Bahar Bin KH. Noer Hasan berguru Kepada Syaikhona Kholil Bangkalan.

KH Ahmad Dahlan Ahyad, Ulama NU Penjaga Akidah Umat Yang Terlupakan

Mungkin kita sebagai Nahdliyin sering mendengar nama sekaliber KH Hasyim Asy’ari ataupun KH Wahab Chasbullah, namun kita jarang bahkan tidak mengenal nama KH Ahmad Dahlan. Beliau merupakan salah satu tokoh NU pada era awal yang menjabat sebagai wakil rais aam, satu tingkat di bawah KH Hasyim Asy’ari yang menjabat sebagai rais akbar Nahdlatul Ulama, juga sebagai penggerak dan pembela ajaran Ahlussunnah wal Jamaah.<> Seperti yang dikatakan oleh Soekarno tentang Jasmerah (angan sekali-kali melupakan sejarah), kita sebagai Nahdliyin dilarang keras untuk melupakan sejarah kita sendiri. Dengan mengenal tokoh-tokoh awal NU, kita dapat meneladani bagaimana perjuangan serta pengorbanan para muassis NU yang tidak hanya menegakkan agama tetapi juga menegakkan berdirinya NKRI hingga dapat kita rasakan sampai saat ini.

Adalah Wasid Mansyur yang berhasil menuangkan dalam sebuah buku tentang biografi, sejarah perjalanan, serta komitmen beliau. Buku ini juga berhasil mengulas pemikiran Kiai Dahlan untuk membentengi akidah rakyat Surabaya pada waktu itu yang mulai terserang virus TBC (Takhayyul, Bid’ah, Churafat) yang disebarkan oleh firqah di luar Ahlussunnah wal Jamaah atau yang biasa dikenal dengan sebutan Wahabi dalam magnum opusnya yaitu kitab “Tadzkiratun Naf’ah”. Buku ini juga disertai bukti sejarah, sehingga apa yang ditulis dalam buku ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya serta tidak sekedar asal bunyi (asbun).

Kiai Dahlan bernama lengkap Ahmad Dahlan ibn Muhammad Ahyad, terlahir pada 13 Muharram 1303 H yang bertepatan dengan tanggal 30 Oktober 1885 di Kebondalem Surabaya, sebuah wilayah yang berada di Kecamatan Simokerto, sebelah timur makam Raden Rahmatullah Sunan Ampel, Kiai Dahlan merupakan putra ke empat dari enam bersaudara.(hlm. 4-5) Pendidikan beliau dimulai dari ayahnya sendiri, KH Muhammad Ahyad, pendiri sekaligus pengasuh pondok pesantren Kebondalem Surabaya. Setelah itu Kiai Dahlan belajar kepada Syaikhona Kholil ibn Abdul Latif (pengasuh pondok pesantren Kademangan, Bangkalan-Madura) lalu dilanjutkan berguru kepada Kiai Mas Bahar ibn Noer Hasan (pengasuh pondok pesantren Sidogiri Pasuruan).(hlm 9-10). Ini membuktikan bahwa keilmuan yang dimiliki oleh Kiai Dahlan merupakan keilmuan yang memiliki sanad yang jelas dan bersambung hingga kepada sayyidina Muhammad, karena banyak anak muda zaman sekarang yang berguru kepada internet yang jelas-jelas tidak memiliki sanad.

