Pages

Kampus SMP Islam Watulimo

Jl. Raya Pantai Prigi, Gg. Masjid Jami' Slawe - Watulimo -. Trenggalek

Gedung Laboratorium

Laboratorium IPA, Perpustakaan Sekolah dan Ruang Kelas

Dewan Asatidz

Sebagian Dewan Asatidz/Dzah SMP Islam Watulimo

Laboratorium Komputer

Ruang dan Sarana Prasarana LAB KOMPUTER SMP Islam Watulimo

Tim Lomba Jelajah Santri

Lomba Jelajah Situs Sejarah Santri Trenggalek Tahun 2019.

Tim Drum Band

Tim Parade Drum Band "GITA BAHANA SMIWA" SMP Islam Watulimo.

Pengurus OSIS SMP Islam Watulimo

Pelantikan Pengurus OSIS SMP Islam Watulimo Masa Bhakti 2019/2020.

Tim Paduan Suara

Paduan Suara pada Kegiatan APEL AKBAR Ansor-Banser se Kabupaten Trenggalek di Pantai Prigi.

Pramuka Kita

Pelantikan Pramuka Penggalang Rakit dan Terap SMP Islam Watulimo.

LJS3T 2019

Juara Umum 3 Putri LJS3T SAKOMA Kabupaten Trenggalek tahun 2019.

LJS3T 2019

Juara Harapan Putra LJS3T SAKOMA Kabupaten Trenggalek tahun 2019.

Gedung Sekolah

Kampus SMP Islam Watulimo tampak dari arah Timur.

Study Tour

Study Tour Kelas IX ke Candi Borobudur Jawa Tengah.

OSIS dan DEGA

OSIS dan DEGA SMP Islam Watulimo ikut menjadi Panitia PERGAMA SAKOMA Koortan Watulimo.

STOP NARKOBA

SMP Islam Watulimo; Narkoba NO Prestasi YES.

KEMAH BHAKTI

KEMAH BHAKTI dan Perkemahan Pisah Tahun 2019-2020 di Buper Damas Karanggandu.

Masjid di Sekolahku

Masjid Jami' Nurul Iman Slawe yang berada satu lokasi dengan Sekolah.

Jumat, 31 Januari 2020

NU Men "ض" Kan Dunia

Dalam tulisan نهضة العلماء, huruf yang melintasi bola dunia yaitu huruf ض, yang paling Fashih dan benar dalm mengucapkan huruf "ض" Makhrojan wa shifatan, hanya Rosulullah Saw
انا افصح من نطق بالضاد

Yng dimaksud NU Men "ض" kan Dunia yaitu, NU sebagai jam'iyyah Diniyah berusaha menyebarkan ajaran Rosulullah Saw (Manusia paling mulia paling Fashih mengucapkan huruf "ض")
Dengan cara yang hikmah, mauidhoh Hasanah, wajadilhum billaty hiya ahsan, pendekatan sosial, ramah, santun, merangkul, menjaga tradisi, mengupayakan inovasi, menjaga NKRI.

Dengan dakwah yang seperti itu maka NU bisa diterima di penjuru Dunia, sehingga saat ini - + ada 25 PCINU.

Cerita di balik logo dan panji NU

Setelah Nahdlatoel Oelama (NU) dideklarasikan di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926 dengan berbagai aral melintang yang ada namun berhasil dilalui, Kyai Wahab Hasbullah pun memanggil Kyai Ridlwan Bubutan Surabaya.

“Yai, jenengan kulo tugasi ndamel gambar lambang lan panji nipun NU geh. Jenengan damel sing sahe, enak didelok, mboten mboseni lan mpun ngantos niru saking lintune. Saget geh, Yai?”
“Geh yai, insya Allah .. sendiko dawuh”

Di tengah tugas berat dari Kyai Wahab Hasbullah itu, Kyai Ridlwan pun mencoba keras untuk memikirkan gambar logo yang pas untuk jadi lambang NU. Maklum, kriteria yang disampaikan Kyai Wahab Hasbullah memang cukup berat; bagus, enak dipandang, tidak membosankan dan tidak boleh meniru dari gambar dan logo simbol manapun.

Maka di tengah kebingungan, beristikhorohlah Kyai Ridwan untuk menjalankan perintah Kyai Wahab Hasbullah itu. Hingga setelah istikhoroh sebanyak 3 kali, Allah pun memberikan petunjuk kepada Kyai Ridwan “ru’ya shodiqoh” dengan ditampakkan gambar dan panji yang sekarang menjadi lambang dan logo NU itu di langit ketika beliau tidur setelah menjelankan sholat istikhoroh.

Begitu bangun, Kyai Ridwan pun menggambar apa yang beliau lihat di langit dalam mimpi beliau itu dalam sketsa kertas lengkap dengan warna hijau yang Allah berikan petunjuknya melalui mimpi beliau itu. Lalu disodorkanlah gambar sketsa panji NU itu kepada Kyai Wahab Hasbullah.

“Kok sahe yai, niru saking pundi jenengan?”
“Boten niru yai. Kan jenengan sampun dawuh boten pareng niru saking gambar pundi kemawon?”
“Ah, mboten mungkin yai. Jenengan niki mesti niru”
“Saestu yai, boten niru”
“Geh mustahil yai, wong sahene ngaten kok mboten niru”

Kyai Ridlwan pun akhirnya bercerita kepada kyai Wahab Hasbullah bahwa gambar itu adalah hasil istikhoroh beliau selama 3 hari berturut-turut hingga Allah menampakkan gambar itu di langit saat beliau mimpi dan beliau pun mencontoh persis sama di kertas yang disodorkan kepada Kyai Wahab Hasbullah.

“Lha, berarti jenengan niku lak niru tho, Yai?. Niru saking gusti Allah?”
“Hehe .. Njeh yai, pangapunten”
“Sahe pun Yai. Sakniki monggo gambar niku dipun salin ten kain, ben tambah sahe”

Sreeeeet ____________

Menurut cerita, untuk mencari kain yang hijaunya sama persis seperti yang digambarkan dalam mimpi istikhoroh itu, Kyai Ridwan pun keliling Surabaya hingga pelosok-pelosok, namun tak kunjung bisa menemukan. Hingga beliau pun baru menemukan setelah keliling di toko-toko kain di depan pasar besar Malang (pertokoan kain cina Tolaram).

Hingga setelah simbol logo NU itu disalin di kain dan dijadikan panji resmi NU, Kyai Ridlwan sebenarnya belum mengerti apa maksud dan arti dari simbol NU itu karena beliau hanya ditugasi Kyai Wahab untuk mencipta dan membuat gambar saja. Justru yang bisa mengartikan dan menjelaskan arti dari simbol dan logo NU itu secara ‘jlentreh’ adalah Kyai Wahab Hasbullah ketika beliau diundang ke istana oleh Presiden Soekarno dan diminta untuk bisa menjelaskan makna dan arti dari simbol NU itu.

“Bumi itu melambangkan kemakmuran. Hijau itu melambangkan kedamaian sebagaimana Rasulullah Saw contohkan melalui simbol serban hijau beliau. Tali tampar itu adalah simbol ikatan persaudaraan umat Islam yang kukuh. Bintang besar di atas adalah simbol dari Rasulullah Saw dan ajarannya, karena NU adalah jam’iyah ahlus sunnah wal jamaah. Sedangkan empat bintang di sampingnya adalah simbol para Khulafaur Rosyidin. Manakala empat bintang di bawah adalah simbol dari empat Imam madhab yang dianut oleh NU. Dan jika dijumlah, bintang itu semuanya ada 9, yang menyimbolkan bahwa NU adalah jam’iyah yang menjaga dan melestarikan ajaran wali songo sampai kapanpun” papar Kyai Wahab Hasbullah menjelaskan logo NU hingga membuat presiden Soekarno terpukau mendengarnya.

Maka jangan aneh jika menurut riwayat, pada tahun 1946 ketika Muktamar NU yang ke 16 diselenggarakan di Purwokerto dimana Hadlrotus Syaikh Hasyim Asyari tetap terpilih menjadi Rais Akbar Nahdlotoel Ulama, presiden Soekarno yang hadir pun menyampaikan pidatonya:

“Andai harus merangkak, saya akan tetap menghadiri acara muktamar ini, demi menunjukkan kecintaan saya pada NU”

Sreeeeet ______________

Inilah sekelumit cerita Kyai Mujib Ridlwan putera dari Kyai Ridlwan Bubutan Surabaya yang dikenal sebagai pencipta simbol dan panji NU yang menceritakan asbabul wurud simbol dan logo NU yang indah dan memiliki makna yang dalam itu.

(Kalimat نهضة العلماء
Huruf nya ada 11, kalau di ucapkan ada 6 (11+6=17)
Tampar tang melingkar seperti angka 8
Bintang yang di bawah ada 4,yang di atas 5 (45),kesimpulannya
17 Agustus (8) tahun 45)

Selamat Harlah yang ke 94 jam’iyah-ku
Tetaplah menjadi pilar bagi bangsa dan NKRI-ku
Demi kejayaan Islam dan negeri yg penuh keberkahan ini.

Li Masyayikh wa Muassis NU Laahumul Fatihah...
#milad mabruk 94, NU ku ..
Copas komentar yai mashudi.
Sumber :
Fb Amin Nur, Postingan 1 Februari 2018. Pukul 20.57.

Kamis, 30 Januari 2020

Apa Yang Engkau Banggakan?

Bahkan utk seorg yg terkenal, kaya, pernah berkuasa....

"Tak Ada yang Abadi"

Aktor terkenal yang juga mantan Gubernur California Arnold Schwarzenegger menghebohkan jagad sosial media setelah mengunggah foto dirinya yang sedang tidur di jalan di bawah "patung perunggu dirinya" di luar hotel, dan menulis dengan sedih, 'How times changed' ("Bagaimana waktu berubah").

