Pages

Rabu, 11 Desember 2019

Tinggalkan Hal Yang Tidak Penting


Imam Nawawi RA menyebutkan hadits ke 12 ini dari Kitab Arbain Nawawinya. Diriwayatkan dari Sahabat Abu Hurairoh RA bahwa Nabi SAW bersabda:

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْه

“Termasuk bukti bagusnya Islam seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak penting baginya.” (Hadits Hasan, HR Turmudzi).

Hadits ini merupakan bentuk Jawamiil Kalimdari Nabi SAW, kata-kata ringkas yang mengandung makna yang sangat luas. Ucapan penuh hikmah ini tidak pernah diucapkan oleh seorang pun sebelum Nabi SAW. Memang diriwayatkan dari Suhuf Nabi Syith AS dan Nabi Ibrahim AS:

“Siapa yang menganggap ucapannya adalah bagian dari amalnya (yang akan dihisab), maka akan sedikit ucapannya kecuali dalam apa yang penting baginya.”

Isi suhuf ini hanya mencakup ucapan saja, sedangkan hadits Nabi SAW di atas mencakup ucapan dan perbuatan yang tidak penting. Yang dimaksud tidak penting dalam hadits ini adalah hal yang tidak berhubungan dengan kebaikan dunia atau akhiratnya, seperti hal-hal mubah yang bukan merupakan dosa dan bukan pula suatu ibadah. Contohnya melamun, membaca buku yang tidak bermanfaat, menonton hal mubah yang tidak ada manfaatnya, gurauan yang merusak wibawa, mencari banyak harta halal yang tidak diperlukan, bercerita dengan cerita yang boleh yang tidak ada manfaat duniawi mau pun untuk akhiratnya dan banyak lainnya. Orang yang meninggalkan hal-hal ini adalah orang yang baik Islamnya.Imam Ghazali pernah menyebutkan mengenai batasan suatu hal yang dianggap tidak penting. Beliau berkata, “Batasan ucapan yang tidak penting adalah jika engkau mengatakan sesuatu yang apabila engkau tidak mengatakannya engkau tidak berdosa dan tidak pula mendapat bahaya saat itu atau di masa depan. Jika ini diucapkan, maka itu adalah bentuk menyia-nyiakan waktu“

Islam menuntut kita untuk melakukan kewajiban dan kesunahan dan meninggalkan hal yang haram dan makruh. Ada pun hal-hal mubah yang tidak menimbulkan dosa, boleh saja kita melakukannya. Sekalipun begitu, orang yang beragama dengan sempurna akan meninggalkan hal-hal mubah yang tidak penting itu, sebab itu adalah bentuk menyia-nyiakan waktu. Bukankah setiap detik dari waktu kita adalah permata yang tidak ternilai harganya?. Apabila hilang, ia tidak mungkin digantikan lagi.


Sumber : Santri Net

"Orang yang bahagia itu akan selalu menyediakan waktu untuk membaca karena membaca itu sumber hikmah; menyediakan waktu tertawa karena tertawa itu musiknya jiwa; menyediakan waktu untuk berpikir karena berpikir itu pokok kemajuan; menyediakan waktu untuk beramal karena beramal itu pangkal kejayaan; menyediakan waktu untuk bersenda-gurau karena bersenda itu akan membuat muda selalu; dan menyediakan waktu beribadah karena beribadah itu adalah ibu dari segala ketenangan jiwa."

(Kata Mutiara, Anonim)