Dalam dunia pergerakan, Kiai Dahlan merupakan tokoh yang sangat sentral dalam membangun jaringan antar pesantren, letak pesantren Kebondalem yang strategis memberikan kemudahan tersendiri bagi beliau untuk merintis jaringan tersebut. Dengan jaringan inilah Kiai Dahlan dapat mengerti kondisi terkini yang dihadapi bangsa, termasuk isu-isu tentang keagamaan. Kiai Dahlan juga berperan penting bagi berdirinya Taswirul Afkar (kontekstualisasi pemikiran) yang didirikannya bersama Kiai Wahab dan Mangun, yang mana perkumpulan ini merupakan perkumpulan diskusi/kajian yang membahas dan mencari solusi atas masalah-masalah keagamaan dan sosial kemasyarakatan kaitannya dengan persoalan kekinian yang dihadapi oleh umat Islam Ahlussunnah wal Jamaah. Sedangkan dalam urusan pembiayaannya, Kiai Dahlan bersama pimpinan lainnya mendirikan Syirkatul Amaliyyah, yaitu semacam koperasi yang sahamnya dijualbelikan kepada para anggota Taswirul Afkar. Langkah ini disinyalir turut membantu pembiayaan kebutuhan harian, apalagi tidak adanya subsidi dari pemerintah Hindia-Belanda untuk perkumpulan tersebut. Kiai Dahlan bersama para kiai yang lainnya, juga berhasil membentuk MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) pada tanggal 12-15 Rajab 1356 H, bertepatan pada 18-21 September 1937. Organisasi ini dibentuk dengan tujuan menyatukan semangat kebangsaan antar seluruh ormas Islam untuk merespon penjajahan serta mentolerir segala perbedaan antar ormas sebagai sebuah keniscayaan.

Kiai Ahmad Dahlan juga menulis sebuah kitab pencerahan kepada umat, khususnya warga Surabaya untuk menyikapi kondisi sosial keagamaan yang tengah terjadi pada masyarakat umumnya. Misal, Kiai Dahlan menegaskan bahwa pada prinsipnya –setidaknya dari kacamata Syafi’iyyah– ada keharusan melaksanakan shalat Dhuhur bagi pelaku Shalat Jum’at yang diadakan di dua masjid atau lebih dalam satu wilayah. Hanya saja, ketegasan ini digarisbawahi dengan penyuguhan pandangan jika pelaksanaan shalat Jum’at dalam dua tempat di satu wilayah tidak ada kebutuhan. Bila ada kebutuhan yang mendesak, misalnya masjid awal tidak cukup, maka shalat Jum’at di dua Masjid dalam satu wilayah diperbolehkan sehingga tidak ada keharusan shalat dhuhur setelah shalat Jum’at usai. (hlm. 83-84).

Kemudian yang menjadi perhatian Kiai Dahlan adalah merebaknya pembid’ahan kepada amaliyah warga NU. Dalam tulisannya tersebut, Kiai Dahlan dengan tegas mengawali “Bahwa semua yang tidak pernah dilakukan oleh Nabi adalah bagian dari vid’ah merupakan orang yang bodoh dan tidak memiliki pendirian yang kuat (al-Juhlal al-Mutahawirun)”. Untuk memperkuat pandangannya, Kiai Dahlan mengutip bid’ah yang dilakukan oleh Sayyidina Umar bin Khattab yang mengerjakan terawih secara berjamaah, yang kemudian Sayyidina Umar mengatakan “Sebaik-baiknya bid’ah adalah ini”. (hlm. 88).

Beliau juga mengulas pandangannya tentang pola serta perilaku kelompok tertentu yang mengatasnamakan Islam tetapi tindakannya sama sekali tidak mencerminkan budi pekerti Islam. Mereka hanya memaksakan kehendak menjadi Islam yang paling benar, padahal mereka seharusnya bisa belajar kepada empat imam mazhab yang memiliki pandangan tersendiri tetapi tetap menjaga toleransi hingga akhir hayatnya.

Kiai Ahmad Dahlan mengajarkan kita bagaimana menjaga serta mempertahankan paham dan ideologi Islam Ahlussunnah wal Jamaah, ditambah lagi di era yang serba canggih ini kelompok-kelompok di luar paham tersebut akan lebih mudah menyebarkan virus-virus radikalnya serta dengan mudahnya mereka mengkafirkan amaliyah-amaliyah warga Nahdliyyin. Kiai Dahlan juga mengajarkan kita bagaimana menyatukan semangat kebangsaan kita dan menghargai perbedaan pendapat sebagai sebuah keniscayaan serta menjaga keutuhan NKRI di tengah arus rongrongan makar yang dilakukan oleh segelintir kelompok Islam.

Sumber: NU Online

Rabu, 04 Maret 2020

Kabupaten Trenggalek Raih Juara Pertama Gelar Kriya Dekranasda Provinsi Jawa Timur tahun 2020

Perjuangan Kabupaten Trenggalek dalam ajang Gelar Kriya Dekranasda Provinsi Jawa Timur tahun 2020 tidak berakhir sia-sia. Jerih payah selama ini terbayar sudah, karena Trenggalek berhasil menjadi juara 1 dalam ajang tersebut.