Melalui foto tersebut, dia menyampaikan sebuah pesan bahwa penghormatan orang terhadap Anda berubah seiring berjalannya waktu.

Seperti dilansir Acek Talaud alasan dia menuliskan kalimat tersebut bukan karena dia tua, melainkan karena ketika dia jadi Gubernur California meresmikan hotel tersebut dengan "patung perunggu dirinya" di depan hotel tersebut. Pihak hotel menyampaikan ke Arnold, "Setiap saat Anda boleh datang dan ada kamar untuk Anda yang selalu tersedia". 

Namun, ketika Arnold sudah tidak menjabat gubernur lagi dan datang ke hotel tersebut, pihak hotel menolaknya dengan alasan bahwa kamar hotel sudah penuh.

Dia lalu membawa kantong tidur dan tidur di bawah "patung perunggu dirinya" dan berharap orang bisa mengambil pelajaran dari kejadian tersebut.

Arnold dengan kekayaannya bisa membeli hotel yang dia inginkan, tapi dia ingin menyampaikan pesan kepada orang-orang melalui tindakannya.

Dia memposting foto tersebut di media sosial, menyampaikan sebuah pesan bahwa ketika dia berada dalam posisi yang kuat, semua orang termasuk manajemen hotel memuji dia. Namun, saat dia kehilangan posisinya sekarang, mereka dengan mudah melupakan janji mereka kepadanya.

'How times changed'

Ya, waktu terus berubah.

Jangan percaya pada semua atribut duniawi: jabatan Anda, harta benda Anda, atau kekuasaan atau kecerdasaan Anda. Semua itu tidak ada yang abadi. 

Kecuali kehidupan setelah kematian. Kehidupan setelah kematian adalah kekal karena itu persiapkan sejak sekarang.

Dari berbagai Sumber

Selasa, 28 Januari 2020

Hemat, Cermat, dan Bersahaja dalam Bicara


Hemat, cermat, dan bersahaja  merupakan sikap perilaku mulia pramuka sebagaimana butir ke-7 Dasadarma Pramuka. Sikap ini merupakan pedoman kehidupan pramuka di mana pun berada dalam segala aspek, termasuk sikap berbicara.

Hemat dalam berbicara itu dapat dipahami sebagai sikap “tidak banyak bicara” tapi juga bukan pelit bicara. Hemat berbicara itu bernilai lebih baik diam daripada berbicara merugikan orang lain karena ucapan yang menyakitkan, menghina, merendahkan. Hemat berbicara adalah tidak obral bicara tapi berbicara seperlunya.

Orang yang hemat  berbicara itu tahu kapan perlu berbicara dan kapan harus diam, diam untuk berpikir sehingga ketika perlu berbicara, apa yang disampaikan bermakna (cermat). 

Sikap berbicara seperlunya (hemat) dan ketika berbicara-ucapannya bermakna (cermat) maka akan membentuk sikap bersahaja oleh karena perilaku yang wajar yakni menghargai, menghormati, dan tidak sombong. Bersahaja itu sikap bijak yang harus dibina dalam setiap perilaku. 

Sikap bijak itu seperti sifat padi dan air. Padi,  makin berisi makin merunduk, orang bijak karena berilmu maka bersikap merendah (bukan rendah diri). Juga, sebagaimana sifat air, yang selalu mencari tempat lebih rendah tapi bermakna maka sikap bijak adalah selalu berusaha  rendah hati, tidak sombong, menghargai dan menghormati, dan keberadaannya memberi manfaat orang di lingkungannya. 

Hemat, cermat, dan bersahaja dalam bicara itu mengamalkan pesan moral:
Maju tanpa menyingkirkan, naik tinggi tanpa menjatuhkan, menjadi baik tanpa menjelekkan, menjadi benar tanpa menyalahkan, dan menjadi hebat tanpa merendahkan orang lain.

Semoga bermanfaat!

Sabtu, 25 Januari 2020

SMIWA DELEGASIKAN SISWANYA IKUT MAKESTA IPNU-IPPNU DI RANTING PAKEL

SMIWA Online - Jum'at, 24 Januari 2020 SMP Islam Watulimo mendelegasikan Siswanya untuk mengikuti Pengkaderan dalam kegiatan Masa Kesetiaan Anggota yang diselenggarakan oleh Pimpinan Ranting IPNU-IPPNU Desa Pakel. 

Kegiatan MAKESTA dilaksanakan selama 2 hari 1 malam yaitu mulai hari Jum'at, 24 Januari 2020 dan berakhir hari Sabtu, 25 Januari 2020 dengan mengambil lokasi/tempat kegiatan di MI Pakel Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek. Delegasi SMP Islam Watulimo tersebut terdiri dari 2 siswa putra dan 2 siswa putri, yaitu : Muhammad Helmi Fuadurrohman, Fakhruddin Syahrul Ayyumi, Nilna Rohmatul Azizah dan Diana Emi Mastura yang kesemuanya merupakan siswa kelas VIII. 


Materi dalam MAKESTA antara lain; Aswaja/Ke-NU-an, Ke-IPNU-IPPNU-an, Leadership/Kepemimpinan, Keorganisasian dan Wawasan Kebangsaan/Ke-indonesiaan. 

Dari kegiatan MAKESTA ini nantinya diharapkan Delegasi SMP Islam Watulimo bisa meningkatkan kompetensi nya dalam mendewasakan diri menjadi pemimpin dikelasnya terutama dalam berorganisasi di sekolah. 

Semoga dengan keikutsertaan dalam MAKESTA ini mampu menginspirasi siswa yang lainnya untuk berlatih dalam belajar, berjuang dan bertaqwa. Salam 3B (MY).

"SELAMAT BELAJAR, BERJUANG DAN BERTAQWA"

Kamis, 23 Januari 2020

NU DARI INDONESIA UNTUK DUNIA

Jadi Pembicara di Pertemuan Antaragama di Vatikan, Gus Yahya Sampaikan Rencana Strategis NU 

 Jakarta, NU Online Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf dijadwalkan hadir sebagai pembicara dalam Pertemuan Tingkat Tinggi Agama-agama Ibrahim di Vatikan, Selasa-Jumat (14-17/1). 

Dia menjadi salah satu dari enam tokoh wakil dunia Islam yang diundang untuk memberikan kontribusi pemikiran tentang gerakan bersama untuk perdamaian dunia. Dalam pertemuan itu, Gus Yahya sendiri akan membawa wawasan-wawasan tentang cita-cita peradaban mulia yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. 

Selain itu, dia juga menyampaikan rencana-rencana strategis yang telah dibangun di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU) seperti Deklarasi Nahdlatul Ulama ISOMIL 2016, Deklarasi Global Unity Forum I GP Ansor 2016, Deklarasi GP Ansor Tentang Humanitarian Islam 2017, Manifesto Nusantara GP Ansor, 2018, dan Hasil-hasil Musyawarah Nasional Alim-Ulama Nahdlatul Ulama di Kota Banjar, Jawa Barat 2019.    

“Dialog Antaragama tidak boleh lagi hanya berhenti dengan bertukar kata-kata manis dari kutipan-kutipan kitab suci dan pernyataan tokoh-tokoh suci. Sudah terlalu lama umat manusia menunggu para tokoh agama bicara sejujur-jujurnya tentang masalah-masalah yang nyata-nyata sedang menimpa umat manusia dewasa ini, termasuk permusuhan dan konflik yang bengis di antara kelompok-kelompok berbeda agama,” kata Gus Yahya dalam rilisnya yang diterima NU Online, Senin (13/1). 

Gus Yahya menambahkan, pada hakikatnya agama diturunkan sebagai anugerah Tuhan untuk menolong umat manusia dalam mencari jalan keluar dari masalah-masalah mereka. Namun karena kelemahan dalam sifat dasar manusia, agama dalam perjalanan sejarahnya kemudian direduksi para pemeluknya menjadi sekadar identitas kelompok dan dijadikan alasan untuk bersaing dan bertarung melawan kelompok yang dianggap berbeda identitasnya.  

“Pada titik itulah, agama menjadi sumber konflik. Sebab itu, kita harus memerdekakan agama dari jerat posisi sebagai sumber masalah dan mengembalikannya kepada tujuan hakiki sebagai landasan untuk memecahkan masalah,” jelas mantan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden ini.    

 Pertemuan ini diinisiasi oleh Multi-Faith Neighbours Network (Jaringan Tetangga Antaragama), sebuah organisasi Amerika yang diawaki Imam Mohamed Magid. Magid adalah Imam Eksekutif All Dulles Area Muslim Society (ADAMS) Center (Pusat Komunitas Muslim Wilayah Dulles) di Sterling, Virginia, Amerika Serikat. Selain itu, ada Pastor Bob Roberts, pendiri Gereja Northwood di Keller, Texas, AS; dan Rabbi David Saperstein, Presiden World Union for Progressive Judaism (Perserikatan Yahudi Progresif Seluruh Dunia).  Penyelenggara acara mengatakan, partisipasi Gus Yahya dalam pertemuan ini mutlak diperlukan. Dalam surat undangannya kepada Gus Yahya, Pastor Bob Roberts atas nama Multi-Faith Neighbours Network mengatakan bahwa “Kepemimpinan Anda yang mendunia dalam humanitarian Islam dan kegigihan Anda untuk mewujudkan tindakan-tindakan nyata akan sangat memperkaya Abrahamic Faiths Initiative serta implementasi dan dampak globalnya.” 

Hal senada juga disampaikan Duta Besar Keliling Amerika Serikat untuk Kebebasan Beragama, Samuel D Brownback. Disebutkan, dia meminta secara langsung kehadiran Gus Yahya dengan mengirimkan surat pribadi. Dalam suratnya, Brownback mengatakan “Adalah harapan terbesar saya bahwa Anda dapat bergabung dengan kami untuk mendiskusikan agama-agama kita sebagai landasan menuju perdamaian. Upaya yang akan kami lakukan hanya mungkin terwujud dengan kehadiran Anda.” Dari kalangan Islam, selain KH Yahya Cholil Staquf, akan hadir Syaikh Abdul Karim Khasawneh, Grand Mufti Yordania; Syaikh Abdullah Bin Bayah dari Dewan Fatwa Uni Emirat Arab; Sayyed Yousif Al Khoei, Direktur Pusat Studi Akademik Syiah di Inggris; Imam Hassan Qazwini dari Institut Islam Amerika di Michigan; dan Dr Ingrid Mattson, profesor dari University of Western Ontario, Kanada.

