Pages

Selasa, 10 Desember 2019

Kisah Sufyan Ats Tsauri dan Burung Kesayangannya


Kisah ini diawali ketika Imam Sufyan ats Tsauri tinggal di rumah sahabatnya Abu Manshur. Di rumah ini pula beliau sakit dan wafat. Ketika tinggal di rumah sahabatnya itu, Sufyan mendapati seekor burung bul-bul yang ada dalam sangkar. Kemudian beliau berkata kepada Abu Manshur,” Wahai sahabatku burung ini terkurung, lebih baik kalau dikeluarkan dari sangkarnya.”

“Maaf burung bulbul ini bukan milikku sahabat. Tetapi burung itu milik anakku. Jika engkau ingin memilikinya maka akan kuberikan kepadamu,” jawab Abu Manshur.

Mendengar jawaban sahabatnya itu, Sufyan kemudian berkata,” Tidak, aku akan memilikinya kalau tidak membeli burungnya seharga 1 dinar.”

setelah berdialog akhirnya mereka berdua sepakat. Burung itu kemudian menjadi milik Sufyan Tsauri. Setelah mendapatkan burung tersebut, Sufyan kemudian melepaskannya dari sangkar.

Haripun  berganti. Burung yang dilepaskan itu ternyata tahu terima kasih. Hewan tersebut tidak ingin pergi jauh dari Sufyan Ats Tsauri. Setiap pagi burung bul-bul itu pergi mencari makan, namun sorenya pulang dan tinggal di sekitar rumah Abu Manshur. Sampai suatu saat Sufyan Tsauri meninggal dunia. Ternyata ketika diantar ke tempat pemakaman, burung bul bul itu ikut serta mengantarkan jenazah.

Setelah selesai prosesi pemakaman, burung itu tampak gelisah di atas makam Sufyan ats Tsauri. Sejak peristiwa itu burung bul bul yang pulang di rumah Abu Manshur menjadi tidak terlihat ada. Namun burung itu selalu terbang di makan Imam Sufyan ats Tsauri . Hingga akhirnya burung Bulbul ditemuklan mati dan tergelatak di atas makam imam besar itu.

Bernama lengkap Sufyan bin Sa’id bin Masruq ats-Tsauri dikenal sebagai ulama besar.  Imam Yahya bin Ma’in mengatakan bahwa Sufyan ats-Tsauri dilahirkan pada tahun 97 H. Beliau mulai menimba ilmu sejak kecil. Banyak ulama memuji keilmuan Imam Sufyan at Tsauri ini, diantaranya Sufyan bin ‘Uyainah. Ia berkata tentang Sufyan ats-Tsauri, “Adalah Sufyan ats-Tsauri sosok ulama yang ilmu seolah-olah senantiasa terpampang di hadapannya, sehingga dia bisa mengambil apa pun yang dia kehendaki dan meninggalkan apa yang tidak dia kehendaki.”



Sumber : Ar-Rahmah Online

"Orang yang bahagia itu akan selalu menyediakan waktu untuk membaca karena membaca itu sumber hikmah; menyediakan waktu tertawa karena tertawa itu musiknya jiwa; menyediakan waktu untuk berpikir karena berpikir itu pokok kemajuan; menyediakan waktu untuk beramal karena beramal itu pangkal kejayaan; menyediakan waktu untuk bersenda-gurau karena bersenda itu akan membuat muda selalu; dan menyediakan waktu beribadah karena beribadah itu adalah ibu dari segala ketenangan jiwa."

(Kata Mutiara, Anonim)