Prestasi ini tentunya menjadi kado terbaik buat Novita Hardini Mochamad, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Trenggalek, karena penampilannya di panggung Catwalk untuk meragakan Batik Tulis Warna Alam dengan motif perpaduan Turonggo Yakso dan Van Dilem merhasil menduduki podium utama.

"Ini pencapaian yang sangat luar biasa, bagi Dekranasda Kabupaten Trenggalek setelah berikhtiar bertahun tahun akhirnya kita bisa meraih yang terbaik," ungkap Novita Hardini usai menerima penghargaan ini.

Lebih lanjut ibu Sia ini menambahkan, "kita semua berharap, Kabupaten Trenggalek bisa terus berprestasi, meraih prestasi demi prestasi. Dan di tahun 2020 ini, penghargaan ini menjadi prestasi pertama yang kita dapatkan di tahun ini," lanjutnya.

"Harapan saya penghargaan ini bisa menjadi kebanggaan dan motivasi serta pembuktian bawasannya Kabupaten Trenggalek mampu menjadi yang terbaik dari Kabupaten-kabupaten yang lain," lanjut istri Mochamad Nur Arifin ini menambahkan.

Dengan adanya juara ini, kita juga berharap Kabupaten Trenggalek juga mempunyai kebanggaan akan produk produknya sendiri. Dengan begitu bisa mempengaruhi kepercayaan diri kami yang ada di daerah-daerah, di desa-desa bisa berdaya saing lebih untuk kemajuan Dekranasda di Jawa Timur.

Sedangkan kepada pelaku UKM di Trenggalek, Ketua Dekranasda ini berpesan, untuk lebih kreatif. Jadikan prestasi ini untuk membuka pemikirannya lebih open minded tidak hanya punya kemampuan untuk membatik saja, melainkan punya kemampuan untuk membuat seutas kain batik menjadi baju yang bernilai seni dan bernilai jual yang lebih tinggi lagi, tutupnya.

Tak lupa, setelah menerima penghargaan ini Ketua Dekranasda Trenggalek ini mengucapkan rasa terima kasihnya terhadap semua pihak yang telah membantu dan mensuport hal ini, sehingga Trenggalek menjadi yang terbaik tandasnya. 

Gelar Kriya Dekranasda Provinsi Jawa Timur tahun 2020 sendiri digelar di Grand City Mall, Surabaya (3-8) Maret 2020. Dekranasda 38 Kabupaten/ Kota di Jawa Timur ikut ambil bagian dalam ajang ini. (Dokpim)

Sumber : FB Dokpim Pemkab Trenggalek

BILAL BIN RABAH

(Bukti sebuah cinta yang membara antara Ruhani dan jasmani)

Bilal bin Rabah adalah seorang budak berkulit hitam dari Habsyah (Ethiopia) yang memeluk Islam ketika masih menjadi budak.

Namun ketika keislaman Bilal diketahui oleh majikannya, Bilal pun disiksa setiap hari agar ia meninggalkan islam.

Sehingga suatu hari Sayyidina Abu Bakar memerdekakan Bilal dan iapun menjadi sahabat paling setia Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Dalam sebuah hadits diceritakan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bermimpi mendengar suara terompah Bilal berada di surga.
Lalu ketika hukum syariat adzan diperintahkan oleh Alloh maka orang yang pertama kali diperintah oleh Rosululloh untuk mengumandangkannya adalah Bilal bin Rabah, Ia dipilih karena suara Bilal sangat merdu nan syahdu.

Wafatnya Rosululloh, Membuat Bilal dilanda kesedihan yang mendalam.
Suatu ketika Kholifah Abu Bakar meminta Bilal untuk menjadi muadzin kembali, Namun dengan perasaan yang masih sedih Bilal berkata :
”Biarkan aku hanya menjadi muadzin Rosululloh saja.
Rosululloh telah tiada, Maka Aku bukan muadzin siapa-siapa lagi."