Sumber : NU Online

Siapakah Ibu Nyai Sinta Nuriyah?


Dr. Dra. Hj. Sinta Nuriyah Wahid, M.Hum, perempuan kelahiran Jombang, 8 maret 1948, ia adalah istri dari presiden Indonesia ke empat dan tokoh pejuang NU yaitu KH. Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur.

Ia mengenyam pendidikan pertamanya di Sekolah rakyat, Jombang. Kemudian melanjutkan pendidikannya di Madrasah Muallimat (4 tahun) Pesantren Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang. Setelah selesai ia pun melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas Syari’ah (jurusan Qodlo’) IAIN Suanan Kalijaga, Yogyakarta. Dan ahirnya melanjutkan S2 di Universitas Indonesia program kajian wanita.

Setelah selesai S1, Sinta menikah dengan KH Abdurrahman Wahid, putra pertama dari KH. Abdul Wahid Hasyim putra dari KH. M. Hasyim Asy’ari pendiri Nahdlatul Ulama. Yang waktu itu Abdurrahman Wahid masih berada di luar negeri, untuk menyelesaikan studynya, dan ia pulang pada tahun 1971.

Pasangan suami istri ini dianugerahi empat putri, yaitu Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid, Zannuba Arifah Chafsoh Wahid, Anita Hayatunnufus Wahid, Inayah Wulandari Wahid.

Untuk beberapa waktu (tahun 1972 Sampai 1980) pasangan ini mengarungi kehidupan di Pesantren Manba’ul Ma’arif, Denanyar, Jombang untuk mengajar. Selain di Denanyar, mereka juga mengajar di pesantren Tebuireng dan pesantren Darul Ulum, Rejoso, Jombang.

Baru setelah tahun 1980 mereka sekeluarga pindah ke Jakarta. Di kota metropolitan itulah, Shinta mulai bekerja sebagai wartawan di sebuah majalah keluarga, “Zaman”, kemudian majalah pria “Matra”.

Keperduliannya dalam bersosial hususnya dalam urusan gender, mengantarkannya untuk mengikuti banyak organisasi kewanitaan, antara lain: Muslimat NU, KNKWI (Komisi Nasional Kedudukan Wanita Indonesia), KOWANI (Kongres Wanita Indonesia). Ia juga aktif dalam melakukan bimbingan rohani di rumah tahanan. Ia juga ditunjuk sebagai dewan penasehat KOMNAS HAM.

Selain itu ia merupakan pendiri Yayasan Puan Amal Hayati yang bergerak dalam bidang advokasi dan konseling terhadap perempuan dan anak korban kekerasan. Dan juga Pendiri Yayasan al-Munawaroh (bergerak pada pemberian bantuan dana/ beasiswa kepada anak sekolah, keluarga tidak mampu, para penyandang cacat, dan korban bencana), tahun 1996

Banyak hal yang dialami oleh Ibu Shinta, salah satu kejadian pada awal semester dua program pasca sarjananya, ia mengalami kecelakaan mobil yang mengakibatkan terbatasnya gerak dan aktifitas fisiknya. Namun hal itu tidak menyurutkan semangat belajarnya.

Selama satu semester ia di tandu dari lantai satu ke lantai empat oleh staf universitas karena Pada saat itu lift gedung mengalami kerusakan, Di tengah-tengah kuliah mengenai perempuan dan gender itulah Ibu Shinta dan kawan-kawan justru merasakan betapa tidak enaknya menjadi perempuan.

“Bahkan kata teman saya yang juga alumni Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, dan sama-sama kuliah di Kajian Perempuan: “jadi perempuan kok runyem begini, ya.”Padahal Nabi Muhammad SAW mengajarkan untuk selalu memuliakan perempuan.’”

Dari situlah kemudian lahir Forum Kajian Kitab Kuning (FK3), dari forum ini kemudian banyak menghasilkan karya-karya yang disarikan dari kitab-kitab kuning yang membahas tentang gender.

 Diantara karyanya yaitu berjudul Kembang Setaman Perkawinan dan juga Wajah Baru Relasi Suami-Istri hasil dari Analisis Kritis Kitab ‘Uqud Al Lujjayn fi bayani huququ al-zaujain karya Syekh Nawawi al Bantani, yang diterbitkan oleh Kompas pada tahun 2005 dan  LKiS Yogyakarta pada tahun 2001.

Dari pengalaman-pengalaman yang ia rasakan mendorongnya untuk terus mengkampanyekan kerukunan dan kasih sayang sesama manusia, sesama anak bangsa. Dengan berbagai program-program Pluralisme dan kemanusiaan.

Salah satu bentuk kegiatannya yaitu dengan sahur keliling, acara ini sangat menarik karena bukan hanya umat islam yang ikut dalam acara ini tetapi juga dari warga non muslim.

Dalam penuturannya “kegitan ini juga kami lakukan di berbagai tempat, di masjid-masjid, di halaman klenteng, di halaman gereja, kolong jembatan, di tengah pasar dan lain sebagainya”. Selain untuk mempertajam keimanan, kegiatan ini juga salah satu upayanya untuk menjaga kerukunan, kesatuan dan persatuan bangsa.
 
Dan pada 18 Desember 2019, Ibu Sinta Nuriyah Wahid pun dianugerahi gelar Doktor Honoris Causa oleh Universitas Islam Negeri (UIN) Yogyakarta Untuk semua kerja kemanusiaan yang telah Shinta Nuriyah lakukan.  

Sumber: Sari Draft Pidato Ilmiah Penganugerahan Doktor Honoris Causa Shinta Nuriyah

Rabu, 22 Januari 2020

Mbah KH. Dimyati Selopuro, Waliyullah dari Blitar Jawa Timur


KH. Dimyati atau dikenal dengan panggilan Mbah Dim bahkan ada yang menyebut beliau dengan nama Kyai Pendito karena kelebihan dan karomah yang dimiliki.

Mbah Dimyati adalah seorang ulama yang lahir pada tahun 1921 M di Dusun Baran, Desa Ploso, Kecamatan Selopuro, Kabupaten Blitar.

Mbah Dim adalah anak dari KH. Hasbullah, yang konon KH Hasbullah adalah keturunan Sunan Geseng murid Sunan Kalijaga.

Ayah KH. Dimyati dikenal sebagai Kyai Nalindra yakni seorang ksatria yang merangkap sebagai kyai dan pejabat. KH Hasbullah pernah menjadi legislatif dan Kepala Desa Ploso.

Mbah Dim kecil dikenal sebagai anak yang berbeda dari teman sejawatnya, beliau dikenal sangat pendiam dan gemar menyendiri.

Mbah Dim ketika kecil juga dikenal sebagai anak yang tidak pernah melepaskan kopyah serta rajin mengaji kepada ayahnya sendiri yakni KH. Hasbullah.

Menurut cerita masyarakat, Kyai Hasbulloh pernah membelah sebuah semangka dan berkata, “Di antara anak-anakku ada salah satu yang kelak dapat membelah pintu langit”, yang dimaksud KH. Hasbullah adalah Mbah Dimyati.

Setelah menamatkan Sekolah Rakyat (SR), Mbah Dimyati melanjutkan belajarnya di Pondok Pesantren Lirboyo di bawah asuhan Romo Kyai Abdul Karim.

Mbah Dimyati adalah santri kesayangan Romo Kyai Abdul Karim. Kedatangan Mbah Dimyati kecil seakan menjadi pelipur lara, karena putra beliau Gus Nawawi meninggal dunia di tanah suci Makkah.

Mbah Dimyati nyantri di Lirboyo selama sebelas tahun. Sebagai seorang santri Mbah Dimyati dikenal sebagai sosok yang rajin dan istiqomah baik itu mengaji, menjalankan setiap amaliyah dan perintah sang guru yakni Romo Kyai Abdul Karim.

Mbah Dimyati juga dikenal sebagai santri yang sangat betah membaca wirid di belakang Romo Kyai Abdul Karim hingga sang guru menyelesaikan wiridnya.

Di pagi buta Mbah Dimyati selalu melayani sang guru menatakan gamparan, menyalakan lampu sambil menunggu sang guru balik ke ndalem lagi.

Ada beberapa cerita dari KH. Mahurin dari Nganjuk bahwa Mbah Dimyati seringkali tiba-tiba datang memberi makanan dengan lauk pauk lengkap yang tidak mungkin ada di waktu malam.

Cerita unik juga disampaikan oleh KH Imam Hanafi Kaniten Mojo, Mbah Dimyati ketika menerima kiriman dari ayahnya maka langsung digunakan untuk memasak semua dan temannya diajak untuk makan bersama.

Namun setelah itu Mbah Dimyati tidak makan setelah beberapa hari, dan bertahan dengan hanya minum air.

Konon ketika masih mondok di Pesantren Lirboyo, Mbah Dimyati pernah menemukan granat sisa-sisa peperangan zaman penjajahan Belanda di sekitar pondok.

Mbah Dimyati penasaran akhirnya granat tersebut dibawa pulang ke pondok untuk diotak-atik di dalam kamar.

Tidak disangka tiba-tiba granat tersebut meledak hebat hingga kamar hunian Mbah Dim hancur berkeping-keping, namun anehnya Mbah Dimyati tidak mengalami luka sedikitpun, inilah karomah Mbah Dimyati yang tampak semenjak masih jadi santri.

Setelah dewasa Mbah Dimyati menikah dengan Bu Nyai Rufiah dari Desa Batokan. Bersama Nyai Rufiah beliau dikarunia putra bernama Mahfud.

