Semar sesungguhnya sudah dikenal masyarakat Jawa jauh sebelum Kanjeng Sunan Kalijaga lahir. Nama Semar sendiri bisa ditemukan dalam kakawin Siwa Sogata, Sanghyang Nawaruci dan Sudamala. Ia diibaratkan sebagai prototipe manusia Jawa yang sesungguhnya, sosok paripurna yang sudah menemukan jati dirinya. Sebagai sosok orang Jawa, Semar digambarkan sadar diri, tahu diri, ‘sumeleh ing pamikir’ (bersikap rendah hati dalam berpikir) dan ‘sumarah ing karep’ (memasrahkan seluruh keinginan pada kehendak Gusti).
Seperti yang sudah kita ketahui jika misi Sunan Kalijaga tidak hanya menyampaikan ajaran Islam, tetapi juga mendidik manusia agar lebih beradab. Oleh karenanya, melalui tokoh Semar, Sunan Kalijaga menyampaikan tiga nasihat, yaitu :
1. Ojo ngaku pinter yen durung biso nggoleki lupute awake dewe.
Arti dari kalimat di atas adalah ‘Jangan mengaku pintar jika belum bisa mencari kesalahan diri sendiri’. Ya, kebanyakan manusia memang suka menghakimi, merendahkan, menghina manusia lain tanpa berkaca terlebih dahulu, apakah dirinya sudah sempurna atau belum? Karena sesungguhnya, jika kita berkaca, introspeksi diri, pasti ada banyak kesalahan dan kekeliruan yang kita temukan dalam diri kita sendiri.
2. Ojo ngaku unggul yen ijeh seneng ngasorake wong liyo.
Nasihat kedua adalah ‘Jangan mengaku unggul jika masih senang merendahkan orang lain’. Kita bisa lihat sendiri, berapa banyak orang yang menghina sesama. Enggak usah jauh-jauh deh, dalam berbagai media sosial kerap kali didapati orang yang menghujat dengan mengeluarkan kata-kata yang kurang pantas seolah menganggap bahwa dirinya yang paling unggul dan hebat. Nah, melalui lakon Semar, Sunan Kalijaga ingin menyampaikan bahwa setiap manusia itu punya kedudukan sama, tak ada yang lebih unggul dari yang lain. Di mata Tuhan pun, semua sama, kecuali amal perbuatan mereka.
3. Ojo ngaku suci yen durung biso manunggal ing Gusti.
Nasihat ketiga, masih berkaitan dengan poin satu dan dua, ‘Jangan mengaku suci jika masih belum bisa menyatu dalam Gusti’. Sejatinya tak ada memang yang namanya manusia suci. Semua pasti punya kesalahan dan dosa. Hanya saja, saat khilaf kita bisa kembali kepada sang pencipta dan meminta ampun atas kesalahan yang sudah kita perbuat.
Penyampaian melalui lakon Semar ini sangatlah bijak dan tidak memaksa. Sehingga hal tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi orang-orang zaman dahulu untuk mengikuti ajaran beliau. Karena kepiawaiannya menggabungkan seni dan ajaran Islam, Sunan Kalijaga masuk dalam salah satu filosuf yang berpengaruh di Indonesia.