Sepeninggal Rosululloh shallallahu 'alaihi wa sallam masih terasa kesedihan yang mendalam di hati Bilal Ia pun meninggalkan Madinah dan mengikuti pasukan Fath Islamy menuju Syam, dan kemudian tinggal di Homs, Syria.
Setelah tinggal lama di Syria, Bilal praktis tidak pernah mengunjungi Madinah.
Lalu sampai pada suatu malam, Rosululloh hadir dalam mimpi Bilal, Seraya menegurnya :
"Ya Bilal, Wa maa hadzal jafa? Hai Bilal, mengapa engkau tak mengunjungiku? Mengapa sampai seperti ini?".

Dengan kejadian mimpi itu Ia pun bangun dan segera mempersiapkan diri untuk melakukan perjalanan ke Madinah untuk berziarah ke makam Rosululloh.
Setiba di Madinah, Bilal tidak dapat menahan rindu dan kesedihannya pada Rosululloh shallallahu 'alaihi wa sallam.

Kemudian datang cucu Rosululloh Sayyidina Hasan dan Husein.
Dengan mata sembab oleh tangis, Bilal yang kian beranjak tua memeluk kedua cucu tercinta Rosululloh tersebut.

Salah satu cucu Rosululloh shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada Bilal:
"Paman, Maukah engkau sekali saja mengumandangkan Adzan untuk Kami?
Kami ingin mengenang Kakek Kami."

Umar bin Khattab yang saat itu sebagai Khalifah juga memohon kepada Bilal untuk mengumandangkan adzan, Meski sekali saja. Dengan perasaan berat lalu Bilal pun memenuhi permintaan itu.
Saat waktu sholat tiba,
Dia naik pada tempat yang dahulu biasa adzan pada masa Rasulullah masih hidup.

Dan mulailah dia mengumandangkan adzan.
Saat lafadz Allahu Akbar dikumandangkan olehnya, Mendadak seluruh Madinah senyap, segala aktifitas terhenti, semuanya terkejut.
Suara yang telah bertahun-tahun hilang, suara yang mengingatkan pada sosok Nan Agung, suara yang begitu dirindukan itu telah kembali.

Ketika Bilal meneriakkan kata Asyhadu an laa ilaha illallah, Maka seluruh isi kota Madinah berlarian ke arah suara itu sambil berteriak, bahkan para gadis dalam pingitan pun mereka keluar menuju ke arah suara yang berkumandang.

Dan saat Bilal mengumandangkan Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah, Maka Madinah pecah oleh tangisan dan ratapan yang sangat memilukan.
Semua menangis, Teringat masa-masa indah bersama Rasulullah, Umar bin Khattab yang paling keras tangisnya.
Bahkan Bilal sendiri pun tak sanggup meneruskan adzannya, lidahnya tercekat oleh air mata yang berderai.

Hari itu Madinah mengenang masa saat masih adanya Rosululloh diantara mereka.
Hari itu adalah adzan pertama dan terakhir bagi Bilal setelah Rosululloh wafat. Itulah adzan Bilal yang tak bisa dirampungkan karena tak sanggup lagi menahan kesedihan.
Subhanalloh, Sungguh kisah yang sangat mengharukan betapa cintanya Bilal kepada Rosululloh shallallahu 'alaihi wa sallam.

Sampai akupun tak sanggup menahan tangisku saat aku membaca kisah ini.
Aku sangat merasa bahwa aku berada di tengah-tengah mereka yang sedang menangis karena mengenang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
--------------------------------------------------------
Allaahumma sholli 'alaa Sayyidinaa Muhammadin wa aalihi wa shohbihi wa sallim."

"Yaa Allah ﷻ, limpahkanlah sholawat dan salam kepada Junjungan kami Nabi Muhammad ﷺ, beserta keluarganya dan sahabatnya." 

"Orang yang bahagia itu akan selalu menyediakan waktu untuk membaca karena membaca itu sumber hikmah; menyediakan waktu tertawa karena tertawa itu musiknya jiwa; menyediakan waktu untuk berpikir karena berpikir itu pokok kemajuan; menyediakan waktu untuk beramal karena beramal itu pangkal kejayaan; menyediakan waktu untuk bersenda-gurau karena bersenda itu akan membuat muda selalu; dan menyediakan waktu beribadah karena beribadah itu adalah ibu dari segala ketenangan jiwa."

(Kata Mutiara, Anonim)