Pages

Jumat, 27 Desember 2019

Hidup di Zaman Fitnah, Ojo Kagetan Ojo Gumunan!


Jauh-jauh hari sebelum beliau menjadi Rais Aam PBNU, 
KH. Miftahul Akhyar sudah memperingatkan kita tentang Fitnah Akhir Zaman dan rumus menghadapinya.
Beliau menceritakan kisah waktu beliau ngaji kepada Hadlratusy Syaikh Allasimy Qaddasallah Sirrah wa Nawwara Dlariihah :

"Brakk!!
Tiba-tiba Beliau Hadlratusy Syaikh menggebrak meja !
Saya yang duduk paling depan dan santri yang mengaji kaget gelagapan.

Lalu Beliau dawuh : 
" Ojo Kagetan, Ojo Gumunan"
(jangan mudah Kaget, 
jangan mudah Kagum..)

Orang Kagetan itu Imannya Lemah, pasti mudah dipengaruhi, bahkan untuk masalahnya sendiri nggak bisa cari solusi, tapi grudak gruduk bergantung orang lain.
Mengapa Wong Islam yang 90 % bisa dipengaruhi, dikuasai oleh berapa gelintir orang lain.

Apa yang dikhawatirkan Rasulullah SAW ; 
Yakni Umat yang mengekor apa yang sedang Trend saja.

Dawuh Hadlratusy Syaikh :
Anuto Hukum Ojo anut Usum,

ﻻ ﺗﻜﻮﻧﻮﺍ ﺇﻣﻌﺔ ؛ ﺗﻘﻮﻟﻮﻥ : ﺇﻥ ﺃﺣﺴﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺃﺣﺴﻨﺎ ، ﻭ ﺇﻥ ﺍﺳﺎﺅﺍ ﺍﺳﺄﻧﺎ ، ﻭﻟﻜﻦ ﻭﻃﻨﻮﺍ ﺃﻧﻔﺴﻜﻢ : ﺇﻥ ﺃﺣﺴﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺃﻥ ﺗﺤﺴﻨﻮﺍ ، ﻭﺇﻥ ﺃﺳﺎﺀﻭﺍ ﻓﻼ ﺗﻈﻠﻤﻮﺍ
"Jangan menjadi Imma'ah. 
Yaitu mereka yang berkata ; "Kami ikutan apa kata orang, kalau mereka berbuat baik, kamipun berbuat baik, kalau mereka berbuat jahat kamipun berbuat jahat".

Tapi disiplinkan diri kalian, bila orang berbuat baik, berlombalah dalam kebaikan.
Bila orang berbuat jahat, tetaplah berbuat baik.

ﻛﻴﻒ ﺃﻧﺘﻢ ﺇﺫﺍ ﻟﺒﺴﺘﻜﻢ ﻓﺘﻨﺔ ﻳﻬﺮﻡ ﻓﻴﻬﺎ ﺍﻟﻜﺒﻴﺮ ﻭ ﻳﺮﺑﻮ ﻓﻴﻬﺎ ﺍﻟﺼﻐﻴﺮ ﻭ ﻳﺘﺨﺬﻫﺎ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺳﻨﺔ ﻓﺈﺫﺍ ﻏﻴﺮﺕ ﻗﺎﻟﻮﺍ ﻏﻴﺮﺕ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻗﻴﻞ : ﻣﺘﻰ ﺫﻟﻚ ﻳﺎ ﺃﺑﺎ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ؟ ﻗﺎﻝ : ﺇﺫﺍ ﻛﺜﺮﺕ ﻗﺮﺍﺅﻛﻢ ﻭ ﻗﻠﺖ ﻓﻘﻬﺎﺅﻛﻢ ﻭ ﻛﺜﺮﺕ ﺃﻣﻮﺍﻟﻜﻢ ﻭ ﻗﻠﺖ ﺃﻣﻨﺎﺅﻛﻢ ﻭ ﺍﻟﺘﻤﺴﺖ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﺑﻌﻤﻞ ﺍﻵﺧﺮﺓ .

Bagaimana sikap kalian (di Zaman) ketika Fitnah sudah melekat erat seperti pakaian?

Manakala Anak Kecil, berlagak seperti Orang Besar (Ulama), dan Orang Tua Pikun sebelum Waktunya. 
Lalu 0rang-orang menganggap Fitnah sebagai Sunnah.

Sehingga apabila ada orang yang Merubah Fitnah itu dikatakan ; "Sunnah telah Dirubah.."

Kapan itu wahai Abu Abdurrahman (Sahabat Ibnu Mas'ud RA) ?

"Yaitu ketika orang yang Hafal al Quran semakin banyak , 
tapi Ahli Fiqh semakin Langka. 
Ketika Orang Kaya semakin Banyak tapi orang yang Dipercaya semakin Langka.

Dan kalian Mencari Dunia dengan Amal Agama".

Ketika Ulama wafat, itulah maka Ahli Fiqh Agama semakin sedikit.
Hadlratusy Syaiikh Allasimy sepulang belajar dan mengajar dari Makkah, 
semua kitab Beliau dirampas Belanda, 
agar tidak menghasut Santri melawan Belanda.

Tetapi rupanya Beliau sudah Hafal semua Kitab yang dibawa (menurut satu riwayat, Beliau juga Hafal 16 Kitab Tafsir), sehingga Beliau tetap ngrumati Santri, mewakafkan diri dan ilmunya untuk Hayyatid Dunya wal Akhirah.

Beliau pun dijuluki Ahli Reparasi Kitab, bahkan Beliau bisa menandai gaya bahasa masing-masing Mushanif Kitab.

Seperti gaya bahasa imam Jalaluddin as Suyuti saat mencoba menyamakan gaya bahasa Imam Jalaluddin al Mahally dalam kitab Tafsir Jalalain.

KH. Miftachul Akhyar
(Rois Aam PBNU)

"Orang yang bahagia itu akan selalu menyediakan waktu untuk membaca karena membaca itu sumber hikmah; menyediakan waktu tertawa karena tertawa itu musiknya jiwa; menyediakan waktu untuk berpikir karena berpikir itu pokok kemajuan; menyediakan waktu untuk beramal karena beramal itu pangkal kejayaan; menyediakan waktu untuk bersenda-gurau karena bersenda itu akan membuat muda selalu; dan menyediakan waktu beribadah karena beribadah itu adalah ibu dari segala ketenangan jiwa."

(Kata Mutiara, Anonim)