Suatu hari Nabi SAW sedang duduk didalam masjid Beliau SAW, ketika itu tampak dua orang yang berpenampilan bersih dan rupa yang tampan datang menghampiri.
Mereka memberi Salaam.
Beliau Bertanya:
Dari mana kalian berdua................??
Mereka menjawab:
Kami berasal dari masa yang sudah lama berlalu.
Sudah lama kami menyembah Allah dan kami telah mendengar untaian kata-kata yang lebih indah dari segala kata yang pernah ada.
Dari seluruh Kitab Allah yang ada, untaian kata-kata ini disebutkan sebagai yang terindah, dan untaian kata-kata ini hanya akan muncul di akhir zaman, didalam Kitab yang paling akhir muncul yakni Al Qur’an Karim.
Jadi kami kemudian beribadah selama seribu tahun hingga Allah bertanya kepada kami berdua karunia apa yang bisa diberikan-NYA kepada kami.
Kami memohon agar bisa mendengar untaian kata-kata indah itu, yakni surah Al-Faatihah.”
Allah tidak menjawab mereka.
Lalu mereka berdua kembali berdoa selama seribu tahun.
Baru Allah menjawab mereka.
DIA berfirman:
Surah ini hanya Ku peruntukkan bagi Kekasihku Tercinta Muhammad SAW dan umatnya.”
Kedua lelaki itu berdoa selama seribu tahun lagi hingga Allah kembali bertanya kepada mereka karunia apa yang bisa DIA berikan kepada mereka.
Mereka menjawab:
Karena kami tak bisa dikaruniai Al-Faatihah mohon agar ijinkan kami berdua hidup berusia panjang agar bisa menjadi bagian dari Umat Beliau SAW, menyalami Beliau SAW, dan mendengar pembacaan surah Al-Faatihah, walau hanya sekali saja. Sehingga kami kemudian wafat dalam keadaan puas/ridho.”
Kedua lelaki ini adalah
Nabi Khidir AS dan
Nabi Ilyas AS.
Mereka kemudian ber-Syahadah kepada Nabi SAW yang dengannya mereka merasa puas.
Mereka tidak lagi menjadi Nabi tapi “hanyalah” bagian dari Umat Muhammad SAW.
Mereka memohon agar Nabi SAW berkenan membacakan Al-Faatihah untuk mereka.
Beliau SAW kemudian membacakan surah Al-Faatihah untuk mereka berdua dan kemudian mereka berdua membacanya bersama Beliau SAW Lalu mereka semua bersama-sama mengucapkan:
Amiin yang artinya:
Duhai Allah, mohon terimalah doa kami.
Mereka kemudian bertanya:
Duhai Rassulullah, apa balasannya membaca Al-Faatihah............?
Rosululloh menjawab:
Jika saja Allah mengaruniaiku kehidupan hingga akhir masa, maka tidaklah cukup untuk mengatakan kepadamu semua manfaatnya, semua kebaikan yang akan kita terima karena membaca surah Al-Faatihah.”
Rosululloh meneruskan perkataannya
Aku akan mengatakan kepadamu manfaat dari mengucapkan Amiin.”
ALIF, tertulis pada Arsy Allah.
MIM, ada pada kaki dari Kursi-NYA.
YAA, ada pada Lawhul Mahfudz.
NUN, ada pada Pena (Kalam).”
Khidir as, dan Ilyas as, berkata:
Mohon ceritakan lebih banyak lagi,
kata kedua lelaki itu.
ALIF, tertulis di kening Israfil AS.
MIM, tertulis di kening Mikail AS.
YAA, tertulis di kening Jibril AS.
NUN, tertulis di kening Izrail AS.
Siapa saja yang mengucapkan: Amiin, akan mendapat manfaat dari keempat Malaikat ini”.
Mohon ceritakan lebih banyak lagi, kata mereka berdua.
ALIF, tertulis didalam Taurat.
MIM, tertulis didalam Zabur.
YAA, tertulis didalam Injil.
NUN, tertulis didalam Qur’an.
Siapa saja yang bersungguh-sungguh dalam mengucapkan: “Amiin” setelah pembacaan al-Faatihah, maka seolah-olah dia telah membaca Keempat Kitab Suci itu”.
Rosululloh bertanya:
“Kalian mau yang lebih lagi.............?”
Mereka berdua Menjawab: “Ya…”
ALIF, tertulis di kening Sayyidina Abu Bakar RA.
MIM, tertulis di kening Sayyidina Umar RA.
YAA, tertulis di kening Sayyidina Utsman RA.
NUN, tertulis di kening Sayyidina Ali RA.
Siapa saja yang mengucapkan:
“Amiin” akan mendapat manfaat dari Keempat Sahabat ini”.
Kedua lelaki baru saja akan berdoa memohon agar Allah mencabut nyawa mereka sebagaimana yang mereka kehendaki apabila keinginan mereka sudah mereka peroleh, ketika Nabi SAW menghentikan maksud mereka.
Beliau SAW berkata:
Allah telah mengaruniai kalian usia yang panjang dan kekuatan khusus.
Umatku lemah dan mereka membutuhkan kalian.”
Kemudian Allah mengaruniai mereka usia yang panjang untuk berkhidmat kepada Umat Sayyidina Muhammad SAWS.
ILYAS AS DI DARATAN
KHIDIR AS DI LAUTAN
Dikutip dari Hajzah Anne Aminah Adil al-Haqqani, Istri dari maulana syaikh Naziem Adil al Haqqoni.
Wallahu'alam
Semoga bermanfaat. Aamiin