Kemudian Mbah Dimyati menikah dengan Nyai Munawarah dan dikaruniai keturunan yakni Lailatul Badriyah. Ngatiqullah, Umi Mukarromah, dan Barroh.

Mbah Dimyati mengawali pengabdiannya di kampung halamannya dengan mengajar sekolah diniyah dan mengajar mengaji Al-Qur’an serta beberapa kitab.

Mbah Dimyati dikenal sebagai pengajar yang unik, beliau mengajar tidak dengan metode memaknai kitab kemudian diterangkan, melainkan dengan menggunakan metode ruhaniyah atau metafisik, yaitu dengan isyarat-isyarat.

Diceritakan oleh santri bernama Nafisah, setiap akan ganti bab dalam pelajaran maka berbeda ujiannya. Nafisah saat itu disuruh pergi sendiri di sebuah kolam yang sepi dan sunyi.

Di sana Nafisah diminta untuk merenungkan akan hidupnya selama ini. Apabila sudah dinyatakan lulus dari ujian tersebut, maka yang bersangkutan dianggap memahami pasal (bab) yang diajarkan, kemudian dapat melanjutkan ke bab berikutnya.

Walaupun Mbah Dim telah wafat, banyak satri-santri Mbah Dimyati tetap menjalankan amaliyah yang diajarkan oleh beliau. Bahkan para santri merasa tetap disowani ke rumahnya masing-masing seakan-akan beliau masih hidup.

Suatu ketika saat keponakan Mbah Dimyati yang bernama Kiai Ayub Ismail akan meninggal,  Mbah Dimyati meminta Ibu Nafisah untuk memasakkan ingkung kemudian memintanya memberikan kedalemnya Kiai Ayub. Ternyata makna dari perintah ayam ingkung adalah Kiai Ayub meninggal dunia.

Mbah Dimyati dikenal sebagai tokoh yang melayani masyarakat tanpa memandang bulu. Setiap harinya kurang lebih seratus orang datang dan sowan untuk meminta barokah dan ijazah kepada Mbah Dimyati.

Mbah Dimyati adalah ulama zuhud yang meninggalkan kemewahan dunia. Kesehariannya hanya digunakan untuk mengabdikan diri pada Allah SWT.

Mbah Dimyati juga sosok yang sangat ikhlas, sabar dan tawadhu’, serta santun. Setiap beliau sowan ke Lirboyo, ketika diberi jamuan makan, maka beliau sendiri yang membersihkan meja dan mencuri piring sendiri.

Mbah Dimyati juga senang menziarahi makam auliya’ dan guru-guru beliau, dan yang paling penting bagi Mbah Dimyati adalah menziarohi makam kedua orang tuanya dan gurunya.

Mbah Dimyati dikenal memiliki sifat bashiroh dan ilmu laduni, beliau sering mengetahui suatu hal sebelum dijelaskan, dan menjawabnya dengan menggunakan isyarat-isyarat sebelum kejadian.

Hal itu bisa dilihat saat wafatnya Gus Ngatiq, Mbah Dimyati membuat kuburan kecil. Bahkan ketika  ibunya Ny. Hj. Maryam ketika towaf dan terjatuh, tiba-tiba Mbah Dimyati membantu  ibunya.

Sontak ibunya kaget “lho le, kog ono ndek kene?” (Loh Nak, kok ada di sini?). Padahal saat itu Mbah Dim tidak ikut melaksanakaan ibadah haji bersama ibunya.

Mbah Dimyati wafat pada tahun 1989 dalam usia 68 tahun, sebelum wafat. Keharuman namanya dikenal dan abadi hingga kini, banyak peziarah yang berdatangan untuk mengambil barokah, karena Mbah Dimyati adalah wali kekasih Allah.

Untuk mengenang beliau sampai saat ini digelar Majelis Dzikir Kanzul Jannah "Jumpa Sehat" pada Kamis Legi malam Jum'at Pahing. 

(Foto : dok. keluarga KH Dimyati)

MAKAM GURU PANGERAN DIPONEGORO


Pencarian makam guru Pangeran Diponegoro yang bernama Habib Alwi bin Yahya dilakukan atas perintah Maulana Habib Muhammad Lutfi bin Hasyim bin Yahya Pekalongan.

Pada suatu saat, beliau Maulana Habib Muhammad Lutfi bin Yahya, atau yg biasa kami sebut Abah Lutfi dawuh kepada bapak, "Zi, kae kidul e tanahe awak dewe ono makam min auliya'illah, lurunen.." (Zi, itu di selatan tanah saya ada makam waliyullah, carilah!)
Tanah yang dimaksud terletak di Desa Limbangan Kec. Karanganyar, Kab. Pekalongan. 

Singkat cerita, bapak langsung melaksanakan dawuh tersebut. Proses pencarian memakan waktu berbulan bulan, karena Abah Lutfi hanya memberikan petunjuk di selatan tanah beliau. Bapak mulai menelusuri desa-desa tempat yang dimaksud, mencari petunjuk kepada sesepuh-sesepuh di desa tersebut, adakah makam tua di sekitar daerah itu. Alhasil, setelah mengumpulkan informasi dari masyarakat dan sesepuh sekitar, merujuklah pada sebuah pemakaman kuno, yang terletak di tengah-tengah perkebunan dan hutan bambu. Mengenai siapa yang dimakamkan di sana, para sesepuh berbeda versi, ada yang mengatakan ini makam si A, si B, si C, dan sebagainya.

Setelah mendatangi lokasi yang dimaksud, saat itu bapak melakukan proses pencarian sendirian. Dan benar saja, di lokasi itu terdapat pemakaman tua, yang terdapat sekitar 30 makam. Di sekeliling makam terdapat seperti reruntuhan tembok yang tertimbun tanah, dan terdapat lumut hijau yang mengelilingi makam. 

Setelah itu bapak duduk sejenak berwasilah dan mengirim hadiah fatihah kepada Abah Lutfi, saat itu kejadian spiritual pun terjadi. Bapak menyaksikan daun-daun yang berserakan di sekitar makam semuanya berdiri, pohon-pohon bambu pun seakan merunduk. Saat itu seakan merujuk pada satu makam yang berada di tengah, beliau pun yakin bahwa itu makam yang dicari. 

Setelah itu beliau menggambar denah lokasi, termasuk reruntuhan tembok di area makam, dan mencatat semua keterangan2 yang di peroleh dari sesepuh2. Kemudian pada satu kesempatan catatan itu dilaporkan kepada Abah Lutfi, "Niki Bah, insyaallah sampun ketemu" sambil menjelaskan tata letak pemakaman. 
"Jarene iku maqom e sopo?" (Katanya ini makam siapa?) tanya beliau. 
"Kata mbah ini, makam si A, kata mbah ini, makam si B, kata mbah ini makam si C, hehe".. 
"Salah kabeh" (salah semua) dengan senyum khas beliau.
"Lah terus sinten Bah?" (Lalu siapa bah?)

"Itu adalah makam jid (kakek) saya, Habib Alwi bin Yahya, beliau adalah guru Pangeran Diponegoro. Dan reruntuhan tembok di sekelilingnya merupakan Benteng pertahanan terakhir beliau ketika berperang dengan para penjajah. Kemudian beliau wafat, dan dimakamkan di tempat tersebut."

Sampai saat ini belum ada dawuh apa-apa lagi dari beliau tentang makam itu, jadi belum ada yang berani membuka dan membangun kawasan makam tersebut.

__________________________
Pekalongan, 19 Januari 2020
By: Al-Faqir Muhammad Ikhsanurrizqi

Kisah ini didapatkan langsung dari pelaku cerita, yang kebetulan ayahnya sendiri, sewaktu diajak ziarah ke makam Habib Alwi bin Yahya
Al-Fatihah.. 

Semoga dengan kecintaan kita kepada auliya' dan dzuriyah Rasulullah, mendapat keberkahan dalam hidup. Amin.

Catat, Jadwal Gladi Resik UNBK Jenjang SMP/MTS SMA/MA SMK/MAK Tahun 2020

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Pusat Asesmen dan Pembelajaran akan mengadakan Gladi Resik UNBK SMP/MTS SMA/MA SMK/MAK Tahun 2020 bersamaan dengan sosialisasi bentuk soal Asesmen Kompetensi Minimum (AKM).

Untuk di pahami bahwa tujuan diadakannya Gladi Resik UNBK SMP/MTS SMA/MA SMK/MAK Tahun 2020 adalah untuk: memastikan aplikasi UNBK sudah dapat berjalan dengan baik. Infrastruktur di pusat dan di sekolah sudah siap dan berfungsi dengan baik. Tim Pelaksana Pusat, Helpdesk, Proktor dan panitia sudah memahami tugas dan tanggung jawahnya. Data infrastruktur (jaringan internet, server dan klien) sudah tercatat dengan benar,  serta Data Peserta (Biodata, mata ujian dan penempatan server) sudah tercatat dengan lengkap dan benar.

Yang harus di catat sebagai informasi resmi bahwa Jadwal Gladi Resik UNBK Jenjang SMP/MTS SMA/MA SMK/MAK Tahun 2020 tidak digunakan untuk persiapan/ latihan materi ujian. Pada saat Gladi Resik UNBK SMP/MTS SMA/MA SMK/MAK Tahun 2020, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga akan memperkenalkan bentuk soal Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) kepada siswa maupun guru.

Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini admin akan memberikan Jadwal Gladi Resik UNBK Jenjang SMP/MTS SMA/MA SMK/MAK Tahun 2020. Namun sebelum Admin menyampaikan Jadwal Gladi Resik UNBKJenajng SMP/MTS SMA/MA SMK/MAK Tahun 2020, berikut ini ketentuan pelaksanaan Gladi Bersih UNBK 2020, yakni: 1. Wajib diikuti oleh semua satuan pendidikan UNBK sesuai jadwal yang telah ditetapkan: 2.Semua pengaturan (tempat menumpang, server dan sesi) ditutup sesuai jadwal dan berlaku juga untuk pelaksanaan ujian utama: 3. Pada saat pengenal bentuk soal AKM dapat diikuti oleh Guru semua mata pelajaran.

