Pages

Kamis, 26 Desember 2019

BAGAIMANA ENGKAU MEMANDANG GURUMU?

Al Imam Ali bin Hasan al Aththas mngatakan :

ان المحصول من العلم والفتح والنور اعني الكشف للحجب، على قدر الادب مع الشيخ وعلى قدر ما يكون كبر مقداره عندك يكون لك ذالك المقدار عند الله من غير شك

" Memperoleh ilmu, futuh dan cahaya (maksudnya terbukanya hijab2 batinnya), adalah sesuai kadar adabmu bersama gurumu. Kadar besarnya gurumu di hatimu, maka demikian pula kadar besarnya dirimu di sisi Allah tanpa ragu ".(Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith, kitab Al-Manhaj as-Sawiy Syarh Ushul Thariqah as-Sadah Ali Ba'alawi : 217)

Imam Nawawi ketika hendak belajar kepada gurunya, beliau selalu bersedekah di perjalanan dan berdoa, " Ya Allah, tutuplah dariku kekurangan guruku, hingga mataku tidak melihat kekurangannya dan tidak seorangpun yg menyampaikan kekurangan guruku kepadaku ". (Kitab Lawaqih al-Anwar al-Qudsiyyah fi Ma’rifati Qawa’id ash-Sufiyyah, karya Imam Abdul Wahab asy-Sya’rani (wafat 973 H), halaman 155, cetakan “Darul Fikr”, Beirut –Libanon).

Beliau pernah mengatakan dalam kitab At Tahdzibnya :

عقوق الوالدين تمحوه التوبة وعقوق الاستاذين لا يمحوه شيء البتة 

" Durhaka kepada orang tua dosanya bisa hapus oleh taubat, tapi durhaka kepada ustadzmu tidak ada satupun yg dapat menghapusnya ". 

Habib Abdullah al Haddad mengatakan " Paling bahayanya bagi seorang murid, adalah berubahnya hati gurunya kepadanya. Seandainya seluruh wali dari timur dan barat ingin memperbaiki keadaan si murid itu, niscaya tidak akan mampu kecuali gurunya telah ridha kembali ". (Kitab Risalatu Adabi Suluki al-Murid, hal 54, Sayyid ‘Abdullah bin ‘Alawi al-Haddad)

Seorang murid sedang menyapu madrasah gurunya, tiba2 Nabi Khidir mendatanginya. Murid itu tidak sedikitpun menoleh dan mengajak bicara nabi Khudhir. Maka nabi Khidhir berkata, " Tidakkah kau mengenalku ?. Murid itu menjawab, " ya aku mengenalmu, engkau adalah Abul Abbas al Khidhir ".

Nabi Khidhir, " kenapa kamu tidak meminta sesuatu dariku ?".

Murid itu menjawab, " Guruku sudah cukup bagiku, tidak tersisa satupun hajat kepadamu ". (Kitab Kalam al Habib Idrus al Habsyi : 78)

Al Habib Abdullah al Haddad berkata, " Tidak sepatutnya bagi penuntut ilmu mengatakan pada gurunya, " perintahkan aku ini, berikan aku ini !", karena itu sama saja menuntut untuk dirinya. Tapi sebaiknya dia seperti mayat di hadapan orang yg memandikannya ". (Kitab Ghoyah al Qashd wa al Murad, karya as-Sayyid al-Imam Muhammad  bin Zain bin Sumait, 2/177)

Para ulama ahli hikmah mengatakan, " Barangsiapa yang mengatakan " kenapa ?" Kepada gurunya, maka dia tidak akan bahagia selamanya ". (Kitab Al Fataawa al Hadiitsiyyah : 56, Imam Ibnu Hajar al-Haitami, w 974 H).)

Para ulama hakikat mengatakan, " 70% ilmu itu diperoleh sebab kuatnya hubungan antara murid dengan gurunya ".

Semoga kita semua termasuk murid yg baik dan mendapat berkah dari guru kita.

اللهم أُسْتُر عُيُوْبَ مَشايِيْخِنا عَنْ أَعْيُنِنا بِسِتْرِكَ الوَاقِى،اللهم يَا مَنْ ظَهَرَ الجَمِيل وَسَتَرَ القَبِيخ،اللهم اجعَل تَحتَ سَتْرِك مَا تُحِبَّ و تَرضَى يا ذَا الجَلالِ و الإِكْرَام.

Sumber : Machrus Ali

"Orang yang bahagia itu akan selalu menyediakan waktu untuk membaca karena membaca itu sumber hikmah; menyediakan waktu tertawa karena tertawa itu musiknya jiwa; menyediakan waktu untuk berpikir karena berpikir itu pokok kemajuan; menyediakan waktu untuk beramal karena beramal itu pangkal kejayaan; menyediakan waktu untuk bersenda-gurau karena bersenda itu akan membuat muda selalu; dan menyediakan waktu beribadah karena beribadah itu adalah ibu dari segala ketenangan jiwa."

(Kata Mutiara, Anonim)