Pages

Rabu, 22 Januari 2020

MAKAM GURU PANGERAN DIPONEGORO


Pencarian makam guru Pangeran Diponegoro yang bernama Habib Alwi bin Yahya dilakukan atas perintah Maulana Habib Muhammad Lutfi bin Hasyim bin Yahya Pekalongan.

Pada suatu saat, beliau Maulana Habib Muhammad Lutfi bin Yahya, atau yg biasa kami sebut Abah Lutfi dawuh kepada bapak, "Zi, kae kidul e tanahe awak dewe ono makam min auliya'illah, lurunen.." (Zi, itu di selatan tanah saya ada makam waliyullah, carilah!)
Tanah yang dimaksud terletak di Desa Limbangan Kec. Karanganyar, Kab. Pekalongan. 

Singkat cerita, bapak langsung melaksanakan dawuh tersebut. Proses pencarian memakan waktu berbulan bulan, karena Abah Lutfi hanya memberikan petunjuk di selatan tanah beliau. Bapak mulai menelusuri desa-desa tempat yang dimaksud, mencari petunjuk kepada sesepuh-sesepuh di desa tersebut, adakah makam tua di sekitar daerah itu. Alhasil, setelah mengumpulkan informasi dari masyarakat dan sesepuh sekitar, merujuklah pada sebuah pemakaman kuno, yang terletak di tengah-tengah perkebunan dan hutan bambu. Mengenai siapa yang dimakamkan di sana, para sesepuh berbeda versi, ada yang mengatakan ini makam si A, si B, si C, dan sebagainya.

Setelah mendatangi lokasi yang dimaksud, saat itu bapak melakukan proses pencarian sendirian. Dan benar saja, di lokasi itu terdapat pemakaman tua, yang terdapat sekitar 30 makam. Di sekeliling makam terdapat seperti reruntuhan tembok yang tertimbun tanah, dan terdapat lumut hijau yang mengelilingi makam. 

Setelah itu bapak duduk sejenak berwasilah dan mengirim hadiah fatihah kepada Abah Lutfi, saat itu kejadian spiritual pun terjadi. Bapak menyaksikan daun-daun yang berserakan di sekitar makam semuanya berdiri, pohon-pohon bambu pun seakan merunduk. Saat itu seakan merujuk pada satu makam yang berada di tengah, beliau pun yakin bahwa itu makam yang dicari. 

Setelah itu beliau menggambar denah lokasi, termasuk reruntuhan tembok di area makam, dan mencatat semua keterangan2 yang di peroleh dari sesepuh2. Kemudian pada satu kesempatan catatan itu dilaporkan kepada Abah Lutfi, "Niki Bah, insyaallah sampun ketemu" sambil menjelaskan tata letak pemakaman. 
"Jarene iku maqom e sopo?" (Katanya ini makam siapa?) tanya beliau. 
"Kata mbah ini, makam si A, kata mbah ini, makam si B, kata mbah ini makam si C, hehe".. 
"Salah kabeh" (salah semua) dengan senyum khas beliau.
"Lah terus sinten Bah?" (Lalu siapa bah?)

"Itu adalah makam jid (kakek) saya, Habib Alwi bin Yahya, beliau adalah guru Pangeran Diponegoro. Dan reruntuhan tembok di sekelilingnya merupakan Benteng pertahanan terakhir beliau ketika berperang dengan para penjajah. Kemudian beliau wafat, dan dimakamkan di tempat tersebut."

Sampai saat ini belum ada dawuh apa-apa lagi dari beliau tentang makam itu, jadi belum ada yang berani membuka dan membangun kawasan makam tersebut.

__________________________
Pekalongan, 19 Januari 2020
By: Al-Faqir Muhammad Ikhsanurrizqi

Kisah ini didapatkan langsung dari pelaku cerita, yang kebetulan ayahnya sendiri, sewaktu diajak ziarah ke makam Habib Alwi bin Yahya
Al-Fatihah.. 

Semoga dengan kecintaan kita kepada auliya' dan dzuriyah Rasulullah, mendapat keberkahan dalam hidup. Amin.

"Orang yang bahagia itu akan selalu menyediakan waktu untuk membaca karena membaca itu sumber hikmah; menyediakan waktu tertawa karena tertawa itu musiknya jiwa; menyediakan waktu untuk berpikir karena berpikir itu pokok kemajuan; menyediakan waktu untuk beramal karena beramal itu pangkal kejayaan; menyediakan waktu untuk bersenda-gurau karena bersenda itu akan membuat muda selalu; dan menyediakan waktu beribadah karena beribadah itu adalah ibu dari segala ketenangan jiwa."

(Kata Mutiara, Anonim)