Tak berpanjang kata lagi berikut ini Jadwal Gladi Resik UNBK SMP/MTS SMA/MA SMK/MAK Tahun 2020. Pelaksanaan Gladi resik UNBK dibagi dalam 3 Sesi. Sesi ke-1 dimulai pukul 07.30 – 09.30, sesi ke-2 dimulai pukul 10.30 – 12.30, sedangkan ke-3 dimulai pukul 14.00 – 16.00. Adapun materi yang diujikan untuk jenjang SMK adalah Bahasa Inggris, Kompetensi Keahlian (45 menit)+ AKM (45 menit) + Angket (30 menit) Pengenalan AKM kepada guru-guru SMK. Materi yang diujikan jenjang SMA/MA adalah Bahasa Inggris, Mata Uji Pililihan (45 menit) + AKM (45 menit) + Angket (30 menit), Pengenalan AKM kepada guru-guru SMA/MA. Materi yang diujikan jenjang SMP/MTs adalah Bahasa Ingris, Matematika (45 menit) + AKM (45 menit) + Angke( (30 menit), dan Pengenalan AKM kepada guruguru SMP/MTs.

Dibawah InI adalah Jadwal Gladi Resik UNBK Jenjang SMP/MTS SMA/MA SMK/MAK Tahun 2020:





Demikian paparan terkait Jadwal Gladi Resik UNBK Jenjang SMP/MTS SMA/MA SMK/MAK Tahun 2020, anda bisa menyimpan Jadwal Gladi Resik UNBK Jenjang SMP/MTS SMA/MA SMK/MAK Tahun 2020 sebagia panduan dengan hanya mendownload secara grastis Jadwal Gladi Resik UNBK Jenjang SMP/MTS SMA/MA SMK/MAK Tahun 2020 di bawah ini:

Lampiran unduh Jadwal Gladi Resik UNBK Jenjang SMP/MTS SMA/MA SMK/MAK Tahun 2020

POS Ujian Nasional (UN) 2020 BSNP Revisi

Berdasarkan siaran pers Badan Standar Nasional Pendidikan Nomor: 0001/PR/BSNP/I/2020 bahwa terdapat Perubahan/perbedaan antara POS UN lama dengan POS UN baru yang disajikan dalam lampirannya.

Beberapa poin penting terkait dengan siaran pers bkn tersebut adalah sebagai berikut :
1. Peraturan BSNP Nomor: 0051/P/BSNP/XI/2019 tentang POS UN Tahun Pelajaran 2019/2020 tidak berlaku;
2. berlakunya POS UN Tahun Pelajaran 2019/2020 yang baru sebagaimana tertuang dalam Peraturan BSNP Nomor: 0053/P/BSNP/I/2020 (dokumen dapat diunduh di alamat: www.bsnp-indonesia.org);
3. tidak lagi menerbitkan POS USBN;
4. pelaksanaan Ujian Sekolah merujuk pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 53 Tahun 2015 Tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Sudahkan membaca Petunjuk Teknis (juknis) Pelaksanaan UJian Nasional (UN) Tahun 2020 Mendatang ? Jika belum di blog ini sudah tersedia file dalam format pdf.
Badan Standar Nasional Pendidikan Menerbitkan Regulasi Tentang Prosedur Operasional Standar (POS) Ujian Nasional (UN) 2019-2020 pada tanggal 4 Nopember 2019.
Peraturan BSNP Nomor 0053/BSNP/I/2020 Tersebut ditujukan untuk Penyelenggara UN Semua satuan Pendidikan baik Formal maupun Non formal dibawah naungan kemendikbud dan kemenag
Pemerintah telah menyusun POS UN 2020 ini tentu saja berdasarkan Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Kemendikbud dan Kemenag. Untuk dasarnya bisa dilihat pada lembar Konsideran.
Setelah POS UN di diterbitkan, maka sekolah wajib melaksanakan Kegiatan UJian Nasional berdasarkan regulasi tersebut. Baik SMP/MTS , SMA/Ma , Maupun SMK/MAK.

Isi POS UN 2019-2020

Sesuai dengan Daftar Isi Pada Pos UN 2020, ada 17 BAB yang menjelaskan segala macam peraturan tentang Kegiatan Ujian Nasional.
Mulai dari Pengertian, Peserta , Penyelenggaraan, Penyiapan, UNBK, UNKP, UNPK, UN perbaikan, Pemeriksaan, Sampai ke Kriteria Pencapaian Kompetensi LUlusan Sesuai Hasil UN semuanya dikupas tuntas di dalam lembar pos un yang berformat PDF ini.
Pada Postingan ini guru-id akan mengulas secara singkat per BAB yang ada pada lembaran POS UN 2020. Tapi hanya poin-poin penting saja, Apabila ada yang kurang dipahami pembaca bisa membaca ulang di file PDF nya.
Peserta Ujian Nasional
Pada BAB ini menjelaskan tentang Persyaratan Peserta Ujian Nasional, Baik Umum, Pendidikan Formal, Kesetaraan dalam dan luar negeri, maupun Informal(Sekolah rumah).
Selanjutnya Hak dan kewajiban peserta UJian Nasional Tahun 2019-2020 juga dijelasnya di BAB II POS UN.
Jadwal UN 2020
Hari, tanggal, serta bulan Pelaksanaan Ujian Nasional Jenjang SMP SMA SMK sudah terlampir di dalam POS UN 2020.
Bagi satuan pendidikan, khususnya warga sekolah yang membutuhkannya file lengkap POS UN 2020. Silahkan download format PDF melalui TAUTAN INI
Penutup
Inilah Informasi tentang POS UN 2019-2020 yang bisa guru-id share. Apabila ada kekurangan agar pembaca dapat memakluminya. Semoga bermanfaat
Berikutnya Baca Postingan terbaru tentang Kisi Kisi Soal UN 2020 Untuk Jenjang SMP (DOWNLOAD). Segera Publish

Selasa, 21 Januari 2020

KETIKA KITA TIDAK DIHARGAI

(Tulisan yang patut direnungkan)

Seorang santri sedang membersihkan aquarium gurunya, ia memandang ikan arwana merah dengan takjub...
Tak sadar gurunya sudah berada di belakangnya...

"Kamu tahu berapa harga ikan itu?". Tanya sang guru..
"Tidak tahu". Jawab si murid...

"Coba tawarkan kepada tetangga sebelah". Perintah sang guru...

Ia memfoto ikan itu dan menawarkan ke tetangga..
Kemudian kembali menghadap sang guru...

"Ditawar berapa nak?" tanya sang guru..
"50.000 Rupiah guru". Jawab si murid mantap...

"Coba tawarkan ke toko ikan hias!!". Perintah sang guru lagi..
"Baiklah guru". Jawab si murid. Kemudia ia beranjak ke toko ikan hias...

"Berapa ia menawar ikan itu?". Tanya sang guru..
"800.000 Rupiah guru". Jawab si murid dengan gembira, ia mengira sang guru akan melepas ikan itu...

"Sekarang coba tawarkan ke Si Fulan, bawa sertifikat ini sebagai bukti bahwa ikan itu sudah pernah ikut lomba". Perintah sang guru lagi..
"Baik guru". Jawab si murid. Kemudian ia pergi menemui si Fulan yang dikatakan gurunya. Setelah selesai, ia pulang menghadap sang guru.

"Berapa ia menawar ikannya?".
"50 Juta Rupiah guru"...
Ia terkejut sendiri menyaksikan harga satu ikan yang bisa berbeda-beda...

"Nak, aku sedang mengajarkan kepadamu bahwa kamu hanya akan dihargai dengan benar ketika kamu berada di lingkungan yang tepat...".

"Oleh karena itu, jangan pernah kamu tinggal di tempat yang salah lalu marah karena tidak ada yang menghargaimu...
Mereka yang mengetahui nilai kamu itulah yang akan selalu menghargaimu..

كُلُّنَا اَشْخَاصٌ عَادِيٌّ فِي نَظْرِ مَنْ لاَ يَعْرِفُنَا

Kita semua adalah orang biasa dalam pandangan orang-orang yang tidak mengenal kita.

وَكُلُّنَا اَشْخَاصٌ رَائِعُوْنَ فِى نَظْرِ مَنْ يَفْهَمُنَا

Kita adalah orang yang menarik di mata orang yang memahami kita.
وَكُلُّنَا اَشْخَاصٌ مُمَيِّزُوْنَ فِى نَظْرِ مَنْ يُحِبُّنَا

Kita istimewa dalam penglihatan orang-orang yang mencintai kita.

وَكُلُّنَا اَشْخَاصٌ مَغْرُوْرُوْنَ فِى نَظْرِ مَنْ يَحْسُدُنَا

Kita adalah pribadi yang menjengkelkan bagi orang yang penuh kedengkian terhadap kita.

وَكُلُّنَا اَشْخَاصٌ سَيِّئُوْنَ فِى نَظْرِ مَنْ يَحْقِدُ عَلَيْنَا

Kita adalah orang-orang jahat di dalam tatapan orang-orang yang iri akan kita.

لِكُلِّ شَخْصٍ نَظْرَتُهُ، فَلاَ تَتْعَبْ نَفْسَكَ لِتُحْسِنَ عِنْدَ الآخَرِيْنَ

Pada akhirnya, setiap orang memiliki pandangannya masing masing, maka tak usah berlelah-lelah agar tampak baik di mata orang lain.

يَكْفِيْكَ رِضَا اللّٰهُ عَنْكَ ، رِضَا النَّاسِ غَايَةٌ لاَ تُدْرَك

Cukuplah dengan ridha Allah bagi kita, sungguh mencari ridha manusia adalah tujuan yang takkan pernah tergapai.

