Pages

Kamis, 26 Desember 2019

Gus Dur Jual Mobil, Uangnya Diberikan Semua Pada Tamu

KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dikenal sosok yang penuh keutamaan. Banyak kisah-kisah yang tak terduga, bahkan sering membuat kaget manusia sekarang. Sosok Gus Dur selalu memberikan inspirasi kepada orang dekatnya, tak bisa lepas dari kenangan.

Kenangan itu juga dialami sahabat Gus Dur yang bernama Prof Dr KH Nasihin Hasan. Saat memberikan kenangan dalam acara Haul ke-10 Gus Dur di Pesantren Tebuireng Jombang, 21 Desember 2019, Kiai Nasihin mengisahkan mobil Gus Dur yang bernama Sitrun.

Gus Dur itu punya mobil Sitrun. Pada suatu hari Gus Dur berkata, “Ho, jual mobil ini selakunya dapat berapa, Mbak Yumu (Ibu Nyai Sinta Nuriyah-red) pengen usaha kecil-kecilan, buat modal,” kisah Kiai Nasihin.

Kiai Nasihin kemudian mencari teman-temannya yang mau membeli mobil Gus Dur itu.

“Ya saya cari teman untuk jual mobil itu, akhirnya laku 3,5 juta pada waktu itu,” kata Kiai Nasihin.

Kemudian Kiai Nasihin meminta stafnya untuk menyampaikan uang 3.5 juta itu kepada Gus Dur. Uangnya  terbungkus amplop coklat.
Minta maaf Pak Nasihin, uang itu ternyata hanya pindah tangan.”

“Maksudnya? uang itu tudak sampai pada Bu Nuriyah?”

“Begini Pak. Tadi pas saya antar, ada tamu di rumah Gus Dur. Kemudian saya sampaikan, “Gus ini ada uang titipan dari Pak Nasihin.”

“Alhamdulillah,” kata Gus Dur.

Namun tanpa dihitung, tanpa dilihat uang itu langsung pindah tangan dan langsung dikasihkan pada tamu tadi semua 3,5 Juta.

“Inilah tentang kedermawanan Gus Dur dan banyak cerita terkai hal tersebut,” kenang Kiai Nasihin.

Kisah ini pernah diceritakan Kiai Nasihin kepada Mbah Maimoen Zubair. Mendengar kisah ini, Mbah Moen berkata, “Ini laku sufi, Mas Nasihin.”

Inilah rahasia sosok Gus Dur. Kisah yang sangat menakjubkan, memberikan pelajaran sangat berharga bagi semua bangsa Indonesia. 

(Amru/Bangkitmedia.com)

"Orang yang bahagia itu akan selalu menyediakan waktu untuk membaca karena membaca itu sumber hikmah; menyediakan waktu tertawa karena tertawa itu musiknya jiwa; menyediakan waktu untuk berpikir karena berpikir itu pokok kemajuan; menyediakan waktu untuk beramal karena beramal itu pangkal kejayaan; menyediakan waktu untuk bersenda-gurau karena bersenda itu akan membuat muda selalu; dan menyediakan waktu beribadah karena beribadah itu adalah ibu dari segala ketenangan jiwa."

(Kata Mutiara, Anonim)