Pages

Jumat, 03 Januari 2020

YANG PALING RENDAH HATI

Suatu ketika Muhammad Rasulullah dan para sahabatnya baru saja tiba dari sebuah perjalanan yang cukup jauh. Kemudian mereka memutuskan untuk beristirahat dan memotong seekor kambing untuk makan malam. 

“Aku yang akan memotong kambingnya!” Ujar seorang sahabat. Antusias.

Sahabat yang lain menimpali, “Aku yang akan mengulitinya!”

Sahabat yang ketiga tak mau kalah, “Kalau begitu aku yang akan memasaknya!”

Sahabat keempat tak mau kehilangan kesempatan untuk melayani Rasulullah, “Aku akan…”

Sebelum selesai sahabat keempat berbicara, tiba-tiba Rasulullah mengatakan sesuatu yang membuat mereka tersentak, “Aku akan mengumpulkan kayu bakar dari padang pasir,” ujarnya lembut.

Tentu saja para sahabat merasa kaget sekaligus heran, “Wahai baginda, wahai Rasulullah, kami tak ingin membuat Anda merasa tidak nyaman. Sebaiknya Anda beristirahat saja. Merupakan sebuah kehormatan bagi kami untuk melayani apapun saja yang Anda butuhkan.”

Rasulullah kemudian menjawab, “Aku tahu kalian begitu bersemangat melakukan ini semua. Tetapi Allah tidak akan senang melihat hambaNya yang membeda-bedakan antara dirinya dengan sahabat-sahabatnya, menempatkan dirinya seolah lebih tinggi dari yang lain.”

Para sahabat hanya terdiam. Kemudian Baginda Rasulullah pergi ke padang pasir, mengumpulkan sejumlah kayu bakar, lalu membawanya ke hadapan para sahabat. 

Hari-hari ini, kita perlu lebih banyak belajar dari teladan Rasulullah. Sebagai ummatnya, kita tumbuh ke arah yang berbeda. Kita sering merasa paling benar, paling berharga, paling keren, paling baik, padahal kontribusi kita untuk sesama boleh jadi yang paling kecil. Bahkan hampir tiada sama sekali.

Mari belajar untuk rendah hati.

Disadur dari : FAHD PAHDEPIE

"Orang yang bahagia itu akan selalu menyediakan waktu untuk membaca karena membaca itu sumber hikmah; menyediakan waktu tertawa karena tertawa itu musiknya jiwa; menyediakan waktu untuk berpikir karena berpikir itu pokok kemajuan; menyediakan waktu untuk beramal karena beramal itu pangkal kejayaan; menyediakan waktu untuk bersenda-gurau karena bersenda itu akan membuat muda selalu; dan menyediakan waktu beribadah karena beribadah itu adalah ibu dari segala ketenangan jiwa."

(Kata Mutiara, Anonim)