وَرِضَا اللّٰهُ غَايَةٌ لاَ تُتْرَك ، فَاتْرُكْ مَا لاَ يُدْرَكْ ، وَاَدْرِكْ مَا لاَ يُتْرَكْ

Sedangkan Ridha Allah, destinasi yang pasti sampai, maka tinggalkan segala upaya mencari keridhaan manusia, dan fokus saja pada ridha Allah . ان شاء الله

--------------
Dari berbagai Sumber

BIOGRAFI HABIB LUTHFI BIN YAHYA PEKALONGAN

Nama dan Nasabnya

Maulana Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya (Habib Luthfi) dilahirkan di Pekalongan tepatnya pada tanggal 10 November 1946 atau pada tanggal 27 Rajab tahun 1367 H. Habib Luthfi ini dilahirkan dari seorang Syarifah yang bernama sayidah al Karimah as Syarifah Nur. Habib Luthfi Bin Yahya ini selain sebagai seorang Ulama, beliau juga aktif dalam organisasi Nahdlatul Ulama sebagai salah satu anggota Syuriyah PBNU.

Selain aktif sebagai salah satu anggota Syuriyah PBNU, beliau juga merupakan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia di Jawa Tengah. Selain itu, beliau juga adalah Ra’is ‘Am jam’iyah Ahlu Thariqah al Mu’tabarah an Nahdiyah. Riwayat pendidikan Habib Luthfi, terutama mengenai pendidikan agama, tentu saja beliau mendapatkan ilmu agama Islam dari ayahanda tercintanya yaitu al Habib al Hafidz ‘Ali al Ghalib. Setelah mendapatkan pelajaran agama dari Ayahanda, Habib Luthfi bin Yahya kemudian melanjutkan pendidikannya di Madrasah Salafiah selama tiga tahun.

Nasab Jalur Ibu

Dilahirkan dari seorang syarifah, yang memiliki nama dan nasab: sayidah al Karimah as Syarifah Nur binti Sayid Muhsin bin Sayid Salim bin Sayid al Imam Shalih bin Sayid Muhsin bin Sayid Hasan bin Sayid Imam ‘Alawi bin Sayid al Imam Muhammad bin al Imam ‘Alawi bin Imam al Kabir Sayid Abdullah bin Imam Salim bin Imam Muhammad bin Sayid Sahal bin Imam Abd Rahman Maula Dawileh bin Imam ‘Ali bin Imam ‘Alawi bin Sayidina Imam al Faqih al Muqadam bin ‘Ali Bâ Alawi.

Nasab Jalur Ayah

Nabi Muhammad Saw
Sayidatina Fathimah az-Zahra + Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib
Imam Husein ash-Sibth
Imam Ali Zainal Abiddin
Imam Muhammad al-Baqir
Imam Ja’far Shadiq
Imam Ali al-Uraidhi
Imam Muhammad an-Naqib
Imam Isa an-Naqib ar-Rumi
Imam Ahmad Al-Muhajir
Imam Ubaidullah
Imam Alwy Ba’Alawy
Imam Muhammad
Imam Alwy
Imam Ali Khali Qasam
Imam Muhammad Shahib Marbath
Imam Ali
Imam Al-Faqih al-Muqaddam Muhammd Ba’Alawy
Imam Alwy al-Ghuyyur
Imam Ali Maula Darrak
Imam Muhammad Maulad Dawileh
Imam Alwy an-Nasiq
Al-Habib Ali
Al-Habib Alwy
Al-Habib Hasan
Al-Imam Yahya Ba’Alawy
Al-Habib Ahmad
Al-Habib Syekh
Al-Habib Muhammad
Al-Habib Thoha
Al-Habib Muhammad al-Qodhi
Al-Habib Thoha
Al-Habib Hasan
Al-Habib Thoha
Al-Habib Umar
Al-Habib Hasyim
Al-Habib Ali
Al-Habib Muhammad Luthfi

Menempuh Pendidikan

Setelah memperoleh didikan langsung dari kedua orangtuanya, pada usia 12 tahun Luthfi kecil mulai mengembara mencari ilmu.
Pada usia itu ia ikut pamannya (Pakde), Habib Muhammad di Indramayu Jabar. Sejak itu ia keluar masuk pesantren. Tak lama nyantri di Bondokerep Cirebon, Yik Luthfi mendapatkan beasiswa belajar ke Hadramaut. Tiga tahun di sana, ia kembali ke tanah air, nyantri lagi ke sejumlah pesantren, yaitu Ponpes Kliwet Indramayu, Tegal (Kiai Said), Purwokerto (Kiai Muhammad Abdul Malik Bin Muhammad Ilyas Bin Ali).

Beliau juga pernah berguru kepada seorang ulama besar asal Lasem Rembang, Kiai/Mbah Ma’shum. Selanjutnya, pada usia remaja ia dinikahkan dengan seorang gadis yang masih tergolong kerabat (satu fam), yaitu Syarifah Salma binti Hasyim bin Yahya. Dari pernikahan itu lahir dua orang anak laki-laki dan tiga perempuan, yaitu Syarif Muhammad Bahauddin, Syarifah Zaenab, Syarifah Fathimah, Syarifah Ummi Hanik dan Syarif Husain.

Pendidikan pertama Maulana Habib Luthfi diterima dari ayah al Habib al Hafidz ‘Ali al Ghalib. Selanjutnya ia belajar di Madrasah Salafiah. Guru-gurunya di Madrasah itu di antaranya:

Al-'Alim al ‘Alamah Sayid Ahmad bin ‘Ali bin Al Alamah al Qutb As Sayid ‘Ahmad bin Abdullah bin Thalib al Athas
Sayid al Habib al ‘Alim Husain bin Sayid Hasyim bin Sayid Umar bin Sayid Thaha bin Yahya (pamannya sendiri)
Sayid al ‘Alim Abu Bakar bin Abdullah bin ‘Alawi bin Abdullah bin Muhammad al ‘Athas Bâ ‘Alawi
Sayid ‘Al Alim Muhammad bin Husain bin Ahmad bin Abdullah bin Thalib al ‘Athas Bâ ‘Alawi.
Dari guru-guru tersebut ia mendapat ijazah Khas (khusus), dan juga ‘Am (umum) dalam Da’wah dan nasyru syari’ah (menyebarkan syari’ah), thariqah, tashawuf, kitab-kitab hadits, tafsir, sanad, riwayat, dirayat, nahwu, kitab-kitab tauhid, tashwuf, bacaan-bacaan aurad, hizib-hizib, kitab-kitab shalawat, kitab thariqah, sanad-sanadnya, nasab, kitab-kitab kedokteran. Dan ia juga mendapat ijazah untuk membai’at.

Silsilah Thariqah dan Baiat

Al Habib Muhammad Luthfi Bin Ali Yahya mengambil thariqah dan hirqah Muhammadiah dari para tokoh ulama. Dari guru-gurunya ia mendapat ijazah untuk membaiat dan menjadi mursyid. Di antara guru-gurunya itu adalah: 1. Thariqah Naqsyabandiah Khalidiyah dan Syadziliah al ‘Aliah Dari Al Hafidz al Muhadits al Mufasir al Musnid al Alim al Alamah Ghauts az Zaman Sayidi Syekh Muhammad Ash’ad Abd Malik bin Qutb al Kabir al Imam al Alamah Sayidi Syekh Muhammad Ilyas bin Ali bi Hamid

Sanad Naqsyabandiayah al-Khalidiyah
Sayidi Syekh ash’ad Abd Malik dari bapaknya Sayidi Syekh Muhammad Ilyas bin Ali bi Hamid dari Quth al Kabir Sayid Salaman Zuhdi dari Qutb al Arif Sulaiman al Quraimi dari Qutb al Arif Sayid Abdullah Afandi dari Qutb al Ghauts al Jami’ al Mujadid Maulana Muhammad Khalid sampai pada Qutb al Ghauts al Jami’ Sayidi Syah Muhammad Baha’udin an Naqsyabandi al Hasni.

Syadziliyah
Dari Sayidi Syekh Muhammad Ash’Ad Abd Malik dari al Alim al al Alamah Ahmad an Nahrawi al Maki dari Mufti Mekah-Madinah al Kabir Sayid Shalih al Hanafi ra. 2. Thariqah al ‘Alawiya al ‘Idrusyiah al ‘Atha’iyah al Hadadiah dan Yahyawiyah:

Dari al Alim al Alamah Qutb al Kabir al Habib ‘Ali bin Husain al ‘Athas.
Afrad Zamanihi Akabir Aulia al Alamah al habib Hasan bin Qutb al Ghauts Mufti al kabir al habib al Iamam ‘Utsman bin Abdullah bin ‘Aqil bin Yahya Bâ ‘Alawi.
Al Ustadz al kabir al Muhadits al Musnid Sayidi al Al Alamah al Habib Abdullah bin Abd Qadir bin Ahmad Bilfaqih Bâ ‘Alawi.
Al Alim al Alamah al Arif billah al Habib Ali bin Sayid Al Qutb Al Al Alamah Ahmad bin Abdullah bin Thalib al ‘Athas Bâ ‘Alawi.
Al Alim al Arif billah al Habib Hasan bin Salim al ‘Athas Singapura.
Al Alim al Alamah al Arif billah al Habib Umar bin Hafidz bin Syekh Abu Bakar bin Salim Bâ ‘Alawi.

Dari guru-guru tersebut ia mendapat ijazah menjadi mursyid, hirqah dan ijazah untuk baiat, talqin dzikir khas dan ‘Am.

3. Thariqah Al Qadiriyah an Naqsyabandiyah:

Dari Al-Alim Al-Alamah tabahur dalam Ilmu syaria’at, thariqah, hakikat dan tashawuf Sayidi al Imam ‘Ali bin Umar bin Idrus bin Zain bin Qutb al Ghauts al Habib ‘Alawi Bâfaqih Bâ ‘Alawi Negara Bali. Sayid Ali bin Umar dari Al Alim al Alamah Auhad Akabir Ulama Sayidi Syekh Ahmad Khalil bin Abd Lathif Bangkalan. ra.
Dari kedua gurunya itu, Al-Habib Muhammad Luthfi mendapat ijazah menjadi mursyid, hirqah, talqin dzikir dan ijazah untuk bai’at talqin. Jami’uthuruq (semua thariqat) dengan sanad dan silsilahnya: Al-Imam Al-Alim Al-Alamah Al-Muhadits al Musnid al Mufasir Qutb al Haramain Syekh Muhammad al Maliki bin Imam Sayid Mufti al Haramain ‘Alawi bin Abas al Maliki al Hasni al Husaini Mekah. Darinya, Maulana Habib Luthfi mendapat ijazah mursyid, hirqah, talqin dzikir, bai’at khas, dan ‘Am, kitab-kitab karangan syekh Maliki, wirid-wirid, hizib-hizib, kitab-kitab hadits dan sanadnya.

4. Thariqah Tijaniah:

Al Alim al Alamah Akabir Aulia al Kiram ra’su al Muhibin Ahli bait Sayidi Sa’id bin Armiya Giren Tegal. Kiyai Sa’id menerima dari dua gurunya; pertama Syekh’Ali bin Abu Bakar Bâsalamah. Syekh Ali bin Abu Bakar Bâsalamah menerima dari Sayid ‘Alawi al Maliki. Kedua Syekh Sa’id menerima langsung dari Sayid ‘Alawi al Maliki.
Dari Syekh Sa’id bin Armiya itu Maulana Habib Luthfi mendapat ijazah, talqin dzikir, dan menjadi mursyid dan ijazah bai’at untuk khas dan ‘Am.

95 GURU HABIB LUTHFI BIN YAHYA

1. Habib Ali bin Hasyim bin Umar Bin Yahya (ayah),
2. Habib Ahmad bin Ali bin Ahmad bin Abdullah bin Thalib Alattas (Pekalongan),
3. Habib Husein bin Hasyim bin Umar Bin Yahya (Pekalongan),
4. Habib Abubakar bin Abdullah Alattas (Pekalongan),
5. Habib Hamid al-Habsyi,
6. Syaikh Ahmad bin Mahfudz,
7. Habib Muhammad bin Husein bin Ahmad bin Abdullah bin Thalib Alattas (Pekalongan),
8. Syaikh Muhammad Kaukab bin Muslim (Benda Kerep Cirebon),
9. Syaikh Muhtadi bin Muslim (Benda Kerep Cirebon),
10. Syaikh Arsyad bin Muhammad Amin (Benda Kerep Cirebon)
11. Syaikh Muhammad Bajuri (Sudimampir Balongan Indramayu)
12. Syaikh Masyhadi bin Muslim bin Utsman (Karangampel Indramayu),
13. Habib Sholeh bin Abdullah al-Hinduan (Karangampel Indramayu),
14. Habib Abubakar bin Abdullah Ba’abud (Indramayu),
15. Habib Alwi bin Yusuf bin Ahmad Bin Yahya (Indramayu),
16. Habib Muhammad bin Thoha bin Umar Bin Yahya (Indramayu),
17. Habib Muhammad bin Hasyim bin Umar Bin Yahya (Kliwed Kertasemaya Indramayu),
18. Habib Syaikh bin Abubakar bin Syaikhan Bin Yahya (Jagasatru Cirebon),
19. Habib Muhammad bin Umar bin Abubakar Bin Yahya (Pegagan Palimanan Cirebon)
20. Habib Ahmad bin Ismail Bin Yahya (Jenun Arjawinangun Cirebon),
21. Habib Umar bin Ismail Bin Yahya (Panguragan Cirebon),
22. Habib Ibrahim bin Ismail Bin Yahya (Gegesik Cirebon),
23. Habib Idrus bin Muhammad bin Idrus al-Habsyi (Cirebon),
24. Habib Ali bin Husein Alattas (Cikini Jakarta),
25. Habib Umar bin Hud Alattas (Jakarta),
26. Habib Ali bin Ahmad bin Abdullah bin Thalib Alattas (Pekalongan),
27. Habib Yahya bin Hasyim bin Umar Bin Yahya (Pekalongan),
28. Habib Abdullah bin Salim Maulachelah (Pekalongan),
29. Habib Zain bin Ali al-Jufri (Semarang),
30. Habib Idrus bin Muhammad Assegaf (Semarang),
31. Habib Anis bin Alwi bin Ali al-Habsyi (Solo),
32. Habib Abdul Qadir bin Abdurrahman Assegaf (Solo),
33. Habib Umar bin Abdul Qadir Alaydrus (Solo),
34. Habib Ahmad bin Ali Bafaqih (Tempel Sleman Jogjakarta),
35. Habib Umar bin Thoha Bin Yahya (Surabaya),
36. Habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi (Surabaya),
37. Habib Sholeh bin Muhsin al-Hamid (Tanggul Jember),
38. Habib Muhsin bin Hadi al-Hamid (Beran),
39. Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih (Malang),
40. Habib Hasan bin Utsman Bin Yahya,
41. Habib Utsman bin Alwi bin Utsman Bin Yahya (Jakarta),
42. Habib Muhammad bin Aqil Bin Yahya (Jakarta),
43. Habib Ahmad bin Muhammad al-Haddad (Jakarta),
44. Habib Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf (Mekkah),
45. Habib Ahmad Masyhur al-Haddad (Tarim Yaman),
46. Syekh Sa’duddin al-Halabi ad-Dimasyqi (Mekkah),
47. Habib Muhammad bin Alwi al-Maliki (Mekkah),
48. Habib Umar bin Muhammad bin Hafidz Bin Syaikh Abubakar bin Salim (Tarim Yaman),
49. Habib Zain bin Ibrahim bin Smith (Madinah),
50. Habib Muhammad bin Alwi al-Habsyi (Tarim Yaman),
51. Habib Hasan bin Salim Alattas (Singapura),
52. Syaikh Abdullah al-Faqih bin Umar al-Khathib (Singapura),
53. Habib Ali bin Umar Bafaqih (Negara Bali),
54. Habib Muhammad al-Qadhi al-Kaf (Tegal),
55. Habib Hasan bin Husein bin Muhammad al-Haddad (Tegal),
56. Habib Muhammad bin Ali bin Thoha al-Haddad (Tegal),
57. Habib Aqil bin Abdullah Bin Yahya (Kadipaten Majalengka),
58. Syaikh Muhammad bin Abdullah Haujah (Semarang),
59. Habib Idrus bin Abubakar al-Habsyi (Surabaya),
60. Syarifah Zahra binti Abubakar bin Umar Bin Yahya (Surabaya),
61. Syarifah Khadijah binti Hasyim Bin Yahya (Pekalongan),
62. Syarifah Syaikhun binti Syaikh bin Alwi Bin Yahya (Jakarta),
63. Syaikh Abdullah bin Nuh (Bogor),
64. Syaikh Mahfudz bin Anwar (Blado Pekalongan),
65. Syaikh Ali Bamahramah,
66. Habib Hamid bin Muhammad al-Hanafi bin Salim Bin Yahya (Mekkah),
67. Habib Muhammad bin Aqil Bin Yahya (Sokaraja Purwokerto),
68. Sayyid Syaikh Muhammad Abdul Malik bin Ilyas (Kedung Paruk Purwokerto),
69. Syaikh Muzni (Karangcengis Ajibarang Banyumas),
70. Syaikh Ali bin Abubakar Basalamah (Jatibarang Brebes),
71. Syaikh Manshur bin Nawawi (Kalimati Tegal),
72. Syaikh Suhrawardi bin Nawawi (Tegal),
73. Syaikh Said bin Armia (Giren Tegal),
74. Syaikh Abdul Jamil (Pemalang),
75. Syaikh Muhammad Dimyathi bin Nashir (Comal Pemalang),
76. Syaikh Muhammad Nur (Walangsanga Moga Pemalang),
77. Syaikh Muhammad Sholeh Madyani (Kebagusan Comal Pemalang),
78. Syaikh Abdul Fattah bin Thohir (Kradenan Bangkalan),
79. Syaikh Irfan (Kertijayan Pekalongan),
80. Syaikh Ahmad Mudzakir bin Fadholi (Pekalongan),
81. Syaikh Ru’yah (Kaliwungu Kendal),
82. Syaikh Muhammad Ma’shum (Lasem Rembang),
83. Syaikh Abdullah Salam (Kajen Pati),
84. Syaikh Abdullah Hadziq bin Hasbullah (Jepara),
85. Habib Ali bin Muhammad bin Syihab,
86. Habib Salim bin Abdullah asy-Syathiri (Tarim Yaman),
87. Habib Ali bin Muhammad bin Abdul Qadir Assegaf (Tuban),
88. Sayyid Afifuddin al-Jilani,
89. Sayyid Syaikh Muhammad Nadzim Adil al-Haqqani (Siprus),
90. Syaikh Muhammad bin Abdul Bari Tegal,
91. Syaikh Zuhdi (Cikura Tegal),
92. Syaikh Rais bin Armia (Cikura Tegal),
93. Syaikh Utsman Abid al-Bamawi asy-Syadzili,
94. Habib Aqil bin Muhammad Ba’abud (Purworejo), dan
95. Habib Abu Bakar al-‘Adni bin Ali al-Masyhur (Tarim Yaman).

KEGIATAN HABIB LUTHFI BIN YAHYA

Kegiatan Dan Aktifitas Habib Luthfi Bin Yahya

Pengajian Thariqah tiap Jum’at Kliwon pagi (Jami’ul Usul Thariq al-Aulia). Pengajian Ihya 'Ulumidin tiap Selasa malam. Pengajian Fath al-Qarib tiap Rabu pagi (Khusus untuk ibu-ibu).
Pengajian Ahad pagi, pengajian thariqah (Khusus ibu-ibu). Pengajian tiap bulan Ramadhan (Untuk santri tingkat Aliyah). Da’wah ilallah berupa umum di berbagai daerah di Nusantara. Rangakain Maulid Kanzus (lebih dari 60 tempat) di kota Pekalongan dan daerah sekitarnya. Dan kegiatan lainnya.

Peranan Habib Muhammad Luthfi bin Yahya dalam organisasi

MATAN Mahasiswa Ahlith Thoriqoh Al Mu'tabaroh An Nahdliyyah (MATAN) adalah organisasi tarekat untuk kalangan mahasiswa yang diprakarsai oleh Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya Pekalongan

Ro'is 'am JATMAN (Jamiyyah Ahlith Thariqah Al Mu'tabarah An Nahdliyyah) yang berafiliasi kepada organisasi Islam Nahdlatul Ulama. Jabatan Organisasi Habib Luthfi Bin Yahya

Pekerjaan:
1. Rais Am Jam’iyyah Ahlith ath-Thariqah al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah 2005-2010 (periode kedua)
2. Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Jawa Tengah (2005-2010)
3. Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Kota Pekalongan (2005-2010)
4. Paguyuban Antar Umat Beriman (Panutan) Kota Pekalongan

AKRAB DENGAN SEMUA KALANGAN

Meski secara nasab beliau keturunan Nabi Muhammad, tak pernah sedikit pun ada rasa sombong, meremehkan orang lain, termasuk non Arab (‘ajam). Selain didikan keluarga, sejumlah kiai yang pernah menjadi gurunya turut andil besar dalam mencetak kepribadiannya.

“Abahnya, Habib Ali juga pernah nyantri pada Mbah Sholeh Darat (Semarang).

Jadi dalam keluarga beliau tak ada lagi istilah Arab-non Arab.

Seperti difirmankan Allah, yang penting kadar ketakwaannya. Hal ini pun ditanamkan Abah pada beberapa habaib yang lebih yunior,” kata Kiai Zakaria.

Dari sini tak mengherankan jika dalam kehidupan sehari-hari Abah selalu menggunakan bahasa Jawa, bukan Indonesia apalagi Arab. Baik kepada santri maupun tamu yang dikenalnya. “Abah itu sudah njawani (cenderung Jawa), bukan habib yang eksklusif. Semua orang dan kalangan merasa dekat dengan beliau, karena Abah tak suka penghormatan yang berlebihan. Berapa pun jumlah orang yang ingin bersalaman, dilayani. Beliau malah tidak suka pengawalan khusus. Beliau sangat egaliter, merakyat,” timpal salah seorang dekatnya.

Tamu Habib memang datang dari berbagai kalangan, mulai dari pejabat pemerintah, anggota dewan, pengusaha, seniman, artis hingga rakyat jelata. Namun begitu beliau tak pernah membeda-bedakan. Dengan tekun Habib mendengarkan satu persatu permasalahannya untuk kemudian memberikan solusinya, sehingga mereka pun pulang dengan perasaan puas. Habib Luthfi memang seorang yang dikenal ‘gampangan’, tidak suka ruwet, apalagi neko-neko. Rumahnya 24 jam siap menerima tamu, dari orang biasa sampai pejabat. “Lha, pernah Bapak Kapolwil bertamu ke sini, malah diajak ikut rapat panitia maulid di luar. Terang saja panitianya yang kalang kabut. Tapi justru di situ nampak tidak ada perbedaan,” sambung Zakaria tertawa kecil.

Beliau pun tak segan-segan ikut mengatur hal-hal yang dinilainya belum beres, secara spontan. Misalnya mengatur barisan yang sulit diatur (untuk itu beliau rela turun dari panggung, meninggalkan para undangan dan tamu terhormat). Ketika seluruh warga Pekalongan disibukkan dengan digelarnya Pekan Batik Internasional, pada saat acara seremonial pembukaan, di mana Wakil Presiden hadir, justru Habib Luthfi memilih pergi ke Surabaya, menjadi penceramah pada peringatan haul Sunan Ampel. “Bukan apa-apa. Undangan dari panitia haul Ampel sudah lama, jauh hari sebelum undangan Pekan Batik datang,” ujar Zakaria.

Bahkan beberapa saat lalu, beliau rela harus bolak-balik Pekalongan-Semarang, demi menghadiri undangan santrinya yang kebetulan bekas napi, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. “Jadi Abah sangat menjaga. Terlebih yang mengundang adalah mantan pentolan bromocorah, yang kemudian insaf dan minta diaku santri oleh Abah. Makanya Abah begitu memperhatikan. Sampai-sampai begitu masuk Jawa Tengah, beliau dikawal dari Polwil. Selain dalam rangka menyenangkan orang (idkhalus surus), itu juga menjaga nama baik sang santri di depan masyarakat setempat,” jelas Zakaria.

Untuk itu yang mengherankan sekaligus membanggakan adalah kondisi fisik Habib Luthfi yang selalu fit meski sebagian besar waktunya terpakai untuk pergi keluar kota, demi dakwah Islam, khususnya tarekat. “Abah fisiknya luar biasa, jarang sakit meski aktivitasnya cukup tinggi, padahal makan saja tidak teratur,” komentar Ketua PCNU Kota Pekalongan H. Abul Mafachir suatu ketika, sembari menjelaskan kekagumannya, “Habib itu betah duduk berjam-jam hanya untuk sekadar ngobrol dengan para tamunya. Malah kadang, tamunya itu tidak beliau kenal,” tambahnya.

Selama 40 tahun menjadi santri Habib, imbuhnya, hal yang patut ditiru adalah keikhlasannya. “Habib Luthfi tidak pernah membeda bedakan asal muasal santri. Sehingga ratusan tamu yang datang kediamannya setiap hari, selalu dilayani dengan sabar dan penuh kesungguhan. Kadang mereka harus menunggu berhari-hari jika Habib sedang berada di luar kota,” ujarnya.

Hinggi kini, tak sedikit jabatan dan kedudukan yang diembankan ke pundaknya. Tapi itu semua tak membuat Habib merasa capek, merasa berat apalagi merasa terbebani. Jabatan yang pernah dan sedang disandangnya adalah Ketua Umum MUI Kota Pekalongan, sekaligus Ketua Umum MUI Jawa Tengah. Beliau juga dipercaya menjadi penasihat utama KBIH Assalamah Pekalongan. Di samping seorang mursyid tarekat Syadzaliyah, beliau juga didaulat menjadi Mudir Aam dari Ahlit Thariqah al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah (salah satu Badan Otonom NU) selama dua periode, yaitu sejak 2000-2010 (Secara kebetulan, kedua Muktamar yang menghasilkan keputusan itu digelar di Pekalongan).

Selain itu, beliau membentuk PANUTAN (Paguyuban antar Umat Beragama Pekalongan), dan kemudian dipercaya menjadi ketuanya. Ini dilakukan melihat Pekalongan adalah satu daerah yang rawan konflik. Dikisahkan, saat terjadi aksi perusakan dan pembakaran rumah serta fasilitas lainnya miliki keturunan Cina di Pekalongan dua puluh tahun silam (tepatnya pada 20 Nopember 1995), semua kiai Pekalongan angkat tangan. Maklum saja, pemicunya adalah dirobek-robeknya Al-Qur’an oleh salah seorang keturunan Cina, yang kemudian diketahui bahwa orang itu mengalami gangguan jiwa.

Pada saat genting itulah, di saat semua tokoh kewalahan, bahkan tak mampu mengatasi keadaan, Habib Luthfi tampil dengan pernyataan singkatnya: “Saya tidak ridla kalau santri saya ikut-ikutan aksi perusakan itu.” Pada saat itu banyak kiai tersentak.”Gimana tidak kaget? Habib Luthfi membuat langkah yang melawan arus,” komentar Zakaria sambil membuka buku hariannya yang mengisahkan kejadian itu. Tapi nampaknya ungkapan beliau yang singkat itu sangat mujarab. Sejak itu, berangsur-angsur kondisi keamanan Kota Pekalongan kembali membaik.

Kalau kemudian Habib Luthfi dipercaya memegang banyak jabatan, itu karena dalam dirinya tertanam kepribadian sebagai muslim ideal. Selain memiliki jiwa kepimimpinan, beliau dikenal memiliki kapasitas keilmuan tinggi, termasuk ilmu pengetahuan umum Dikisahkan, suatu ketika beliau diminta memberi ceramah agama dalam acara berkaitan dengan dunia pertanian. Ternyata yang disampaikan bukan hanya ilmu agama, tetapi juga ilmu pertanian.  “Sampai orang dinas pertanian terkagum-kagum, bahkan lalu bertanya bagaimana caranya menyuburkan kembali tanah yang terlanjur kering,” kisah Zakaria. Maka, Habib pun menjelaskan solusinya, lengkap dengan referensi ilmiah dalam ilmu pertanian. Begitu juga bidang-bidang lainnya, seperti perikanan.

Dalam satu kesempatan beliau menandaskan, baginya jabatan merupakan amanah dan tidak bisa diminta-minta. Kalau dipercaya menduduki jabatan, di mana pun tempatnya, dirinya menyatakan siap. Tidak harus jadi ketua, sehingga kalau tidak jadi orang nomor satu, emoh menjabat.. Artinya, pengabdian dan perjuangan dapat dilakukan seseorang sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

 sumber: laduni.id

"Orang yang bahagia itu akan selalu menyediakan waktu untuk membaca karena membaca itu sumber hikmah; menyediakan waktu tertawa karena tertawa itu musiknya jiwa; menyediakan waktu untuk berpikir karena berpikir itu pokok kemajuan; menyediakan waktu untuk beramal karena beramal itu pangkal kejayaan; menyediakan waktu untuk bersenda-gurau karena bersenda itu akan membuat muda selalu; dan menyediakan waktu beribadah karena beribadah itu adalah ibu dari segala ketenangan jiwa."

(Kata Mutiara, Anonim)